Menimbang Sanksi Barat, Fitch dan Moody’s Pangkas Peringkat Rusia ke Kategori Sampah

Kamis, 03 Maret 2022 | 17:04 WIB
Menimbang Sanksi Barat, Fitch dan Moody’s Pangkas Peringkat Rusia ke Kategori Sampah
[ILUSTRASI. Pasukan tentara pro-Rusia dalam seragam tanpa lencana di atas sebuah tank dengan huruf 'Z' di pemukiman yang dikontrol separatis, Buhas (Bugas), di Donetsk, Ukraina, Selasa (1/3/2022). REUTERS/Alexander Ermochenko]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID. Lembaga pemeringkat Fitch dan Moody's menurunkan peringkat Rusia langsung enam tingkat hingga masuk kategori "sampah." Pemangkasan itu mencerminkan keraguan lembaga-lembaga pemeringkat terhadap kemampuan Rusia melunasi utang di saat terkepung sanksi ekonomi dari negara-negara barat.

Pasar keuangan Rusia terjerumus ke dalam kekacauan akibat sanksi yang dijatuhkan negara-negara barat terkait nvasinya ke Ukraina. Sanksi atas Rusia memicu serangkaian pergerakan peringkat kredit dan peringatan tentang dampaknya terhadap ekonomi Rusia. S&P menurunkan peringkat Rusia menjadi status sampah minggu lalu.

Sanksi ekonomi atas Rusia juga menjadi alasan penyedia indeks FTSE Russell dan MSCI untuk menghapus ekuitas Rusia dari semua indeks mereka. Awal pekan ini, seorang eksekutif puncak MSCI menyebut bursa saham Rusia sebagai “tidak layak investasi.”

Baca Juga: Amazon dan Future Akhirnya Sepakat Bernegosiasi Soal Seteru yang Melibatkan Reliance

FTSE Russell mengatakan keputusan itu akan efektif mulai 7 Maret. Sementara MSCI mengatakan keputusannya akan diterapkan sekaligus untuk semua indeks MSCI pada penutupan pasar 9 Maret. MSCI mengatakan juga mengklasifikasi ulang Indeks MSCI Rusia dari emerging market menjadi standalone market.

Rusia memiliki bobot 3,24% dalam perhitungan indeks MSCI emerging market dan bobot sekitar 30 basis poin dalam indeks global MSCI.

Institute of International Finance memprediksi kontraksi dua digit pada pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Fitch menurunkan peringkat Rusia menjadi "B" dari "BBB" dan menempatkan peringkat negara itu pada "rating watch negatif". Moody's, yang pekan lalu mengumumkan tentang kemungkinan penurunan peringkat, juga memangkas peringkat negara itu enam tingkat sekaligus, menjadi B3 dari Baa3.

 Baca Juga: Ekonomi Jepang Tampak Kian Lesu, Sektor Jasa Alami Kontraksi Terbesar selama 21 Bulan

Fitch mengatakan cuma ada satu negara lain yang pernah mengalami penurunan peringkat hingga enam tingkat, yaitu Korea Selatan pada tahun 1997. 

"Keberatan sanksi internasional dalam menanggapi invasi militer Rusia ke Ukraina telah meningkatkan risiko stabilitas keuangan makro, merupakan kejutan besar bagi fundamental kredit Rusia dan dapat merusak kesediaannya untuk membayar utang pemerintah," demikian kutipan pernyataan Fitch dalam laporannya.

Fitch mengatakan bahwa sanksi AS dan Uni Eropa yang melarang transaksi apa pun dengan Bank Sentral Rusia akan memiliki "dampak yang jauh lebih besar pada fundamental kredit Rusia daripada sanksi sebelumnya." Sanksi itu akan membuat banyak cadangan internasional Rusia tidak dapat digunakan untuk intervensi FX.

"Sanksi juga dapat membebani kesediaan Rusia untuk membayar utang," Fitch memperingatkan. "Tanggapan Presiden Putin untuk menempatkan pasukan nuklir dalam siaga tinggi tampaknya mengurangi prospek dia mengubah arah di Ukraina ke tingkat yang diperlukan untuk membalikkan sanksi yang diperketat dengan cepat."

Fitch mengatakan pihaknya mengharapkan peningkatan sanksi lebih lanjut terhadap bank-bank Rusia.

Moody's mengatakan pada hari Kamis ruang lingkup dan tingkat keparahan sanksi "telah melampaui harapan awal Moody dan akan memiliki implikasi kredit material."

Sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat juga akan secara nyata melemahkan potensi pertumbuhan PDB Rusia relatif terhadap penilaian lembaga pemeringkat sebelumnya sebesar 1,6%, kata Fitch.

