Laba Perusahaan Pengelola Air Milik Anthoni Salim Naik Lebih dari Tiga Kali Lipat

Kamis, 28 Februari 2019 | 13:41 WIB
Laba Perusahaan Pengelola Air Milik Anthoni Salim Naik Lebih dari Tiga Kali Lipat
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pengelola air minum milik Anthoni Salim, Moya Holdings Asia Limited, membukukan kinerja moncer pada tahun lalu.

Sepanjang 2018, induk dari perusahaan pengelola air minum di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi itu mencetak laba bersih sebesar S$ 25,2 juta.

Dibandingkan periode sama tahun sebelumya, laba bersih Moya Holdings pada 2018 naik lebih dari tiga kali lipat, tepatnya sebesar 232%.

Kenaikan laba bersih itu ditopang oleh kenaikan pendapatan, kenaikan pendapatan bunga, dan kenaikan keuntungan lain-lain.

Sepanjang 2018, Maya Holdings membukukan pendapatan sebesar S$ 189,29 juta. Jumlah tersebut naik 43% dibandingkan pendapatan sepanjang 2017 sebesar S$ 132 juta.

Manajemen Moya menyebutkan, kenaikan pendapatan sepanjang 2018 terutama disebabkan oleh kontribusi pendapatan dari Acuatico Group selama 12 bulan di tahun 2018. Sementara pada 2017, Acuatico hanya menyumbang pendapatan untuk tujuh bulan terakhir.

Selain itu, kenaikan pendapatan pada 2018 juga ditopang oleh kenaikan penjualan air dari proyek build operate and transfer (BOT) di Tangerang dan Bekasi.

Seperti diketahui, pada Juni 2017 lalu, Moya Holdings melalui anak usahanya, Moya Indonesia Holdings Pte. Ltd., mengakuisisi Acuatico Pte. Ltd. senilai US$ 92,87 juta.

Acuatico merupakan induk perusahaan pengelola air di Jakarta dan Tangerang, yakni PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tengerang, dan PT Acuatico Air Indonesia.

Sementara itu, pendapatan bunga sepanjang 2018 melonjak 118% menjadi S$ 9,9 juta. Kenaikan tersebut disebabkan terutama oleh pembiayaan kembali utang alias refinancing dengan tingkat bunga lebih rendah.

Pada Januari 2018, Moya memperoleh pinjaman sindikasi sebesar Rp 2,95 triliun. Pinjaman tersebut ditujukan untuk membiayai kembali alias refinancing utang sebesar S$ 6,2 juta yang diperoleh Moya dalam kaitannya dengan akuisisi Acuatico pada Juni 2017.

Sementara keuntungan lain-lain naik dari S$ 0,7 juta pada 2017 menjadi S$ 16,6 juta pada 2018 yang disebabkan oleh penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dan penghapusan provisi atas penurunan nilai piutang di Grup Acuatico sebesar S$ 6 juta.

Dari sisi posisi keuangan, Moya Holdings memiliki ekuitas sebesar S$ 270,3 juta per akhir Desember 2018, naik 124,3% dibandingkan akhir 2017. Kenaikan ekuitas disebabkan oleh kenaikan modal sebesar S$ 133 juta dari pelaksanaan righs issue pada Juli 2018.

Sementara total aset perusahaan naik dari S$ 114,8 juta pada akhri 2017 menjadi S$ 245,85 juta per akhir 2018.

Sementara dari sisi likuiditas, Moya Holdings memiliki arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar S$ 61,9 juta. Kas dan setara kas per akhir Desember 2018 naik menjadi S$ 115,57 juta dari S$ 96,92 juta per akhir 2017.

Meski kinerja moncer, Direksi Moya menyatakan tidak merekomendasikan pembagian dividen. Alasannya, perusahaan perlu menyimpan uang tunai untuk belanja modal dan untuk pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Manajemen Moya mengatakan, selain fokus pada pertumbuhan organik, perusahaan juga mencari peluang untuk memperluas bisnis melalui merger dan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk memberikan nilai lebih besar kepada pemegang saham dan meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Melalui Moya Indonesia Holdings Pte. Ltd., Moya Holdings Asia Limited memiliki dua anak usaha, yakni PT Moya Indonesia dan Acuatio Pte. Ltd.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, Acuatico memiliki tiga anak usaha, yakni PT Aetra Air Jakarta, PT Aetra Air Tangerang, dan PT Acuatico Air Indonesia.

Sementara Moya Indonesia juga memiliki tiga anak usaha. Ketiganya adalah PT Moya Bekasi Jaya, PT Moya Tangerang, dan PT Moya Makassar.

Pemegang saham utama Moya Holdings Asia adalah Anthoni Salim melalui Tamaris Infrastructure Pte. Ltd. yang menguasai kepemilikan saham sebesar 68,95%. Sementara itu, Moya Holdings Company B.S.C. mendekap kepemilikan saham sebesar 10,21%.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih
| Jumat, 28 November 2025 | 14:13 WIB

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih

Sepanjang 2025 berjalan, penyaluran kredit sindikasi perbankan mencapai US$ 23,62 miliar angka ini menurun sekitar 12%.

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI
| Jumat, 28 November 2025 | 10:40 WIB

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI

PetroChina akan menggelar eksplorasi 6 sumur baru dan 11 sumur work over di Blok Jabung hingga 2028.

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI
| Jumat, 28 November 2025 | 08:50 WIB

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI

Perkembangan ini menjadi hal positif apalagi industri telekomunikasi saat ini sudah menyebar ke banyak wilayah Tanah Air.

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%
| Jumat, 28 November 2025 | 08:40 WIB

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%

VOKS membidik proyek ketenagalistrikan baru, termasuk melalui lelang yang akan dilakukan PT PLN (Persero).

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru
| Jumat, 28 November 2025 | 08:30 WIB

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru

Tak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah berharap program diskon belanja ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026
| Jumat, 28 November 2025 | 08:10 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026

Pada tahun depan, Prodia jWidyahusada membidik posisi sebagai South East Asia (SEA) Referral Laboratory.

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun
| Jumat, 28 November 2025 | 08:01 WIB

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun

Rencana penerbitan global bond merupakan bagian dari strategi DOID untuk mempertahankan sumber pendanaan yang terdiversifikasi. 

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat
| Jumat, 28 November 2025 | 07:53 WIB

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat

Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) KLBF pada 2026 masih prospektif dengan ditopang segmen pharma (prescription) dan consumer health. 

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok
| Jumat, 28 November 2025 | 07:47 WIB

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok

Kinerja PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) loyo di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Lemahnya daya beli jadi salah satu pemicunya.

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI
| Jumat, 28 November 2025 | 07:36 WIB

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI

Penerapan demutualisasi dinilai tidak akan berdampak kepada investor. Justru, itu jadi sarana BEI untuk menerapkan good corporate governance. ​

INDEKS BERITA