Masih Prospektif, Indofood (INDF) Tambah Kapasitas Penggilingan Terigu

Senin, 27 Mei 2019 | 06:00 WIB
Masih Prospektif, Indofood (INDF) Tambah Kapasitas Penggilingan Terigu
[]
Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi bisnis mi masih sangat menggiurkan bagi PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). Makanya, grup perusahaan yang didirikan oleh duo taipan Sudono Salim dan Peter Santoso itu memacu kapasitas produksi penggilingan tepung terigu.

Indofood ingin meningkatkan kemampuan produksi pabrik terigu di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Emiten tersebut berencana memasang tiga lini mesin baru yang sekaligus menggantikan mesin lawas. Kelak pabrik penggilingan terigu Tanjung Priok akan beroperasi dengan kapasitas sebesar 1.200 ton per hari. 

"Saat ini sudah dua line berjalan, untuk line ketiga akhir tahun ini akan berproduksi," tutur Franciscus Welirang atau yang akrab disapa Franky, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Jumat (24/5) malam pekan lalu.

Sementara di Cibitung, Jawa Barat, Indofood menyiapkan pabrik penggilingan terigu baru berkapasitas 1.500 ton per hari. Proyek tersebut sudah sampai tahap penanaman tiang pancang alias groundbreaking. Sementara jadwal penyelesaian pembangunannya pada akhir 2020. 

Selain meningkatkan kapasitas pabrik penggilingan terigu baru, Indofood berencana menambah kapasitas produksi pasta di Tanjung Priok. Hanya saja, mereka tidak menyebutkan alokasi anggaran yang disediakan. Manajemen INDF hanya menyebutkan, kemampuan produksi terigu saat ini sekitar 3,1 juta ton per tahun.

Asal tahu, Indofood memanfaatkan sebagian produksi terigu untuk bahan baku mi. Melalui anak usaha bernama PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Indofood menjual mi instan merek Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie dan Mie Telur Cap 3 Ayam. Sebagian terigu lagi, mereka jajakan langsung ke pasar melalui Bogasari.

Sepanjang kuartal pertama tahun ini, penjualan mi instan Indofood CBP Sukses Makmur mencapai Rp 7,45 triliun atau 64,39% terhadap total penjualan kotor INDF atau sebelum dikurangi eliminasi yang tercatat Rp 11,57 triliun. Sisanya adalah segmen dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman.

Sementara dalam catatan Indofood, produk mi masuk dalam kelompok usaha produk konsumen bermerek atau consumer branded product (CBP). Selebihnya kelompok usaha Bogasari, agribisnis dan distribusi.

Mengatasi tantangan

Selama periode Januari-Mei 2019, Indofood merasakan kebutuhan bahan baku terigu untuk mi instan naik 8% year on year (yoy). Bila kebutuhan terigu naik, otomatis produksi mi instan juga ikut naik.

Meskipun potensi bisnis mi masih lezat, fokus bisnis Indofood tahun ini tidak cuma mi. Perusahaan tersebut juga ingin kelompok usaha lain berkembang. Makanya, Indofood juga melecut diri agar senantiasa sejalan dengan perkembangan zaman dan selera pasar. Tak terkecuali, menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dengan teknologi dan sistem perdagangan baru. Caranya dengan lebih giat melakukan inovasi dari sisi produk maupun layanan.

Berbekal strategi yang jitu, Indofood yakin bisa membukukan pertumbuhan kinerja. Lagipula belakangan ini efek negatif dari perang dagang Amerika Serikat dan China semakin samar. Pasalnya, industri di Indonesia pada umumnya sudah mampu menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang dinamis.

Indofood pun tak lagi kerepotan dengan tantangan global itu. "Manusia itu tinggal menyesuaikan daya beli dan industri harus sesuaikan daya beli tersebut dan saya kira kami tidak perlu khawatir," kata Franky.

