Meneropong Kinerja Saham-Saham yang IPO di Tahun 2023

Sabtu, 16 September 2023 | 15:12 WIB
Meneropong Kinerja Saham-Saham yang IPO di Tahun 2023
[ILUSTRASI. ANALISIS - Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama]
Wawan Hendrayana | Vice President Infovesta

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren perusahaan publik (emiten) melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) meningkat pasca pandemi Covid 19. Hingga 13 September 2023 kemarin, sudah ada 66 emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia.

Jumlah tersebut melampaui emisi tahun 2022, yang sebanyak 57 emiten. Menjelang akhir tahun antrean IPO masih ramai, dengan potensi 24 emiten. Bagaimana kinerja emiten-emiten baru tersebut?  

Bagi investor saham, IPO konon dipercaya berpotensi memberikan keuntungan (return) yang menggiurkan bagi investor. Sebagian besar saham IPO mampu mencetak return cukup signifikan di hari pertama perdagangan. 

Berdasarkan data hingga 13 September 2023, dengan asumsi investor mengikuti seluruh IPO di pasar perdana dan melepas (menjual) saham mereka pada  saat penutupan perdagangan hari pertama di pasar sekunder, dapat memperoleh return dengan rata-rata 5%.

Namun sayang, berburu saham-saham IPO terkadang tidak mudah. Salah satunya adalah tidak semua investor bisa mendapatkan jatah saham di pasar perdana . Besarnya minat investor pada saham tersebut yang menyebabkan kelebihan permintaan atau oversubscribe.

Bila ini terjadi, kebanyakan investor cenderung membeli saat saham IPO pertama kali melantai bursa dan mendorong harga naik. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana pergerakan dari harga saham yang baru listing tersebut di hari-hari selanjutnya? 

Untuk menjawabnya, kita mengamati 66 saham yang melakukan IPO hingga  awal September 2023. Periode kinerja saham juga dibagi menjadi
periode T+1, T+5 dan T+30 sejak tanggal IPO. T+1 mengasumsikan investor mendapatkan saham IPO di masa penawaran dan langsung menjual  pada harga penutupan hari pertama. Sedangkan T+5 mengasumsikan investor mendapatkan saham IPO saat masa penawaran dan baru menjual pada harga penutupan di hari kelima atau satu pekan kemudian.

Baca Juga: Menakar Prospek Empat Perusahaan yang Berencana IPO di Bursa Saham

Dari pengolahan tersebut, diperoleh data bahwa dari ke-66 saham IPO yang listing, sebanyak 30 emiten atau hampir setengah sudah mencetak return negatif alias rugi di hari pertama perdagangan (T+1).  Sisanya sebanyak 36 saham, atau dengan peluang sebesar 54,5% mampu mencetak return positif alias mencetak untung.

Dari 66 emiten yang melakukan IPO pada 2023, rata-rata return lima hari sebesar 10%. Dengan kemungkinan kinerja positif 56% dan rata-rata return 1 bulan sebesar 21% dengan kemungkinan kinerja positif 50%.

Untuk emiten yang hari pertama negatif hanya ada potensi 20% untuk saham tersebut rebound kembali positif dalam satu bulan. Dengan demikian walau dari sisi kuantitas banyak, tapi secara statistik sulit untuk dapat profit jangka pendek dari saham-saham IPO dan risiko “nyangkut” cukup besar. 

Dari data yang ada untuk emiten yang harganya turun di hari pertama cenderung terus negatif hingga hari ke-5 dan ke-30. Sehingga lebih baik bagi investor yang berorientasi trading jangka pendek melakukan cut loss bila di hari pertama, return mereka  negatif.

Pada tahun 2023 masih terdapat beberapa emiten yang akan melakukan IPO. Diharapkan kinerja IPO saham tersebut dapat lebih baik dibandingkan saham IPO  sebelumnya. 

