KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sesuai prediksi, ekonomi Indonesia kuartal I 2025 melemah. Di periode itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,87%, terlemah dalam tiga tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dari kuartal IV 2024 sebesar 5,02%. Juga jauh lebih rendah bila dibandingkan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11%.
Angka pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2025 itu sekaligus mengonfirmasi pelemahan sejumlah indikator ekonomi sebelumnya. Misal, keyakinan konsumen yang terus merosot, atau indeks manufaktur yang trennya menurun bahkan sudah ke level kontraksi.
Di kuartal I 2025 lalu, hampir semua sumber utama pertumbuhan ekonomi melemah. Konsumsi rumah tangga semisal hanya tumbuh 4,89%, lebih rendah dari kuartal I 2024 yang tumbuh 4,91%. Investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga cuma tumbuh 2,12% di kuartal I 2025, melambat dibandingkan kuartal I 2024 yang sebesar 3,79%. Paling drastis, konsumsi pemerintah yang di kuartal 2025 malah terkontraksi atau tumbuh minus 1,38%. Jauh dibandingkan periode sama tahun lalu yang tumbuh 19,9%. Atau dibandingkan kuartal IV 2024 yang tumbuh 6,61%.
Padahal belanja atau konsumsi pemerintah harusnya menjadi booster pertumbuhan ekonomi saat sumber pertumbuhan ekonomi lain melambat. Sayangnya, di kuartal awal tahun ini, gelontoran belanja pemerintah masih seret dan malah tumbuh minus.
Seretnya konsumsi pemerintah ini mungkin buah kebijakan efisiensi anggaran yang kemudian direalokasikan untuk program andalan pemerintah yan memakan anggaran besar seperti makan bergizi gratis. Ironisnya, program-program tersebut sejauh ini belum terlihat hasilnya menggedor ekonomi tumbuh lebih cepat.
Pelambatan ekonomi ini menjadi lampu kuning bagi pemerintah. Menjadi peringatan bahwa kelesuan ekonomi itu nyata bukan mengada-ada. Sebab, di kuartal I lalu saja yang ada momentum Ramadan dan Lebaran ekonomi bisa melambat. Lantas, bagaimana dengan kuartal-kuartal selanjutnya yang tidak ada dorongan kuat momentum musiman seperti di kuartal pertama lalu?
Belum lagi nanti harus memperhitungkan dampak tarif perdagangan mencekik yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) ke Indonesia yang sedikit banyak akan berpengaruh ke ekonomi kita. Harapan berpulang pada ramuan kebijakan fiskal yang lebih pas untuk mengatasi pelemahan ekonomi ini. Data-data ekonomi sudah berbicara titik lemah ekonomi Indonesia ada dimana saja selama kuartal I 2025 lalu. Tinggal kita menantikan bagaimana racikan resep pemerintah yang lebih jitu mengobati titik lemah itu.