Mengulik Strategi Manajer Investasi Menjaga Kinerja Reksadana Fixed Income

Kamis, 21 Oktober 2021 | 05:25 WIB
Mengulik Strategi Manajer Investasi Menjaga Kinerja Reksadana Fixed Income
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap masih menawarkan potensi keuntungan yang menarik. Cuan reksadana berbasis obligasi ini masih cukup tinggi meski suku bunga rendah dan ada ancaman tapering Amerika Serikat (AS). 

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berpendapat, prospek reksadana pendapatan tetap masih akan positif. Menilik data IBPA, secara year to date (ytd) hingga 19 Oktober, investasi di obligasi negara telah memberi cuan rata-rata 4,42%. Return rata-rata investasi obligasi korporasi bahkan mencapai 8,39%. 

Meski begitu, menurut Rudiyanto, pasar obligasi akan dipenuhi tantangan. Di antaranya potensi inflasi tinggi dan potensi kenaikan suku bunga acuan pada paruh kedua tahun depan. 

"Gejolak akan lebih banyak di semester II-2022 dibandingkan semester I-2021, dengan asumsi tidak ada perubahan yang signifikan seperti kenaikan bunga dipercepat atau nominal tapering lebih besar," tutur Rudiyanto.

Baca Juga: ICBI kembali rekor, minat investor condong ke obligasi tenor pendek

Para manajer investasi tentu memperhatikan faktor-faktor tersebut dalam menyusun strategi pengelolaan reksadana tetap. Rudiyanto menyebut, Panin AM akan memanfaatkan kombinasi obligasi korporasi dan obligasi pemerintah jangka pendek yang risiko fluktuasinya relatif rendah. Lalu saat harga obligasi pemerintah terkoreksi, Panin AM akan masuk membeli obligasi jangka panjang. 

Sementara Sucorinvest Asset Management menjaga kinerja reksadana pendapatan tetap dengan meningkatkan porsi obligasi korporasi. Head of Fixed Income Sucorinvest AM Dimas Yusuf menyebut, harga dan volatilitas obligasi korporasi lebih terjaga. 
Sucorinvest AM juga memanfaatkan pembagian kupon sembari menambah porsi obligasi korporasi yang menarik. Strategi ini masih akan diterapkan tahun depan, mengingat kondisi belum banyak berubah. "Baru di pengujung 2022, Sucorinvest akan mengubah strategi pengelolaan produk," tutur Dimas. 

Dimas memperkirakan pada tahun ini dan tahun depan, produk reksadana pendapatan tetap milik Sucorinvest AM bisa memberikan imbal hasil berkisar di 6,5%-7%.

Dimas menyarankan, investor jangka pendek bisa mempertimbangkan memilih reksadana pendapatan tetap dengan porsi obligasi korporasi besar. "Bagi investor dengan time horizon tiga tahun ke atas, reksadana pendapatan tetap berbasis SBN paling menarik," saran dia.

Menurut Rudiyanto, investor bisa memilih reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi di obligasi korporasi atau yang membagi imbal hasil tetap setiap bulan. "Atau bisa juga membeli reksadana pendapatan tetap yang bobot obligasi pemerintahnya lebih besar ketika ada koreksi besar di obligasi pemerintah, di mana yield mendekati batas atas dari perkiraan wajar," saran dia. 

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana naik Rp 8,76 triliun pada September 2021

Bagikan

Berita Terbaru

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:20 WIB

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis

DRMA sedang merampungkan akuisisi PT Mah Sing Indonesia. Akuisisi 82% saham perusahaan komponen plastik tersebut mencatat nilai Rp 41 miliar.

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:17 WIB

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi

Melihat rencana bisnis PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) yang tengah memperkuat portofolio produk berbasis teknologi

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:55 WIB

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan

Risiko tinggi bikin asuransi fintech lending sulit dibuat dan butuh persiapan yang sangat matang agar tidak menambah risiko

Menakar Plus Minus Produk Pembiayaan untuk Investasi Reksadana
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:50 WIB

Menakar Plus Minus Produk Pembiayaan untuk Investasi Reksadana

Bank Sinarmas resmi meluncurkan fasilitas kredit untuk produk reksadana milik PT Surya Timur Alam Raya Asset Management. 

United Tractors (UNTR) Gali Bisnis Tambang Mineral
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:30 WIB

United Tractors (UNTR) Gali Bisnis Tambang Mineral

UNTR sedang menuntaskan proses untuk mengakuisisi Proyek Doup, tambang emas yang saat ini dimiliki oleh PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB).

Perdagangan Australia–Indonesia Masuki Fase Baru, Melejit Tiga Kali Lipat!
| Sabtu, 22 November 2025 | 03:35 WIB

Perdagangan Australia–Indonesia Masuki Fase Baru, Melejit Tiga Kali Lipat!

Hubungan ekonomi Indonesia-Australia makin erat, didorong IA-CEPA. Perdagangan naik 3 kali lipat, investasi Australia ke RI melonjak 30%.

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang
| Jumat, 21 November 2025 | 18:25 WIB

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang

Nasib proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan hingga kini belum jelas.

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:35 WIB

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan

PT Timah Tbk (TINS) optimistis dapat memperbaiki kinerja operasional dan keuangannya sampai akhir 2025. 

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa
| Jumat, 21 November 2025 | 08:30 WIB

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa

Langkah Grup Sampoerna melepas PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), meninggalkan catatan sejarah dalam dunia pasar modal di dalam negeri. ​

INDEKS BERITA