Menangkap Cuan dan Pahala dari Reksadana ESG

Selasa, 23 Juli 2024 | 10:31 WIB
Menangkap Cuan dan Pahala dari Reksadana ESG
[ILUSTRASI. Uang koin sebagai ilustrasi Reksadana. KONTAN/Cheppy A. Muchlis]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme terkait produk investasi bertema lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG semakin besar. Salah satunya, Mandiri Manajemen Investasi yang meluncurkan produk reksadana Indeks Mandiri ETF SRI-Kehati pada Kamis (18/7).

Mandiri ETF SRI-Kehati telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEl) dan dapat diperjualbelikan di BEI dengan kode perdagangan XMSK.

Mandiri Investasi menjelaskan, reksadana terbaru ini menggunakan saham-saham pada Indeks SRI-Kehati sebagai underlying asset. Sesuai namanya, indeks ini berisi 25 emiten yang mengedepankan prinsip kepedulian terhadap ESG di semua aspek bisnis dan operasional atau sustainable and responsible investment (SRI).

Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Aliyahdin Saugi mengatakan, dengan memiliki Mandiri ETF SRI-Kehati, maka investor bersama Mandiri Investasi turut berpartisipasi dalam mendukung pembentukan pelaku usaha yang ramah lingkungan, peduli terhadap isu sosial, dan mengelola bisnis mereka secara layak. 

Pasalnya, Indeks SRI-Kehati memiliki proses investasi yang prudent serta mengimplementasikan proses skrining yang mencakup faktor finansial dan pasar, sekaligus menyaring emiten dari sektor-sektor yang negatif terhadap ESG. Penilaian ESG Kehati menggunakan total 69 indikator.

Kebijakan investasi dari Mandiri ETF SRI-Kehati adalah minimum 80% hingga maksimum seluruhnya dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) pada efek ekuitas yang terdaftar dalam Indeks Sri-Kehati di BEI. 

Nantinya, porsi tiap-tiap saham akan ditentukan secara prorata mengikuti bobot (weighting) masing-masing saham terhadap Indeks Sri-Kehati, di mana pembobotan atas masing-masing saham 80%-120% dari bobot masing-masing saham yang bersangkutan dalam Indeks Sri-Kehati.

Lalu, selain di ekuitas, minimum portofolio 0% dan maksimum 20% dari NAB reksadana ini akan diinvestasikan pada instrumen pasar uang dalam negeri yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari satu tahun, dan atau deposito.

Aliyahdin yakin, ke depan, reksadana berbasis ESG ini semakin menarik. Ada sejumlah kelebihan yang produk Mandiri ETF SRI-Kehati tawarkan.

Pertama, memberi return atau imbal hasil investasi optimal seperti Indeks SRI-Kehati. "Mandiri ETF SRI-Kehati berpotensi memberikan imbal hasil optimal. Potensi tersebut tercermin dari kinerja Indeks SRI-Kehati yang lebih unggul dibandingkan indeks ESG lainnya, seperti IDX ESG Leaders dan MSCI Indonesia ESG Universal serta IHSG selama tiga tahun terakhir," ungkap pria yang akrab dipanggil Adi ini.

Memang, belakangan, volatilitas pasar saham menggerus return dari Indeks SRI-Kehati. Mengutip Bloomberg, kinerja SRI-Kehati masih minus hingga 5,77%. Sementara IHSG sudah tercatat positif 0,66%.

Tapi, dalam tiga tahun terakhir, imbal hasilnya lebih menarik. Indeks SRI-Kehati memberikan return mencapai 28,71% hingga periode 18 Juli 2024. Sedangkan IHSG hanya memberikan return 20,56%.

Fleksibel

Keunggulan kedua dari reksadana yang baru diluncurkan ini adalah, karakteristik ETF yang memungkinkan Mandiri ETF SRI-Kehati diperdagangkan di BEI, seperti halnya saham. Keunggulan ini tentu memberikan cara investasi yang lebih fleksibel.

Pada pasar primer, investor bisa membeli unit penyertaan untuk pertama kalinya sebelum dicatatkan di BEI. Sementara transaksi pada pasar sekunder dilakukan untuk efek yang sudah dicatat di BEI.

Jadi, investor dapat bertransaksi langsung pada bursa melalui perusahaan sekuritas dengan pergerakan harga secara real-time sepanjang jam perdagangan. Unit penyertaan reksadana Indeks ETF juga bisa diperjualbelikan layaknya saham di bursa dan ditransaksikan melalui perusahaan sekuritas.

