KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang bulan Ramadan yang akan datang sebulan lagi, harga sejumlah produk pangan mulai merambat naik. Sebagian penyebab kenaikan harga karena kelangkaan pasokan, dan sebagian lagi akibat produksi yang sedang turun.
Harga pangan yang mengalami kenaikan pada pekan ini diantaranya adalah tempe dan tahu lantaran ada kenaikan bahan baku kedelai di pasar global. Selain itu ada kenaikan harga cabai, daging ayam, daging sapi, telor juga beras meskipun relatif kecil.
Sebelumnya dalam pemantauan Bank Indonesia hingga akhir pekan lalu pada Februari 2022 masih berpotensi terjadi deflasi sebesar 0,1%. Salah satu pertimbangan karena ada penurunan harga minyak goreng, meskipun saat ini produk minyak goreng kemasan langka di pasaran.
Karena itulah Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan Februari 2022 masih terjadi inflasi bulanan di kisaran 0,2% - 0,3% mom atau secara tahunan sebesar 2,28% - 2,38% yoy. Sedangkan Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan Februari 2022 hanya kisaran 0,08% month to month (mtm). "Angkanya masih sementara,” ujar Teuku Riefky Kamis (24/2).
Sedangkan ekonom BCA David Sumual melihat harga minyak goreng walaupun harga patokannya rendah yakni Rp 14.000 untuk kemasan sederhana, tetapi di beberapa pasar masih relatif langka. "Kalau ada, minyak goreng ditawarkan dengan harga lebih tinggi," ujar David Sumual, Kamis (24/2).
Lonjakan harga pangan ini yang harus segera diantisipasi oleh pemerintah. Sebab sebulan lagi akan masuk bulan Ramadan yang membuat permintaan akan bahan pangan meningkat. Jika pasokan di pasar tidak mencukupi maka harga akan terkerek tinggi.
Berdasarkan hasil hitungan Indef, inflasi pada Maret 2020 bersamaan dengan Ramadan akan bergerak di kisaran 0,4%-0,5% mtm, "Lalu April akan sebesar 0,6%-0,8% mtm," kata Ekonom Indef Eko Listyanto.
Sementara risiko lain ada lonjakan harga produk pangan impor akibat adanya konflik antara Rusia dan Ukraina.