Melihat Prospek Emiten Rokok dari Kebijakan Tarif Cukai Rokok

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Pemerintah mengenai tarif cukai rokok diproyeksi bakal mendorong kinerja emiten rokok. Dalam anggaran 2026, pemerintah menargetkan pertumbuhan penerimaan cukai sebesar Rp 13 triliun naik 6% yoy.
Dari jumlah tersebut, Kementerian Keuangan menargetkan sekitar Rp3–6 triliun berasal dari penerapan cukai minuman berpemanis atau sugar-sweetened beverage (SSB). CGS International menyatakan bahwa dengan asumsi faktor lainnya tetap, tarif cukai rokok hanya perlu dinaikkan 3–5% pada 2026 untuk mencapai target penerimaan tersebut.
Berbagai pembahasan di DPR yang mendorong tarif cukai rokok yang lebih rendah, memang disambut baik oleh Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa.
Menkeu Purbaya juga beberapa waktu lalu menyampaikan rasa terkejut oleh tingginya taro\if cukai hasil tembakau (CHT) di Indonesia dengan akumulasi rata-rata kenaikan cukai dalam beberapa tahun terakhir yang mencapai 57%.
Baca Juga: Mempertimbangkan Cukai Rokok Rakyat
Dia menilai, tingginya tarif CHT tersebut, turut menekan sisi penerimaan negara sebab saat tarif cukai rendah justru pendapatan negara cenderung lebih tinggi.
Sinyal positif yang dikeluarkan oleh Pemerintah terkait dengan tarif cukai tersebut, sempat membuat beberapa saham emiten rokok melambung.
Saham emiten PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) dalam seminggu belakangan menguat 21,54%, lalu PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menguat 27,55% selama lima hari terakhir, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 21,78% dan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) naik 42,60%.
Namun pada penutupan perdagangan hari ini Rabu (23/9), keempat saham rokok tersebut kompak melemah. HMSP misalnya, melemah 4,82% ke level Rp 790, WIIM melemah 4,58% ke level Rp 1.250, lalu GGRM melemah 7,59% ke level Rp 13.700 sedangkan ITIC, yang menjadi produsen tembakau iris, menjadi satu-satunya emiten yang dikenakan status unusual market activity (UMA) dari keempat emiten rokok.
Harga saham ITIC terlihat sudah melambung sebesar 115,5% sejak 4 September 2025. Pada Selasa (23/9) kemarin, saham ITIC sempat menyentuh auto-reject atas (ARA) atau meroket 25% ke level Rp 482.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai karena saham-saham tersebut sudah dalam kondisi overbought secara teknikal, wajar apabila terjadi koreksi sehat. Euforia pasar belakangan ini jelas dipicu oleh wacana kenaikan tarif cukai yang lebih rendah dan dukungan Menteri Keuangan.
"Ke depan, yang paling penting adalah implementasi kebijakan. Jika dijalankan dengan baik, bukan hanya kinerja fundamental emiten rokok yang membaik, tetapi juga kontribusi sektor terhadap penerimaan negara akan lebih optimal," ujar Nafan kepada KONTAN, Rabu (24/9).
CGS International dalam riset yang tayang pada 15 September 2025 memperkirakan tarif cukai rokok di Indonesia kemungkinan hanya akan naik 3% sampai dengan 5% pada tahun 2026 mendatang, dibandingkan dengan rata-rata 9% dalam lima tahun terakhir.
"Kami kini melihat kemungkinan lebih besar adanya kebijakan cukai yang lebih longgar," tulis Analis CGS International Jason Chandra dalam risetnya.
Pihaknya juga melihat bahwa kebijakan cukai ini, akan memulihkan kinerja emiten rokok seperti HMSP. Setelah sebelumnya menyesuaikan one off beban pajak HMSP pada 2025, kini EPS Perseroan diproyeksi bisa pulih sebesar 16% pada 2026 mendatang.
Pada 2026 mendatang, CGS International memperhitungkan kenaikan tarif cukai 5% dan kenaikan average sale product (ASP) sebesar 3%. Terdapat pula potensi kenaikan jika besaran tarif cukai yang dinaikkan lebih rendah, walaupun Pemerintah belum menerbitkan serta mengindikasikan angka spesifik.
Walau begitu, Jason Chandra memperkirakan bahwa setiap penurunan 1% tarif cukai, berpotensi mendorong laba bersih HMSP di tahun 2026 tumbuh sebesar 8%. Tak hanya itu, dengan subsidi Pemerintah yang hadir kembali di semester II-2025, akan menopang daya beli konsumen dan membuat HMSP menaikkan harga jualnya.
"Kami memperkirakan bahwa setiap kenaikan 1% ASP, bisa meningkatkan laba bersih HMSP di tahun 2026 sebesar 12%," imbuhnya.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah berlangganan? MasukBerlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Kontan Digital Premium Access
Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari
Rp 120.000
Business Insight
Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan