Mencermati Terjadinya Pergeseran Sektor di Bursa Efek Indonesia

Rabu, 23 Agustus 2023 | 09:28 WIB
Mencermati Terjadinya Pergeseran Sektor di Bursa Efek Indonesia
[ILUSTRASI. Parto Kawito Direktur PT Infovesta Utama]
Parto Kawito | Direktur PT Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghasilkan kinerja positif. Yakni 0,45% month on month (mom) per 16 Agustus 2023 kemarin. Sedangkan Indeks LQ45 masih minus sekitar 0,02% mom.

Walaupun tidak bisa disebut memuaskan, terjadi perbaikan dibanding dengan kinerja setahun terakhir yang masih -3.27% untuk IHSG dan -5.16% untuk Indeks LQ45.

Memang, indeks saham relatif belum ke mana-mana. Namun bukan berarti investor tidak bisa meraih gain. Ada sektor industri tertentu yang kinerjanya mengungguli indeks. 

Triknya, memilih industri yang akan berkinerja baik. Baru memilih saham unggulan di industri tersebut yang valuasinya masih relatif murah. Atau sudah mahal tapi masih punya momentum naik lagi sejalan euforia yang masih kuat.

Penulis mencoba mendeteksi sektor apa saja yang mendorong kenaikan indeks sebulan terakhir dengan mengamati kinerja return dan risiko IDX Sektoral yang sudah dibuat Bursa Efek Indonesia (BEI). Lalu tak lupa mengambil benchmark Indeks LQ45 sebagai perbandingan. 

Selanjutnya kinerja return dan risiko setahun terakhir juga diamati untuk mengetahui pergeseran rangking yang menunjukkan strategi perpindahan portofolio investor.

Baca Juga: Emiten Holding Lebih Tahan Banting Terhadap Rotasi Sektor, Ini Rekomendasi Sahamnya

Kinerja indeks sebulan terakhir disumbang berturut-turut oleh Sektor Bahan Baku (8,66%). Lalu Energi (7,39%), Infrastruktur (1,89%) serta Barang Konsumen Non Primer (0,72%).

Terlihat dua sektor teratas melonjak tinggi dan sangat jauh jaraknya dengan rangking ketiga dan keempat. Kenaikan Sektor Bahan Baku menunjukkan investor sudah mengantisipasi perbaikan ekonomi.  Terbukti dari impor bahan baku yang tumbuh 14,1% mom. Merepresentasikan 71,11% dari total impor. 

Demikian juga dengan sektor Energi yang terdiri dari sub sektor Minyak, Gas dan Batubara serta sub sektor Bahan Bakar Alternatif. Sektor ini ditopang pulihnya harga batubara naik 11,77% mom, serta rencana kenaikan harga gas ke hilir per 1 Okttober 2023 yang diperkirakan menguntungkan Perusahaan Gas Negara Tbk. 

Namun ada sisi lain yang perlu diperhatikan investor, yaitu risiko. Sektor jawara, terutama Energi mempunyai risiko relatif tinggi. Sedangkan sektor Bahan Baku relatif moderat seperti tampak pada Peta Risk – Return IDX Sektoral.

Adapun sektor pemberat indeks berturut-turut sektor Teknologi melorot 8,78% mom. Lalu Kesehatan -5,76% mom, Transportasi dan Logistik turun 3,62% mom dan Barang Konsumen Primer  turun 0.88% mom serta Keuangan minus 0,6% mom.  Ketiga sektor pemberat terbesar mempunyai risiko relatif besar juga.

Sektor unggulan yang terjadi akhir-akhir ini sudah mengalami pergeseran, bila periode pengamatan diubah menjadi kinerja return setahun lalu yaitu periode 14 Agustus 2022-15 Agustus 2023. 

Sektor unggulan berturut-turut Energi naik 10,8% secara tahunan alias year on year (yoy).  Barang Konsumen Primer tumbuh 7,87% yoy, lalu  Properti dan Real Estat tumbuh 5,92% yoy serta Kesehatan naik 4,85% yoy.

Adapun pemberat indeks setahun terakhir berturut-turut, di urutan teratas adalah  Sektor Teknologi turun 43,35%. Kemudian Infrastruktur minus 17,38% dan Barang Baku melorot 14,95% serta Transportasi dan Logistik turun 10.33% yoy.

Pergeseran sektor industri digambarkan sesuai dengan grafis dan tampak ada sektor yang mengalami lonjakan kinerja relatif tinggi seperti Barang Baku dan Infrastruktur serta Perindustrian. 

Baca Juga: Prospek Saham Emiten Big Caps Masih Tetap Menarik

Ada juga sektor yang popularitasnya anjlok, seperti Barang Konsumen Primer dan Kesehatan serta Properti dan Real Estat. Lalu ada yang relatif stabil seperti Energi, Barang Konsumen Non Primer, Keuangan dan Transportasi dan  Logistik serta Teknologi. 

Sementara Indeks LQ 45  stabil. Sebagai indeks terdiri dari banyak saham dari beberapa sektor, sehingga lebih terdiversifikasi. Dari sini investor mendapat pelajaran, bila portofolio terkonsentrasi pada sektor tertentu, bersiaplah menghadapi risiko lebih besar berupa volatilitas harga.

Dari rotasi ini, investor perlu mengantisipasi sektor yang selanjutnya akan berkinerja baik sejalan dengan siklus ekonomi Indonesia yang membaik.

Penulis berpendapat sektor Barang Konsumen Non Primer potensial menanjak, setelah sektor Barang Konsumen Primer menanjak, giliran kebutuhan non primer akan menyusul. 

Sektor Konsumen Non Primer meliputi banyak sub sektor. Seperti Otomotif dan  Komponennya, Barang Rumah Tangga, Perdagangan Ritel, Jasa Konsumen, Pakaian serta Barang Mewah, Barang Rekreasi dan Media dan Hiburan. 

Selain itu sektor Teknologi yang sudah relatif lama terjerembab. Ini ada potensi membaik walaupun tidak bisa menjadi jawara karena terdorong membaiknya daya beli konsumen, efisiensi dan valuasi yang sudah terdiskon dalam. 

Tentu tetap perlu diingat bahwa volatilitas harga akan mengikuti potensi gain alias high risk-high return.              

Bagikan

Berita Terbaru

Atur Ulang Kewajiban Penempatan Devisa Hasil Ekspor
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:50 WIB

Atur Ulang Kewajiban Penempatan Devisa Hasil Ekspor

Berlaku 1 Januari 2026, seluruh devisa hasil ekspor SDA wajib ditempatkan di Bank Himbara           

Jaringan SPBU Shell  Mulai Menyediakan BBM
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:40 WIB

Jaringan SPBU Shell Mulai Menyediakan BBM

Shell Indonesia menyepakati impor base fuel melalui skema business-to-business (B2B) dengan Pertamina Patra Niaga.

Pemerintah Akan Bangun Pusat Olahraga Nasional
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:35 WIB

Pemerintah Akan Bangun Pusat Olahraga Nasional

Pembangunan pusat olahraga nasional tersebut bakal berdiri di atas lahan seluas 500 hektare bagi bibit-bibit olahragawan nasional.

Ihwal Bencana Sumatra, Pemerintah Hentikan Operasional Tiga Korporasi
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:20 WIB

Ihwal Bencana Sumatra, Pemerintah Hentikan Operasional Tiga Korporasi

Tiga korporasi tersebut adalah PT Agincourt Resources, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) dan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE),

Permintaan Alat Berat Bisa Naik Pasca Bencana Banjir Sumatra
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:15 WIB

Permintaan Alat Berat Bisa Naik Pasca Bencana Banjir Sumatra

Dalam jangka menengah, permintaan alat berat akan meningkat. Hal tersebut didorong oleh proyek rekonstruksi jalan, jembatan, dan fasilitas publik

Pengusaha dan Pekerja Masih Menunggu Penetapan Upah
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:10 WIB

Pengusaha dan Pekerja Masih Menunggu Penetapan Upah

Penetapan upah minimum provinsi atau UMP untuk tahun 2026 berdasarkan range yang berbeda di setiap daerah.

Produsen Masih Mampu Memenuhi DMO Batubara
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:10 WIB

Produsen Masih Mampu Memenuhi DMO Batubara

Pasokan batubara untuk kebutuhan domestik (DMO) sudah mencapai 180,98 juta ton hingga Oktober tahun ini.

Potensi Gagal Panen dan UMKM Rapuh Imbas Bencana Sumatra
| Senin, 08 Desember 2025 | 05:05 WIB

Potensi Gagal Panen dan UMKM Rapuh Imbas Bencana Sumatra

Sejumlah sektor usaha terpapar langsung dari bencana banjir dan longsor di tiga provinsi di wilayah Sumatra.

Aturan Semakin Ketat, Bisnis Fintech Bisa Tersendat
| Senin, 08 Desember 2025 | 04:50 WIB

Aturan Semakin Ketat, Bisnis Fintech Bisa Tersendat

Nilai outstanding pinjaman fintech lending per kuartal III-2025, mampu naik 22,16% secara tahunan menjadi Rp 90,99 triliun.

Banjir Sumatra dan Asuransi Wajib Bencana
| Senin, 08 Desember 2025 | 04:26 WIB

Banjir Sumatra dan Asuransi Wajib Bencana

Keberadaan asuransi wajib bisa mendorong peningkatan ketahanan iklim secara sistemik, karena asuransi tak hanya sebagai mekanisme transfer risiko.

INDEKS BERITA

Terpopuler