"Kami optimistis, dengan berbagai fitur terutama fleksibilitas yang ditawarkan kepada investor serta makin tingginya kepedulian terhadap ESG, Mandiri ETF SRI-Kehati dapat menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor," ucap Adi.

Nah, bagi investor yang tertarik mengoleksi Mandiri ETF SRI-Kehati, Mandiri Investasi menawarkan produk reksadana ini kepada masyarakat pada NAB awal Rp 405 per unit penyertaan atau setara dengan Rp 40,5 juta per 1 Unit Kreasi. 

Investor bisa mendapatkan Mandiri ETF SRI-Kehati melalui perusahaan sekuritas dengan dua metode pembelian. Lewat pasar primer dengan minimum pembelian 1 basket atau 1 Unit Kreasi atau 1.000 lot, yaitu 100.000 unit penyertaan.

Lalu, melalui pasar sekunder dengan minimum pembelian 1 lot atau 100 unit penyertaan. 

Dengan peluncuran produk ini, portofolio Mandiri Investasi di reksadana bertema ESG atau keberlanjutan, semakin bertambah. Sebelumnya, Mandiri Investasi sudah memiliki Reksadana Mandiri FTSE ESG dan Reksadana Penyertaan Terbatas Mandiri Infrastruktur Ekuitas, yang berinvestasi pada energi terbarukan.

Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG berinvestasi pada mayoritas saham-saham di Indonesia di dalam Indeks FTSE Indonesia ESG. Berdasarkan fund fact sheet Juni 2024, produk ini berinvestasi 62,07% di sektor finansial, layanan komunikasi 11%, konsumer harian 7,9%, industrial 5%, dan lainnya 11,2%. 

Saham yang menjadi pilihan Reksadana Mandiri FTSE Indonesia ESG antara lain PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), serta PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). 

Selain itu, ada Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan juga PT United Tractors Tbk (UNTR).

Mengutip website Mandiri Investasi, kinerja Reksadana Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG memberi return sebesar 9,5% dalam sebulan terakhir hingga 15 Juli 2024 lalu. Sedangkan sejak awal tahun, masih tercatat minus 3,4%.

Kendati return sempat tergerus kondisi pasar, permintaan akan reksadana ini malah semakin tebal. Reksadana Indeks Mandiri Indeks FTSE ESG yang diluncurkan pada 17 Mei 2022 telah memiliki dana kelolaan secara total sebesar Rp 140,61 miliar per 28 Juni 2024. Pertumbuhannya mencapai 78% sepanjang tahun ini (year to date), dan 108% dalam setahun terakhir (year on year).

Orientasi cuan

Karena itu, Adi melihat, prospek produk reksadana ESG di Indonesia masih cukup besar, seiring dengan kesadaran investor terhadap keberlanjutan lingkungan. "Investasi ESG akan menjadi tren di masa depan dalam mendukung program Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan komitmen net zero emission (emisi nol bersih) pada 2060, dalam rangka upaya global menjaga keseimbangan iklim Bumi," kata dia.

Mengutip data Infovesta Utama per Juni 2024, Adi mengungkapkan, jumlah dana kelolaan reksadana berbasis ESG hanya sebesar 1,4% dibandingkan total dana kelolaan keseluruhan reksadana di industri. Hal ini menunjukkan, ruang untuk tumbuh masih sangat besar bagi reksadana berbasis ESG.

Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos juga optimistis dengan produk keuangan berbasis ESG. Dia bilang, investasi di reksadana berbasis ESG saat ini masih tahap awal. 

Total dana kelolaan atau asset under management (AUM) dari semua produk ini sekitar Rp 6,5 triliun. Reksadana Mandiri ETF Sri-Kehati merupakan reksadana ke-14 yang Kehati jalin dengan manajer investasi. 

"Jika dibandingkan dengan total dana kelolaan reksadana yang ratusan triliun, jelas masih sangat kecil," sebut dia. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total dana kelolaan reksadana per akhir Juni 2024 mencapai Rp 490 triliun. 

Riki bilang, saat ini, memang investor Indonesia masih berorientasi pada return atau cuan. Saham dengan performa return positif akan lebih menarik. Padahal, investasi di produk berbasis ESG tidak melulu soal return tapi juga bisa berkontribusi pada lingkungan, sosial, dan tata kelola yang lebih baik. 

"Di Indonesia, investor belum sepenuhnya sadar, ada, lo, investasi yang terintegrasi dengan aspek ESG," kata Riki. 

Performa indeks Sri-Kehati dalam jangka pendek memang terlihat menantang. Fluktuasi pasar membuat performa Indeks SRI-Kehati melorot lebih dalam dibanding IHSG. 

