Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)

Senin, 08 Desember 2025 | 09:32 WIB
Mengupas Kinerja Hingga Prospek Emiten Anggota MIND ID di 2026: ANTM dan TINS (Bag 1)
[ILUSTRASI. Fasilitas pengolahan nikel PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). DOK/MIND ID]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tedy Gumilar

 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas harga komoditas tambang mewarnai perjalanan saham emiten di bawah holding MIND ID hingga menjelang tutup tahun 2026. Dua di antaranya adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Timah Tbk (TINS) yang tersulut lonjakan harga emas dan timah dunia.

Namun, perjalanan di tahun 2026 diperkirakan tak akan kompak mulus bagi keduanya. Sejumlah faktor struktural lain disinyalir bisa menjadi katalis positif atau bahkan mengguncang bisnis mereka pada tahun mendatang.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Laba Melonjak, Pasokan Tersendat

Saham ANTM tampil perkasa sepanjang tahun ini. Secara year to date (YtD) saham ANTM melaju 90,82% ke level Rp 2.910 per saham per 5 Desember 2025.

Penguatan saham ini seirama dengan reli harga emas yang mencapai US$ 4.210 per ons pada 5 Desember 2025, melonjak 59,45% dari periode yang sama tahun lalu. Trading Economics mencatat, emas sempat memuncak ke rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$ 4.381,58 pada Oktober 2025.

Di tengah lonjakan harga emas, kinerja ANTM mencatatkan profitabilitas yang kuat. Pendapatan ANTM melesat 66,7% year on year (YoY) menjadi Rp 71,03 triliun per September 2025. Pertumbuhan ini ditopang peningkatan penjualan emas 64,3% YoY (Rp 58,67 triliun) dan bijih nikel yang melambung 171,9% YoY (Rp 9,53 triliun).

Sejalan dengan itu, laba kotor ANTM meroket 167,7% YoY menjadi Rp 10,98 triliun, mengatrol gross profit margin (GPM) menjadi 15,2% dari 9,5% pada September 2024.

EBITDA ikut melejit 204,6% YoY menjadi Rp 8,81 triliun, dengan lebih dari 50% EBITDA ditopang oleh segmen nikel. Alhasil, laba bersih ANTM terkerek 171,4% YoY menjadi Rp 5,98 triliun.

Baca Juga: Asing Rajin Borong Saham TLKM, JP Morgan hingga Invesco Serok Ratusan Juta Lembar

Risiko Pasokan Emas Bayangi Kinerja Kuartalan

Meskipun kinerja kumulatif memuaskan, Phintraco Sekuritas (19/11) menyoroti penjualan emas ANTM yang anjlok drastis pada kuartal III-2025 menjadi 4,8 ton, dari 15,6 ton pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini akibat gangguan pasokan yang dimulai pada Juli 2025 menyusul insiden operasional di tambang Grasberg dan pemberlakuan impor emas selektif.

Insiden pasokan ini terkait dengan aturan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 pada impor emas batangan yang diatur dalam PMK 51 Tahun 2025. Aturan anyar ini menegaskan tarif pajak 0,25% tetap dikenakan, dan pengecualian Surat Keterangan Bebas (SKB) impor emas untuk tujuan ekspor ditiadakan.

JP Morgan dalam risetnya (28/10) memperkirakan volume penjualan emas ANTM akan berkisar 100.000 hingga 150.000 ons di kuartal mendatang sebelum pasokan dari Freeport kembali tersedia penuh tahun depan.

"Di sisi positif, volume emas yang relatif rendah diimbangi oleh margin EBIT yang lebih baik, yakni 7,6% di kuartal ketiga. Capaian ini melampaui ekspektasi kami," ujar Analis JP Morgan; Benny Kurniawan, Anuja Mandvekar, dan Henry Wibowo.

Untuk menopang target penjualan 2026, ANTM memastikan kelancaran arus pasokan dari Freeport pasca-insiden dan menyeimbangkan pasokan domestik dengan impor secara selektif.

Sementara itu, di komoditas nikel, produksi ANTM melambung 71,9% YoY menjadi 12,55 juta wmt. Produksi bauksit juga meningkat 262,9% YoY sejalan dengan proyek SGAR Tahap 1 yang ditargetkan beroperasi komersial pada akhir 2025.

