Berita Market

London Sumatra Indonesia (LSIP) Kian Menarik Seiring Naiknya CPO

Kamis, 03 Februari 2022 | 04:55 WIB
London Sumatra Indonesia (LSIP) Kian Menarik Seiring Naiknya CPO

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih dalam tren meningkat di pembuka tahun ini, serta membawa berkah bagi produsen CPO. PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) salah satu yang akan menikmati keuntungan dari tren kenaikan harga CPO ini. 

Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa dalam riset 27 Januari 2022 menyebut, LSIP berpotensi membukukan peningkatan margin kotor menjadi 37,2% pada tahun lalu. Ini karena harga CPO global naik 59,3% dalam setahun. 

Yasmin memperkirakan margin laba bersih LSIP akan meningkat menjadi 25,1% pada tahun 2021 dan akan sedikit menurun menjadi 24,2% pada tahun ini. Sebab harga CPO bakal lebih stabil.

Baca Juga: Ada Kebijakan DMO, Begini Rekomendasi Saham Emiten CPO dari Analis

Yasmin juga memprediksi LSIP akan mendapat keuntungan dari harga CPO yang mencapai RM 5.600 per ton akhir Januari 2022. Harga CPO tinggi karena persediaan masih rendah di Indonesia dan Malaysia.

Stok akhir minyak sawit di Malaysia masih turun sekitar 12,9% secara bulanan menjadi sebanyak 1,58 juta ton pada Desember lalu. Total produksi sepanjang tahun 2021 hanya meningkat 1,8% secara year on year (yoy) menjadi sekitar 18,12 juta ton. 

Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia sepanjang tahun lalu sebesar 47,47 juta ton. Realisasi ini cenderung mendatar karena cuma tumbuh 0,93% yoy.

Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi menambahkan, pasokan terhambat karena fenomena La Nina yang berlangsung di kuartal satu tahun ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan La Nina akan berlangsung hingga akhir Februari 2022. 

Karena kondisi tersebut, Aqil memperkirakan harga CPO akan bergerak di kisaran RM 3.580-RM 4.700 per ton. Potensi kenaikan akan terjadi hingga awal kuartal II-2022 dan akan stabil pada level yang lebih rendah di kuartal III-2022. Tapi harga ini masih di atas level pra-pandemi.

Aqil melihat, permintaan minyak sawit domestik masih cukup tinggi di awal semester I-2022. Permintaan CPO didorong sektor biodiesel. Permintaan dari sektor ini naik 10%-16% secara tahunan pada tahun ini. Di sisi lain, permintaan pangan lokal akan meningkat 3,5%-4,6% secara yoy.

Baca Juga: Ada Kebijakan DMO, Ini Rekomendasi Saham Emiten CPO

Efek DMO

Pelaku pasar saat ini juga tengah mengamati efek penerapan kebijakan domestic market obligation (DMO)  untuk minyak sawit sebesar 20% dari total volume ekspor. Tapi Analis Panin Sekuritas `` menyebut, sebanyak 100% penjualan LSIP saat ini ditujukan pasar domestik. 

Oleh karena itu, kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) soal DMO tak berdampak pada LSIP. Emiten ini hanya mengekspor karet senilai Rp 96,95 miliar.

Timothy menghitung, rerata harga CPO tahun ini ada di RM 5.000. Asumsi ini sudah mempertimbangkan kebijakan DMO dan tenaga kerja di sektor CPO di Malaysia. 

Pada Oktober 2021, LSIP mendirikan satu pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Kalimantan Timur dengan kapasitas 45 ton tandan buah segar (TBS) per jam. Ini pabrik kedua LSIP di Kalimantan Timur. LSIP memiliki total 13 PKS di seluruh Indonesia dan total kapasitas olah 2,8 juta ton TBS per tahun.

Tahun ini, Timothy memprediksi LSIP akan mencetak pendapatan Rp 4,41 triliun dengan laba bersih Rp 809 miliar. Timothy merekomendasi beli dengan target Rp 1.550. 

Yasmin juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.820. Ia memperkirakan, pendapatan tahun ini mencapai Rp 4,42 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 1,07 triliun di 2022.

Aqil juga memberi rekomendasi beli LSIP dengan  target harga Rp 1.620. Ia menyebut, LSIP memiliki posisi kas yang solid dan valuasi yang menarik.

Baca Juga: Beleid Harga Minyak Goreng Menuai Polemik

Terbaru