Meski Likuiditas Menguat, Laba Bersih Lippo Karawaci Per Kuartal I-2019 Turun 62%
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lengan bisnis Grup Lippo di sektor properti, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), membukukan laba bersih sebesar Rp 50 miliar sepanjang kuartal I-2019.
Dibandingkan kuartal I-2018 lalu sebesar Rp 132 miliar, laba bersih Lippo Karawaci sepanjang tiga bulan pertama tahun ini turun sebesar 62,12%.
Padahal, pendapatan Lippo Karawaci pada periode Januari hingga Maret 2019 tercatat naik.
Per akhir Maret 2019, perusahaan yang sahamnya merupakan anggota indeks Kompas100 ini membukukan pendapatan sebesar Rp 2,8 triliun. Dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,5 triliun, pendapatan Lippo Karawaci pada kuartal I-2019 naik 12%.
Manajemen Lippo Karawaci mengatakan, peningkatan pendapatan Lippo Karawaci terutama disumbang oleh kenaikan pendapatan berulang dari segmen bisnis layanan kesehatan yang dimotori oleh anak usahanya, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO).
Pada kuartal I-2019, Siloam membukukan pendapatan sebesar Rp 1, triliun, naik 18,2% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Pendapatan dari Siloam menyumbang 79,4% terhadap total pendapatan berulang Lippo Karawaci.
Sementara pendapatan segmen bisnis mal dan lain-lain naik 1,9% menjadi Rp 444 miliar. Jumlah tersebut menyumbang 15,8% terhadap total pendapatan berulang Lippo Karawaci.
Sementara pendapatan segmen Development meningkat 4,8% menjadi Rp 650 miliar. Segmen ini menyumbang 23,2% terhadap total pendapatan Lippo Karawaci di kuartal I-2019.
Pendapatan segmen Development disumbang oleh pendapatan dari Divisi Large Scale Integrated Develoment yang membukukan pendapatan Rp 217 miliar, naik 19,9%. Sementara Divisi Urban Development menyumbang pendapatan sebesar Rp 433 miliar.
Meski total pendapatan naik, beban usaha Lippo Karawaci juga ikut naik. Pada kuartal I-2019, beban usaha Lippo Karawaci naik 12% menjadi Rp 940,86 miliar.
Manajemen Lippo Karawaci menyebutkan, kenaikan beban ini disebabkan terutama karena pengeluaran yang lebih tinggi di Siloam Hospital sebagai akibat dari ekspansi jaringan rumahsakit.
Kenaikan beban usaha juga disumbang oleh kenaikan pengeluaran di segmen mal dan lain-lain karena penambahan karyawan di Lippo Malls Indonesia.
Pada saat bersamaan, Lippo Karawaci juga mencatatkan kenaikan beban lainnya. Per kuartal I-2019, beban lainnya tercatat naik 66,2% menjadi Rp 248,3 miliar.
Kenaikan beban usaha maupun beban lainnya ini menggerus pendapatan Lippo Karawaci sehingga laba bersihnya hanya tercatat sebesar Rp 50 miliar.
Meski laba bersih menurut, arus kas Lippo Karawaci mulai menunjukkan penguatan.
Per kuartal I-2019, arus kas bersih untuk aktivitas operasi masih tercatat defisit sebesar Rp 833,35 miliar. Jumlah tersebut naik 66,2% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Arus kas bersih dari aktivitas investasi juga tercatat defisit Rp 114,43 miliar. Pada kuartal I-2018 lalu, arus kas bersih dari aktivitas investasi masih tercatat surplus Rp 20,49 miliar.
Sementara itu, arus kas dari aktivitas pendanaan tercatat sebesar Rp 3,89 triliun. Pada kuartal I-2019 lalu, arus kas bersih dari aktivitas pendanaan tercatat defisit Rp 187,45 miliar.
Arus kas pendanaan tercatat surplus dalam jumlah besar berkat langkah keluarga Riady melalui Inti Anugerah Pratama yang telah melakukan penyetoran lebih awal alias advanced subscription atas pembayaran saham yang menjadi haknya senilai US$ 280 juta atau sebesar Rp 3,98 triliun.
Advance subscription ini merupakan bentuk komitmen keluarga Riady dalam rights issue Lippo Karawaci.
Seperti diketahui, Lippo Karawaci tengah menggelar program pendanaan senilai US$ 1,01 miliar. Dana tersebut akan diperoleh dari rights issue sebesar US$ 730 juta, penjualan Puri Mall ke Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) senilai US$ 20 juta, dan penjualan dua rumahsakit di Myanmar senilai US$ 19,5 juta.
Berkat suntikan dana tersebut, kas dan setara kas Lippo Karawaci naik sebesar Rp 2,9 triliun. Per akhir Maret 2019, posisi kas dan setara kas Lippo Karawaci sebesar Rp 4,76 triliun.
Selain likuiditas yang menguat, kinerja marketing sales alias prapenjualan Lippo Karawaci juga meningkat.
Pada kuartal I-2019, marketing sales Lippo Karawaci melonjak 159,6% menjadi Rp 623 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 31% dari target marketing sales sepanjang tahun ini sebesar Rp 2 triliun.
Lippo Cikarang menyumbang marketing sales paling besar sebesar Rp 925 miliar. Sementara San Diego Hills menempati posisi kedua dengan marketing sales sebesar Rp 200 miliar.
Urutan ketiga ditempati oleh Tanjung Bunga dan proyek kondominium St. Moritz yang masing-masing menyumbang marketing sales sebesar Rp 190 miliar.
Manajemen Lippo Karawaci berkomitmen untuk menyelesaikan proyek yang sedang berjalan saat ini. Lippo Karawaci juga akan mengalokasikan dana US$ 100 juta yang diperoleh dari hasil rights issue untuk penyelesaian proyek tersebut.
Meskipun hasil kuartal pertama menunjukkan adanya pelambatan pasar properti, CEO Lippo Karawaci John Riady mengatakan, Lippo Karawaci melihat peluang yang cukup besar untuk perbaikan. Karena itu, John percaya Lippo Karawaci akan membukukan prapenjualan yang lebih.
“Sambil bergerak cepat setelah Pemilu selesai baru-baru ini, kami berharap bahwa dalam beberapa bulan mendatang, pasar properti akan hidup kembali dengan suasana yang lebih dovish dari bank sentral sehingga dapat mendukung ekspansi pasar,” ujar John Riady, CEO LPKR, mengatakan:
John menambahkan, manajemen Lippo Karawaci bersemangat untuk mempercepat rencana transformasi strategis dan berharap hasil kuartal I 2019 akan menjadi titik balik dalam sejarah Lippo Karawaci.
Program pendanaan komprehensif, John bilang, berjalan dengan baik. Lippo telah menyelesaikan tender obligasi dan mengurangi rasio utang dalam neraca.
“Dalam beberapa bulan mendatang, kami berharap dapat menyelesaikan rights issue dan melakukan pembayaran berbagai pinjaman bank dan pembelian kembali obligasi secara agresif serta mempercepat penyelesaian proyek-proyek yang ada," kata John.