"Dalam kasus ini, aset yang dibekukan atau jatuh akibat sanksi yang menyebabkan peringkat rontok," tulis analis di Mizuho. Mereka menambahkan bahwa "peringkat dan risiko benchmark yang terungkap dapat menambah eksodus modal lebih lanjut karena dana benchmark dipaksa untuk dilikuidasi daripada ditahan."

 Baca Juga: Inflasi Swiss Bulan Lalu, Tertinggi Sejak 2008 dan Lewati Batas Atas Bank Sentral

Sanksi yang dikenakan pada Rusia telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan negara itu gagal membayar dolar dan utang pemerintah pasar internasional lainnya, analis di JPMorgan dan di tempat lain mengatakan pada hari Rabu.

Rusia telah menanggapi sanksi dengan berbagai langkah untuk menopang pertahanan ekonominya dan membalas pembatasan Barat. Negeri itu sudah menaikkan suku bunga pinjaman utamanya menjadi 20%, melarang pialang Rusia menjual sekuritas yang dipegang oleh orang asing, memerintahkan perusahaan pengekspor untuk menopang rubel, dan mengatakan akan menghentikan investor asing menjual aset.

Pemerintah juga berencana untuk memanfaatkan Dana Kekayaan Nasional (NWF), bantalan yang disiapkan di masa sulit, untuk membantu melawan sanksi.

Bagikan

Berita Terbaru

Laju Simpanan Korporasi di Bank Melambat
| Rabu, 16 Juli 2025 | 01:17 WIB

Laju Simpanan Korporasi di Bank Melambat

Aktivitas bisnis di Tanah Air masih lesu. Perusahaan-perusahaan masih berhati-hati dalam melakukan belanja dan investasi bisnis.​

BI Rate Perlu Turun Meski Masih Susah Untuk Turun
| Selasa, 15 Juli 2025 | 21:09 WIB

BI Rate Perlu Turun Meski Masih Susah Untuk Turun

Ekonom menyebut masih ada ketidakpastian tarif yang bisa menimbulkan capital outflow jika BI memutuskan memangkas bunga lebih cepat. 

Harga Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Diproyeksi Tetap Bullish Ditopang Ekspansi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 21:05 WIB

Harga Saham Solusi Sinergi Digital (WIFI) Diproyeksi Tetap Bullish Ditopang Ekspansi

Kenaikan kinerja WIFI di awal 2025 menjadi sinyal positif emiten ini siap mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba dalam beberapa tahun ke depan

Saham Sinar Eka Selaras (ERAL) Naik Didukung Kinerja dan Ekspansi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 20:25 WIB

Saham Sinar Eka Selaras (ERAL) Naik Didukung Kinerja dan Ekspansi

Harga saham PT Sinar Eka Selaras Tbk (ERAL) untuk pertama kalinya berhasil melampaui harga IPO-nya 8 Agustus 2023 silam.

PSAT Terkena UMA Usai Lima Hari Listing, Lima Broker Ini Paling Banyak Jual-Beli
| Selasa, 15 Juli 2025 | 19:52 WIB

PSAT Terkena UMA Usai Lima Hari Listing, Lima Broker Ini Paling Banyak Jual-Beli

Sejak listing di BEI pada Selasa, 8 Juli 2025, PSAT memang terus-menerus menyentuh autoreject atas (ARA).

Agresif Transisi ke Bisnis Non-Batubara, Profil Keuangan INDY Jadi Sorotan
| Selasa, 15 Juli 2025 | 15:41 WIB

Agresif Transisi ke Bisnis Non-Batubara, Profil Keuangan INDY Jadi Sorotan

Indika Energy telah mengungkapkan targetnya untuk mencapai komposisi pendapatan 50:50 antara segmen batubara dan non-batubara pada 2028 mendatang.

Jejak Panjang Happy Hapsoro di Saham MINA, Setelah 8 Tahun Pasif Kini Ambil Kendali
| Selasa, 15 Juli 2025 | 14:05 WIB

Jejak Panjang Happy Hapsoro di Saham MINA, Setelah 8 Tahun Pasif Kini Ambil Kendali

Setelah Happy Hapsoro jadi pengendali MINA, komisaris serta direksi dirombak dan rencana ekspansi bisnis dijalankan. 

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara
| Selasa, 15 Juli 2025 | 09:40 WIB

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) lebih berhati-hati di bisnis PLTA namun tetap ekspansif di pertambangan nikel.

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:52 WIB

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi

Lantaran sudah mengalami kenaikan tinggi sejak awal 2025, saham INET disarankan untuk trading jangka pendek saja.

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:47 WIB

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 15 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.914.000 per gram, harga buyback Rp 1.758.000 per gram.

INDEKS BERITA

Terpopuler