Laba Bersih Bank BNI Hanya Tumbuh Tipis

Rabu, 24 Juli 2019 | 08:27 WIB
Laba Bersih Bank BNI Hanya Tumbuh Tipis
[]
Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank BNI hanya berhasil menorehkan pertumbuhan perolehan laba bersih satu digit sepanjang separuh pertama 2019. Bank berkode emiten BBNI ini hanya mengantongi laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun atau tumbuh sebesar 2,7% secara year on year (yoy).

Jika disandingkan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan laba bersih itu mengalami perlambatan. Pada semester I-2018, net profit bank pelat merah ini tumbuh 16% yoy. Menurut Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo, perlambatan itu akibat meningkatnya beban bunga dan biaya dana BNI.

Pendapatan bunga kotor bank berlogo angka 46 ini tumbuh 9,4% yoy menjadi Rp 28,59 triliun. Sedangkan beban bunga melonjak hingga 26,2% yoy menjadi Rp 10,98 triliun. Secara rasio biaya dana atau cost of fund (CoF) terkerek naik ke angka 3,2% di kuartal II-2019, lebih tinggi dibanding empat tahun terakhir.

Total kredit BNI per Juni 2019 tumbuh sangat deras, yakni sebesar 20% yoy dari Rp 457,8 triliun menjadi Rp 549,23 triliun. Praktis lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang hanya tumbuh 11% yoy per Mei 2019 lalu. "Namun, penyaluran kredit ini dominan di kuartal II 2019, jadi kurang maksimal," kata Anggoro, Selasa (23/7).

Anggoro menjelaskan, total penyaluran kredit BNI sepanjang semester I mencapai Rp 33 triliun. Namun, hanya Rp 7 triliun yang mengalir di kuartal I. Selebihnya baru menguncur pada triwulan kedua. Apalagi dari total kredit BNI, sebanyak 51,9% mengalir ke i segmen korporasi. "Sebanyak Rp 22 triliun dari realisasi Rp 33 triliun di semester I-2019 itu kredit korporasi dan yield-nya menurun," tambahnya.

Bukan tanpa alasan BNI aktif masuk ke segmen korporasi. BNI menilai, segmen ini memiliki risiko relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha. Komposisi kredit korporasi akan dijaga sekitar 50%–55% dari total kredit.

Akibat yield rendah serta biaya dana meningkat, rasio margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank BNI menyusut sebanyak 50 basis poin (bps) menjadi 4,9% di semester I-2019.

Kendati laba bersih tumbuh tipis, pertumbuhan non interest income mengalami perbaikan. Pendapatan non-bunga alias fee based income BNI tumbuh 11,6% secara yoy atau menyumbang 21,6% terhadap pendapatan operasi.

Selain non interest income, BNI juga mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 1% yoy menjadi Rp 17,61 triliun.

Meski kredit melesat, non performing loan (NPL) gross BNI tercatat membaik menjadi 1,8% pada semester I-2019 dari 2,1% pada periode yang sama di tahun sebelumnya . Biaya kredit atau cost of credit juga menunjukkan perbaikan. Yakni menurun dari 1,7% menjadi 1,4%. Sementara coverage ratio terus meningkat dari 150,2% menjadi 156,5%.

Hingga akhir tahun, BNI menargetkan laba bersih di kisaran 6%–8% atau cenderung lebih rendah dibandingkan proyeksi awal tahun yang diramal mampu tumbuh 11%. Sementara target penyaluran kredit tetap di angka 15%.

Bagikan

Berita Terbaru

Leasing Siap Beri Relaksasi Pembiayaan Bagi Nasabah Terdampak Bencana
| Rabu, 10 Desember 2025 | 04:55 WIB

Leasing Siap Beri Relaksasi Pembiayaan Bagi Nasabah Terdampak Bencana

Pemberian relaksasi terkait bencana di Sumatra akan diberikan berdasarkan hasil analisa dan verifikasi kondisi di lapangan. 

Rekor Lagi, Simak Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini (10/12)
| Rabu, 10 Desember 2025 | 04:45 WIB

Rekor Lagi, Simak Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini (10/12)

Meski turun secara harian, IHSG masih menguat 0,47% dalam sepekan terakhir. Sedangkan sejak awal tahun, IHSG menguat 22,28%.

Berburu Cuan Asuransi Perjalanan di Musim Liburan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 04:15 WIB

Berburu Cuan Asuransi Perjalanan di Musim Liburan

Produk asuransi perjalanan diyakini bakal makin laku seiring tren kenaikan perjalanan di akhir tahun. 

Menyambut Demutualisasi Bursa Efek
| Rabu, 10 Desember 2025 | 04:04 WIB

Menyambut Demutualisasi Bursa Efek

Demutualisasi diyakini dapat memberikan benefit yang lebih luas kepada semua stakeholder berupa efisiensi sehingga trading fee dapat lebih rendah.

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:20 WIB

BABY Targetkan Pertumbuhan Dua Digit, Begini Strategi Ekspansinya Tahun Depan

PT Multitrend Indo Tbk (BABY) ikut memanfaatkan tren shoppertainment di TikTok Shop dan berhasil mengerek penjualan lewat kanal ini.

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto
| Selasa, 09 Desember 2025 | 09:03 WIB

Potensi Pasar Menggiurkan, Robinhood Akuisisi Buana Capital dan Pedagang Aset Kripto

Reputasi global tidak serta-merta menjadi jaminan keamanan dana nasabah yang anti-bobol, mengingat celah oknum internal selalu ada.

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)
| Selasa, 09 Desember 2025 | 08:29 WIB

Beda Nasib Hingga Prospek Anggota MIND ID di 2026: INCO dan PTBA (Bag 2 Selesai)

Faktor kebijakan pemerintah ikut memengaruhi kinerja dan prospek PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:54 WIB

Mengintip Strategi Bisnis RAAM, Tambah 3-5 Bioskop per Tahun & Genjot Pendapatan F&B

Penurunan penjualan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) diimbangi oleh menyusutnya rugi bersih hingga 82%.

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:36 WIB

Akuisisi Korporasi Selalu Mengandung Ketidakpastian, Madu Atau Racun?

Akuisisi korporasi adalah keputusan investasi sangat strategis. Akuisisi  menjadi alat sebuah perusahaan untuk bertumbuh lebih cepat. ​

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo
| Selasa, 09 Desember 2025 | 07:19 WIB

Dian Swastatika Sentosa (DSSA) Lunasi Obligasi dan Sukuk yang Jatuh Tempo

Jumlah obligasi yang jatuh tempo pada 6 Desember 2025 terdiri dari pokok sebesar Rp 199,17 miliar dan bunga keempat sebesar Rp 3,596 miliar.

INDEKS BERITA