Makin Berkilau, Harga Emas Hari Ini Nyaris Menembus Level US$ 1.500

Rabu, 02 Oktober 2019 | 23:08 WIB
Makin Berkilau, Harga Emas Hari Ini Nyaris Menembus Level US$ 1.500
[ILUSTRASI. Peleburan emas]
Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas hari ini naik, nyaris menembus level US$ 1.500 per ons troi, setelah data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan.

Data tersebut memperburuk kekhawatiran terhadap pertumbuhan global dan meningkatkan prospek penurunan suku bunga lebih lanjut yang mendorong investor menuju logam safe-haven.

Mengacu Bloomberg pukul 23.00 WIB, harga emas spot naik 1,39% ke posisi US$ 1.499,69 per ons troi. Sementara emas berjangka AS naik 1,11% menjadi US$ 1.505,40 per ons troi.

Baca Juga: Data AS Sangat Mengecewakan, Harga Emas Hari Ini Naik 0,45%

"Emas telah menemukan banyak jalur kehidupan. Kami memiliki data ekonomi yang sangat mengecewakan dari AS. Ini memancarkan tanda peringatan dan memicu kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi, yang juga memicu spekulasi suku bunga yang lebih rendah," kata Lukman Otunuga, Analis FXTM, kepada Reuters.

Indeks manufaktur AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari 10 tahun terakhir pada September, karena ketegangan perdagangan yang masih berlangsung membebani ekspor.

Data ekonomi yang lemah mengintensifkan kekhawatiran pertumbuhan global, lalu mengirim bursa saham global ke level terendah dalam satu bulan belakangan.

Laporan ekonomi itu sekaligus meningkatkan harapan untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).

Baca Juga: Naik 3,35% sepanjang kuartal III, harga emas masih wait and see di kuartal IV

"Logam mulia diposisikan untuk terdorong lebih tinggi pekan ini, jika penghindaran risiko tetap menjadi tema pasar yang dominan. Melihat gambaran teknis, penembusan intraday di atas US$ 1.485 akan menginspirasi kecenderungan menuju level psikologis US$ 1.500," ujar Otunuga.

Data AS tersebut juga mendorong Presiden Donald Trump mengecam The Fed, dengan mengatakan, bank sentral telah mempertahankan suku bunga terlalu tinggi. Dolar yang kuat sudah melukai pabrik-pabrik AS.

"Hal utama yang mendorong emas lebih tinggi sekarang adalah data manufaktur yang keluar lebih buruk sejak 2009. Ini telah memberi harapan suku bunga yang lebih rendah di AS dan mendorong emas lebih tinggi," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures, kepada Reuters.

"Fakta bahwa kita memiliki kontraksi di bidang manufaktur menunjukkan AS tidak terisolasi dari seluruh dunia," imbuhnya.

Baca Juga: Harga emas naik 0,04% di level US$ 1.479,67 per ons troi

Tambah lagi, laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP pada Rabu (2/10) menyebutkan, pengusaha swasta AS pada September mempekerjakan lebih sedikit pekerja. Ini menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja.

"Emas memiliki masalah dengan indeks dolar yang masih berada di dekat 99, dan emas tampaknya sedang melewati badai itu," kata George Gero, Direktur Pelaksana RBC Wealth Management. "Emas mungkin akan menjadi sedikit lebih stabil".

Bagikan

Berita Terbaru

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 11:00 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih Bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Selain inisiatif ekspansinya, FAST akan diuntungkan oleh industri jasa makanan Indonesia yang berkembang pesat.

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia
| Rabu, 10 Desember 2025 | 10:00 WIB

Jejak Backdoor Listing Industri Nikel dan Kendaraan Listrik China di Indonesia

Setelah pergantian kepemilikan, gerak LABA dalam menggarap bisnis baterai cukup lincah di sepanjang 2024.

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:30 WIB

Saham FAST Diprediksi Masih bisa Melaju, Sisi Fundamental dan Ekspansi Jadi Sorotan

Industri jasa makanan Indonesia diproyeksikan akan mencatat pertumbuhan hingga 13% (CAGR 2025–2030). 

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara
| Rabu, 10 Desember 2025 | 08:05 WIB

Ancaman Penurunan Laba Bersih hingga 27%, Investor Diimbau Waspadai Saham Batubara

Regulasi DHE 2026 mengurangi konversi valuta asing menjadi rupiah dari 100% ke 50%, membatasi likuiditas perusahaan batubara.

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:51 WIB

Proyek IKN Jadi Pedang Bermata Dua untuk Emiten BUMN Karya

Kebutuhan modal kerja untuk mengerjakan proyek IKN justru bisa menambah tekanan arus kas dan memperburuk leverage.

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:49 WIB

Bangun Tiga Gerai Baru, DEPO Incar Pendapatan Rp 3 Triliun

Emiten bahan bangunan milik konglomerat Hermanto Tanoko itu berencana menambah tiga gerai baru tahun depan.

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:35 WIB

Cuaca Ekstrem dan Momentum Nataru Diklaim Jadi Pendorong Pemulihan Harga CPO

Emiten yang memiliki basis kebun kelapa sawit di Kalimantan diprediksi relatif lebih aman dari gangguan cuaca.

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya
| Rabu, 10 Desember 2025 | 07:34 WIB

Mandiri Sekuritas Tangani 5 IPO Skala Jumbo Alias Lighthouse Company, Ini Bocorannya

Minat korporasi melantai ke bursa terus meningkat dan akan terlihat di tahun 2026. ada empat sampai lima perusahaan yang sedang kami perhatikan. 

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:57 WIB

Tahun Ini Jeblok, Laba Bersih Emiten Diramal Akan Pulih Tahun Depan

Mandiri Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten dalam cakupannya bisa tumbuh 14,2% dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,8%.

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026
| Rabu, 10 Desember 2025 | 06:54 WIB

Demutualisasi Bursa Dikebut, Targetnya Rampung Pada Semester I-2026

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan proses demutualisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) segera rampung pada semester I-2026 mendatang.

INDEKS BERITA

Terpopuler