Menjaga Talenta

Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:00 WIB
Menjaga Talenta
[ILUSTRASI. TAJUK - Thomas Hadiwinata]
Thomas Hadiwinata | Managing Editor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanggal 30 April kemarin merupakan hari ke-100 Donald Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Trump  sangat tidak menyia-nyiakan waktunya berkuasa. 

Di hari pertamanya menjadi Presiden AS ke-47, Trump meneken 26 executive order. Selama tiga bulan berkuasa, Trump menandatangani 143 executive order. Ia pun menjadi Presiden AS yang paling rajin merilis executive order selama 100 hari pertama memerintah.

Namun produktivitas dalam menghasilkan aturan tak menjadikannya populer. Banyak executive order Trump memang merugikan, tak cuma warga negerinya saja, tetapi negara lain. Ambil contoh perintahnya untuk memberlakukan tarif resiprokal atas mitra dagang AS.

Tidak mengherankan jika mayoritas warga AS enggan mendukung kebijakan Trump. Sikap itu tecermin dari jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei kredibel. 

Hasil polling Gallup menunjukkan approval rating atas Presiden Trump dalam 100 hari pertamanya menjabat sebesar 44%. Angka ini disertai catatan sebagai yang terendah yang pernah diperoleh seorang Presiden AS selama 100 hari pertamanya, paska Perang Dunia kedua.

Angka persetujuan atas kepemimpinan Trump yang dihasilkan oleh survei Reuters/Ipsos malah lebih rendah lagi. Total approval rating atas Trump hanya 42%. 

Penilaian negatif atas 100 hari Trump juga datang dari bursa saham. Ini terlihat dari pergerakan indeks S&P 500 yang cuma naik di empat pekan pertama, dan terus menukik di dua bulan berikutnya. Puncak penurunan terjadi saat Trump memasang tarif sepihak.

Kebijakan Trump di masa pemerintahannya yang kedua dan menuai banyak kritik dari warganya sendiri bermuara pada kebijakan imigrasi  yang keliwat ketat. Kendati dikampanyekan sebagai upaya melindungi AS dari banjir para pendatang, kebijakan Trump dinilai justru membuat negerinya mengalami brain drain.

Para mahasiswa paska sarjana dari luar AS, yang selama ini menopang pertumbuhan industri teknologi, banyak yang merasa tak lagi nyaman. Mereka pun memilih untuk kembali ke negerinya.

Situasi di AS ini seharusnya relevan bagi kita. Alih-alih menganggap gerakan kabur aja dulu sebagai sebuah cibiran, pemerintah kita harusnya introspeksi. Jika di negara sebesar AS saja, para pemilik otak cemerlang ini bisa merasa tak betah dengan kebijakan yang nyeleneh, apalagi di negeri berkembang semacam Indonesia.

Bagikan

Berita Terbaru

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara
| Kamis, 06 November 2025 | 15:25 WIB

Akui Bukan SWF Biasa, Mari Kupas Jati Diri BPI Danatara

Danantara merupakan SWF berbasis BUMN sehingga tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban pelayanan publik (public servic obligation).

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun
| Kamis, 06 November 2025 | 13:53 WIB

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun

PT PINS Indonesia, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), akhirnya buka suara menanggapi kabar kepailitan PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket
| Kamis, 06 November 2025 | 13:46 WIB

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket

Penyertaan Modal Negara sudah tak lagi digunakan sehingga beberapa upaya diluncurkan PT Pelni guna memastikan kelanjutan investasi armada.

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis
| Kamis, 06 November 2025 | 09:52 WIB

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis

Tekanan daya beli masyarakat masih jadi tantangan emiten rokok. Penurunan daya beli memicu pergeseran konsumsi ke segmen value for money (VFM).

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi
| Kamis, 06 November 2025 | 09:00 WIB

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi

Kasus pailit PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) mencerminkan buruknya perlindungan investor publik.

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI
| Kamis, 06 November 2025 | 08:15 WIB

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI

Analisis aksi korporasi PANI: Rights issue Rp 16,6 triliun, akuisisi CBDK, dan prospek saham di tengah pemulihan pasar properti.

INDEKS BERITA

Terpopuler