Bagikan

Berita Terbaru

Inflasi Tahunan Tertinggi Dalam 17 Bulan, Inflasi Bulanan Tertinggi Dalam 5 Tahun
| Senin, 03 November 2025 | 15:49 WIB

Inflasi Tahunan Tertinggi Dalam 17 Bulan, Inflasi Bulanan Tertinggi Dalam 5 Tahun

BPS melaporkan inflasi Oktober 2025 capai 0,28% (MtM) dan 2,86% (YoY), tertinggi dalam 5 tahun. Emas perhiasan jadi pemicu utama. Simak detailnya!

Neraca Dagang Indonesia Surplus 65 Bulan, September 2025 Menciut
| Senin, 03 November 2025 | 15:15 WIB

Neraca Dagang Indonesia Surplus 65 Bulan, September 2025 Menciut

BPS merilis data neraca dagang Indonesia September 2025. Surplus neraca dagang mencapai US$ 4,34 miliar, turun dari bulan sebelumnya.

Inflasi Oktober 2025 Mencapai 2,86% dan Tertinggi Sejak 2021, Emas Jadi Pemicu Utama
| Senin, 03 November 2025 | 12:47 WIB

Inflasi Oktober 2025 Mencapai 2,86% dan Tertinggi Sejak 2021, Emas Jadi Pemicu Utama

Inflasi Indonesia Oktober 2025 mencapai 0,28% MtM (2,86% YoY). BPS sebut emas perhiasan pemicu. Pahami dampak dan data provinsinya.

Kontroversi Pajak Kekayaan, Itu Eksesif, Picik dan Kuno
| Senin, 03 November 2025 | 12:45 WIB

Kontroversi Pajak Kekayaan, Itu Eksesif, Picik dan Kuno

Tak masuk akal, wajib pajak menjual atau melikuidasi sebagian harta mereka, hanya karena tidak memiliki aset likuid untuk membayar pajak ini. 

Indonesia Surplus Neraca Dagang 65 Bulan Berturut-Turut, Tapi Surplus Makin Mini
| Senin, 03 November 2025 | 12:22 WIB

Indonesia Surplus Neraca Dagang 65 Bulan Berturut-Turut, Tapi Surplus Makin Mini

BPS mengumumkan neraca perdagangan September 2025 mengalami surplus US$ 4,34 miliar, ditopang non-migas. 

PMI Manufaktur Oktober Melesat, Sinyal Awal Pemulihan Ekonomi Indonesia
| Senin, 03 November 2025 | 12:05 WIB

PMI Manufaktur Oktober Melesat, Sinyal Awal Pemulihan Ekonomi Indonesia

PMI manufaktur Indonesia naik jadi 51,2 di Oktober 2025, didorong permintaan domestik dan belanja masyarakat.

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan
| Senin, 03 November 2025 | 08:07 WIB

Kredit Diprediksi Masih Flat Hingga Akhir Tahun, Saham BTPS Direkomendasikan Tahan

Meski belakangan tengah mengalami koreksi, sepanjang 2025 berjalan saham BTPS sudah mencetak kenaikan harga 46,52%.

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan
| Senin, 03 November 2025 | 07:46 WIB

Meneropong Prospek Saham DEWA di Tengah Transformasi Bisnis dan Otak-Atik Keuangan

Setiap kenaikan kapasitas 50 juta bcm membutuhkan investasi Rp 3,4 hingga Rp 4 triliun untuk pembelian alat berat dan peralatan pendukung.

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT
| Senin, 03 November 2025 | 07:25 WIB

Banjir Impor Biang Kerok Kontraksi TPT

IKI Oktober menujukkan 22 subsektor masih ekspansi, hanya industri tekstil yang mengalami kontraksi akibat tekanan pasar

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi
| Senin, 03 November 2025 | 07:22 WIB

Pendapatan Operasional Melejit, Laba Indomobil (IMAS) Melambung Tinggi

Sampai 30 September 2025, laba bersih PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) melejit 216,06% secara tahunan (yoy) jadi Rp 257,60 miliar.

INDEKS BERITA

Terpopuler