Ketika market turun terseret oleh saham perbankan di akhir kuartal I 2024 lalu, indeks Sri-Kehati terimbas lebih besar. Sebab, saham perbankan memiliki bobot sampai 60% di dalam indeks ini. Alhasil, produk reksadana berbasis Indeks SRI-Kehati juga ikut melorot. 

Namun, seperti Adi, Riki juga optimistis dengan prospek investasi reksadana berbasis ESG. Dari pengalaman, performa perusahaan yang memiliki kepedulian dengan lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik secara rata-rata memiliki performa keuangan lebih baik dibandingkan yang tidak. 

Perusahaan ini pun biasanya memiliki kerangka untuk keberlanjutan. Sehingga, dalam jangka panjang, investasi di perusahaan ini akan membawa keuntungan lebih baik.

"Mengintegrasikan investasi dengan ESG dalam jangka panjang, berdasarkan studi empirik tidak merugikan. Apalagi, kita tahu, lebih ramah lingkungan, bisa dapat pahala," ujar Riki. 

Nah, setelah Mandiri Investasi, Yayasan Kehati sudah ada pembicaraan dengan dua hingga tiga manajer investasi lainnya. Riki berharap, dalam waktu dekat, akan lahir lagi beberapa produk reksadana ESG dengan acuan Sri-Kehati

Siap menangkap cuan sekaligus pahala dengan memiliki reksadana berbasis ESG.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Aturan DHE SDA Anyar bakal Kelar Januari 2025
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 09:44 WIB

Aturan DHE SDA Anyar bakal Kelar Januari 2025

Pemerintah saat ini tengah menyiapkan sejumlah aturan yang akan menjadi payung hukum ketentuan DHE SDA yang baru

BI Sebut, Rasio Uang Palsu Semakin Rendah
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 09:40 WIB

BI Sebut, Rasio Uang Palsu Semakin Rendah

Rasio uang palsu terhadap uang yang diedarkan (UYD) sepanjang 2024 adalah empat lembar per juta uang yang beredar (4 ppm)

Rame-Rame Tolak PPN 12%
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 09:36 WIB

Rame-Rame Tolak PPN 12%

Warganet masih ramai menolak kebijakan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 12% meski pemerintah akan tetap memberlakukan tarif tersebut

Apindo: Rupiah Melemah hingga Rp 16.350 di 2025
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 09:11 WIB

Apindo: Rupiah Melemah hingga Rp 16.350 di 2025

Kebijakan DHE oleh pemerintah, LCT, penerbitan SRBI dan SVBI oleh BI belum bisa menjaga nilai tukar rupiah

Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Bisa Sia-Sia
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 09:04 WIB

Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Bisa Sia-Sia

Insentif fiskal dalam paket kebijakan ekonomi yang diberikan pemerintah selama dua bulan tak mampu menahan tekanan ekonomi

Bauran Kebijakan Mendorong Pertumbuhan
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 08:15 WIB

Bauran Kebijakan Mendorong Pertumbuhan

Otoritas moneter dan fiskal harus bersinergi bersama-sama ketika pemerintah ingin defisit dinaikkan.​

BUMN Punya Negara
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 08:00 WIB

BUMN Punya Negara

BUMN harus dijadikan alat untuk kepentingan negara dan rakyat bukan untuk kepentingan segelintir orang.

Genjot Kinerja, KKGI dan TPMA Bikin Perusahaan Patungan
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:27 WIB

Genjot Kinerja, KKGI dan TPMA Bikin Perusahaan Patungan

Kongsi itu dibentuk guna mendukung solusi logistik batubara di Kalimantan Timur. Modal awal TBP mencapai Rp 51,5 miliar. 

Kebut Proyek Tol Akses Patimban, Jasa Marga (JSMR) Raih Kredit Rp 3,96 Triliun
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:20 WIB

Kebut Proyek Tol Akses Patimban, Jasa Marga (JSMR) Raih Kredit Rp 3,96 Triliun

Kredit itu diberikan Bank PT Bank Central Asia Tbk dan PT Sarana Multi Infrastruktur kepada anak usaha JSMR, yakni PT Jasamarga Akses Patimban.​

Delapan Emiten Bakal Delisting dari Bursa, Nasib Investor Masih Penuh Tanda Tanya
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:10 WIB

Delapan Emiten Bakal Delisting dari Bursa, Nasib Investor Masih Penuh Tanda Tanya

Kondisi keuangan emiten yang di delisting dari BEI memprihatinkan, sehingga kemampuan melakukan buyback saham dipertanyakan.

INDEKS BERITA

Terpopuler