Optimisme itu  terkait ekspektasi terhadap kinerja fundamental emiten yang lebih baik oleh potensi windows dressing pada bursa saham, didorong masuk ke tahun politik sehingga kembali memunculkan minat baik dari emiten maupun investor terkait IPO.

Kesimpulannya, ternyata tidak semua saham IPO selalu membawa berkah, Harap diingat meski dalam 30 hari harganya meningkat tidak ada jaminan bahwa harga akan terus naik dalam jangka panjang.

Baca Juga: Catat Jadwal IPO Barito Renewables (BREN) Milik Taipan Prajogo Pangestu

Para  investor dianjurkan melihat menganalisa kondisi fundamental emiten, prospek bisnis dan juga memantau likuiditas di pasar ketika membeli saham IPO.  Sedangkan untuk investor jangka pendek, lebih baik memiliki batasan yang jelas misalnya profit taking setelah untung 30% atau cut-loss setelah merugi 10%.

Hal ini memitigasi potensi kerugian jangka panjang akibat fundamental yang kurang baik, apalagi saat ini bursa sudah memberlakukan kembali auto reject simetris. Ini artinya, ada kemungkinan harga saham anjlok 35% dalam satu hari. 

Dengan memahami saham yang dibeli investor tidak akan merasa terjebak dan sekaligus lebih aman. Fundamental yang akhirnya menentukan arah pergerakan harga saham selanjutnya.  

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:49 WIB

Prospek Bisnis Emiten Properti Tersengat Penurunan BI Rate

Penurunan BI Rate membuat industri properti akan semakin menarik dan bisa jadi katalis positif. Suku bunga KPR akan semakin diminati konsumen. 

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:41 WIB

Rogoh Kocek Rp 80,3 Miliar, Berdikari Pondasi (BDKR) Siap Buyback Saham

PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk (BDKR) menyiapkan anggaran Rp 80,32 miliar untuk membeli kembali atau buyback sahamnya.

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:35 WIB

Ingin Private Placement, Sidomulyo Selaras (SDMU) Minta Restu RUPSLB

Dalam aksi korporasi ini, SDMU akan menerbitkan 2,27 miliar saham baru seri B dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:30 WIB

Harga Minyak WTI Berpotensi Menanjak Hingga Akhir Tahun

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diproyeksi akan meningkat karena sejumlah faktor eksternal.

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:25 WIB

Rupiah Masih Akan Tertekan di Akhir Pekan

Melansir Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,33% dibandingkan hari perdagangan sebelumnya ke posisi Rp 16.340 per dolar AS.

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:20 WIB

Garap Rumah Subsidi, Ingria Pratama Capitalindo (GRIA) Hadapi Banyak Tantangan

Salah satunya adalah soal penyesuaian harga jual rumah subsidi yang terus terdampak oleh inflasi dan kenaikan harga material bangunan.

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

IHSG Naik 6,14% Dalam Reli Sembilan Hari, Saham-Saham Ini Jadi Penyokong

Dalam sembilan hari kenaikan, IHSG mengakumulasikan kenaikan 6,14% dari posisi terakhir 4 Juli 2025 lalu.

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

Harga Melonjak Tinggi, Saham Emiten Masuk Radar BEI

Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan lima saham yang baru IPO di bulan Juli ini masuk UMA. Dua diantaranya sahamnya disuspensi BEI. 

Dolar Tertekan, Kesempatan Kurs Rupiah Bisa Menguat
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:15 WIB

Dolar Tertekan, Kesempatan Kurs Rupiah Bisa Menguat

Analis memproyeksi dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terjerembap ke dalam zona koreksi hingga akhir 2025.

Kowtow Diplomasi Tarif
| Jumat, 18 Juli 2025 | 06:10 WIB

Kowtow Diplomasi Tarif

Perlu dipertimbangkan betul jangan sampai 50 unit pesawat baru itu hanya terbang kosong sehingga membuat keuangan Garuda boncos.

INDEKS BERITA

Terpopuler