Baca Juga: Laba ACES Diproyeksi Turun 20% di 2025, bisa Rebound Berkat Low Base Effect di 2026

Proyeksi Kontras ANTM di 2026

CGS International justru melihat ANTM kurang menarik. Analis Jacquelin Hamdani dan Edward Halim merevisi asumsi volume penjualan 2026/2027 di semua segmen (termasuk emas -20% dan bauksit -22%), yang mengakibatkan penurunan pendapatan 11%-12%.

Meski pendapatan turun, CGS International memproyeksi laba bersih FY26F justru meningkat 9% berkat penyesuaian margin dan penurunan biaya operasional.

Namun, laba bersih ANTM 2026/2027 diprediksi 27%-42% lebih rendah dari konsensus Bloomberg karena pasar belum menyesuaikan risiko pasokan. Oleh karena itu, CGS International menurunkan rating menjadi reduce dari hold dengan target harga Rp 2.500 per saham.

Meskipun CGS International bersikap skeptis, konsensus Bloomberg mencatat 21 sekuritas masih merekomendasikan Beli (Buy) dengan target harga konsensus 12 bulan di level Rp 3.720 per saham.

 

Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.
Sudah Berlangganan?
Berlangganan dengan Google
Gratis uji coba 7 hari pertama dan gunakan akun Google sebagai metode pembayaran.
Business Insight
Artikel pilihan editor Kontan yang menyajikan analisis mendalam, didukung data dan investigasi.
Kontan Digital Premium Access
Paket bundling Kontan berisi Business Insight, e-paper harian dan tabloid serta arsip e-paper selama 30 hari.
Masuk untuk Melanjutkan Proses Berlangganan
Bagikan

Berita Terbaru

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP
| Minggu, 28 Desember 2025 | 13:00 WIB

Pertaruhan Besar Nikel RI: Banjir Pasokan di Gudang LME, Kalah Saing Lawan LFP

Indonesia mengalami ketergantungan akut pada China di saat minat Negeri Tirai Bambu terhadap baterai nikel justru memudar.

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 11:15 WIB

Restrukturisasi Garuda Indonesia Masuk Babak Baru, Simak Prospek GIAA Menuju 2026

Restrukturisasi finansial saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan pasar secara total terhadap GIAA.​

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:27 WIB

Agar Kinerja Lebih Seksi, TBS Energi Utama (TOBA) Menggelar Aksi Pembelian Kembali

Perkiraan dana pembelian kembali menggunakan harga saham perusahaan pada penutupan perdagangan 23 Desember 2025, yaitu Rp 710 per saham.

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:12 WIB

Provident Investasi Bersama (PALM) Tetap Fokus di Tiga Sektor Investasi di 2026

Tahun depan, PALM siap berinvetasi di sektor-sektor baru. Kami juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup.

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:03 WIB

Melalui Anak Usaha, Emiten Happy Hapsoro Ini Mencaplok Saham Kontraktor Hulu Migas

HCM,  kontraktor kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi pada Wilayah Kerja Selat Madura berdasarkan production sharing contract dengan SKK Migas.

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering
| Minggu, 28 Desember 2025 | 10:00 WIB

Okupansi Hotel Fluktuatif, DFAM Tancap Gas Garap Bisnis Katering

Penyesuaian pola belanja pemerintah pasca-efisiensi di tahun 2025 bisa membuat bisnis hotel lebih stabil.

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:20 WIB

Menjadi Adaptif Melalui Reksadana Campuran

Diversifikasi reksadana campuran memungkinkan investor menikmati pertumbuhan saham sekaligus stabilitas dari obligasi dan pasar uang 

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:15 WIB

Defensif Fondasi Keuangan, Agresif dalam Berinvestasi

Ekonomi dan konsumsi masyarakat berpotensi menguat di 2026. Simak strategi yang bisa Anda lakukan supaya keuangan tetap aman.

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:02 WIB

Cari Dana Modal Kerja dan Refinancing, Emiten Ramai-Ramai Rilis Surat Utang

Ramainya rencana penerbitan obligasi yang berlangsung pada awal  tahun 2026 dipengaruhi kebutuhan refinancing dan pendanaan ekspansi.

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026
| Minggu, 28 Desember 2025 | 08:00 WIB

Catat Perbaikan Kinerja di Kuartal III-2025, PANR Optimis Menatap Bisnis di 2026

Faktor cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah memaksa wisatawan domestik memilih destinasi yang dekat.​

INDEKS BERITA