Lippo Karawaci (LPKR) Jual Rumahsakit di Myanmar Senilai US$ 19,5 Juta
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) akhirnya merealisasikan penjualan aset rumahsakit di Myanmar. Aset ini dijual ke perusahaan investasi Singapura yang masih terafiliasi dengan Grup Lippo, OUE Lippo Healthcare Limited (OUELH)
OUELH telah meneken perjanjian jual beli dengan anak usaha LPKR, PT Waluya Graha Loka untuk mengakuisisi 40% saham di Yoma Siloam Hospital Pun Hlaing Limited (YSHPH) dan 35% saham di Pun Hlaing International Hospital Limited (PHIH). Total nilai transaksi ini mencapai US$ 19,5 juta.
YSHPH dan PHIH merupakan perusahaan gabungan alias joint venture dengan First Myanmar Investment Company Limited (FMI).
Pada tahun 2015, PT Waluya Graha Loka yang 100% sahamnya dimiliki Lippo Karawaci, menjalin kesepakatan dengan FMI untuk membentuk ventura bersama melalui Yoma Siloam Hospital Pun Hlaing Ltd dengan jumlah modal sebesar US$ 13,18 juta. Waluya menyetor US$ 5,27 juta, atau setara dengan 40% jumlah modal. Lalu, 60% sisanya atau US$ 7,91 juta milik FMI.
Usai transaksi ini, OUELH akan menjadi partner joint venture dengan FMI dalam pengelolaan operasional terhadap tiga rumahsakit, satu pusat medis, dan dua klinik yang diperasikan oleh YSHPH.
Tiga rumahsakit tersebut memiliki 370 tempat tidur dan berada di kota-kota besar Myanmar seperti Yangon, Mandalay, dan Taunggyi. Rumahsakit di Yangon merupakan rumahsakit pertama di Myanmar yang menerima akreditasi Joint Commision International (JCI) pada 2017.
"Masuk ke pasar Myanmar adalah salah satu strategi kami untuk meningkatkan pertumbuhan di jaringan Pan-Asia heathcare dan menjaring permintaan dari pasar negara berkembang," ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Singapura, Kamis (10/1).
OULH bakal meminta restu pemegang saham untuk memuluskan rencana transaksi ini, dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan digelar beberapa waktu mendatang.
Seperti diketahui, sejak tahun lalu, LPKR memang berencana melepas beberapa aset lagi pada tahun ini, salah satunya rumahsakit di Myanmar. Ini merupakan salah satu strategi LPKR untuk mendorong likuiditas perusahaan.
Sebelumnya, Ketut Budi Wijaya, Direktur Utama Lippo Karawaci, mengatakan, LPKR fokus pada strategi pengurangan aset (asset light strategy). Penjualan aset ini menjadi salah satu cara cepat untuk mendapat dana segar. Apalagi tahun ini, Ketut bilang, Lippo Karawaci setidaknya membutuhkan dana kas sekitar Rp 2 triliun untuk membayar utang dan ekspansi organik.
Selain menjual aset rumahsakit Myanmar, LPKR juga akan menjual Lippo Mall Puri kepada First REIT dan Lippo Mall Indonesia Retail Trust (LMIRT). Ketut berujar, aset-aset yang dilepas tersebut bukan merupakan aset inti.
Akhir tahun 2017, LPKR masih mencatatkan kas dan setara kas sebesar Rp 2,5 triliun. Namun, per akhir September 2018, kas dan setara kas perusahaan telah tergerus menjadi Rp 1,85 triliun.