Minyak Mulai Stabil, Setelah Bergerak Liar Terpicu Rencana Pelepasan Cadangan

Jumat, 19 November 2021 | 11:43 WIB
Minyak Mulai Stabil, Setelah Bergerak Liar Terpicu Rencana Pelepasan Cadangan
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Pompa minyak di ladang Midland, Texas, AS. 22 Agustus 2018. REUTERS/Nick Oxford/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID -TOKYO. Harga minyak mentah mulai bergerak stabil pada perdagangan Jumat (19/11). Investor mengambil napas setelah minyak sempat bergerak liar sepanjang Kamis, terdorong oleh kemungkinan negara-negara ekonomi utama dunia melepaskan cadangan minyak strategisnya secara terkoordinasi. 

Harga minyak mentah Brent naik US$ 0,28 atau 0,3% menjadi US$ 81,52 per barel pada perdagangan pagi di Asia, atau 08.45 WIB. Minyak acuan tersebut, Kamis (18/11), sempat rontok hingga level terendahnya selama enam minggu terakhir, sebelum rebound menjadi ditutup 1,2% lebih tinggi.

Sedang minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik US$ 0,19 menjadi US$ 79,20 per barel, setelah berayun dengan kisaran pergerakan harga lebih dari US$ 2 pada sesi sebelumnya sebelum ditutup. Kedua jenis minyak acuan itu berada di jalur penurunan mingguan untuk keempat kalinya berturut-turut.

Pusaran harga terjadi di pasar menyusul pemberitaan Reuters bahwa AS telah meminta China, Jepang dan negara lain yang menggunakan minyak dalam jumlah besar untuk bergabung dengan pelepasan stok minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserves (SPR).

Baca Juga: Dukung masa transisi EBT, berikut rencana PGN (PGAS) meningkatkan penggunaan gas bumi

"Pasar tetap ketat secara fundamental dan volume apa pun yang dirilis tidak mungkin secara substansial mengubah keseimbangan global," kata analis komoditas Fitch Solutions dalam sebuah catatan. "Dengan demikian, kami memperkirakan penurunan harga akan terbatas dalam skala dan durasi."

Dorongan pemerintahan Biden untuk pelepasan stok minyak yang terkoordinasi telah dilihat sebagai sinyal kepada kelompok produksi OPEC+ bahwa mereka harus meningkatkan produksi untuk mengatasi kekhawatiran harga bahan bakar yang tinggi di ekonomi terbesar dunia, dimulai dengan Amerika Serikat, China dan Jepang.

OPEC+, afiliasi yang merujuk ke Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), plus para sekutunya, terutama Rusia, telah mempertahankan apa yang dikatakan para analis sebagai pengekangan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebijakan memangkas produksi itu bahkan dipertahankan saat harga telah pulih dari kedalaman tahap awal pandemi virus corona.

Sementara itu data yang menunjukkan ekspor minyak Arab Saudi mencapai level tertinggi delapan bulan pada September, naik untuk bulan kelima berturut-turut, juga membantu menjaga harga tetap terkendali.

Selanjutnya: Ingin Galang Lagi Kerjasama Ekonomi dengan Asia Pasifik, AS Janjikan Kerangka Baru

 

Bagikan

Berita Terbaru

Maybank Marathon: Berlari Sembari Menghapus Jejak Karbon
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 17:06 WIB

Maybank Marathon: Berlari Sembari Menghapus Jejak Karbon

Ajang olahraga marathon kini bukan hanya sekadar lomba lari. Ajang olahraga ini juga menjadi sarana menghapus jejak karbon

Suku Bunga Acuan Dipangkas 4 Kali, Namun Kredit Tidak Ada Penurunan Berarti
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 13:00 WIB

Suku Bunga Acuan Dipangkas 4 Kali, Namun Kredit Tidak Ada Penurunan Berarti

Sepanjang tahun 2025 ini, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebanyak total empat kali.

Jalan-Jalan ala Pariwisata Berkelanjutan
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 12:46 WIB

Jalan-Jalan ala Pariwisata Berkelanjutan

Tahun 2024 menjadi tahun kebangkitan pariwisata global dan Indonesia. Di tengah pertumbuhan, ada tantangan menyambut tren wisata berkelanjutan.

 
Mengejar Bayangan
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 12:42 WIB

Mengejar Bayangan

Konon, potensi penerimaan negara berupa pajak maupun non-pajak sangat besar dari shadow economy di negeri ini.

Sidang Korupsi Asabri 29 Agustus Seret 10 MI, Salah Satunya Milik Petinggi Danantara
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 07:10 WIB

Sidang Korupsi Asabri 29 Agustus Seret 10 MI, Salah Satunya Milik Petinggi Danantara

Sebanyak 10 perusahaan Manajer Investasi jalani sidang perdana kasus korupsi Asabri sebagai terdakwa di Pengadilan Tipikor, 29 Agustus mendatang.

Era Suku Bunga Rendah, Prospek Emiten Sektor Properti dan Konstruksi Bisa Cerah
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:22 WIB

Era Suku Bunga Rendah, Prospek Emiten Sektor Properti dan Konstruksi Bisa Cerah

Secara historis, harga saham emiten properti memiliki korelasi negatif yang tinggi dengan arah suku bunga BI.

Dampak Penurunan BI Rate : Selamat Datang Era Imbal Hasil Berinvestasi Mini
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:16 WIB

Dampak Penurunan BI Rate : Selamat Datang Era Imbal Hasil Berinvestasi Mini

Imbal hasil atau kupon yang ditawarkan pada seri ini merupakan yang terendah dibandingkan SBN ritel lain sepanjang tahun 2025.

Tekanan Rekor Defisit Transaksi Berjalan & Faktor The Fed, Rupiah Dalam Tren Melemah
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 06:09 WIB

Tekanan Rekor Defisit Transaksi Berjalan & Faktor The Fed, Rupiah Dalam Tren Melemah

Dari internal, kurs rupiah juga masih terbebani rekor defisit transaksi berjalan yang terbesar sejak tahun 2020..

Peluang dari Janji Transportasi Publik Hemat Energi
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 05:23 WIB

Peluang dari Janji Transportasi Publik Hemat Energi

Pemerintah sudah punya peta jalan untuk mewujudkan transportasi publik ramah lingkungan. Tapi, penetrasi kendaraan listrik masih rendah.

Peluang Besar Asuransi Perluas Pelindungan dari Olahraga
| Minggu, 24 Agustus 2025 | 05:23 WIB

Peluang Besar Asuransi Perluas Pelindungan dari Olahraga

Gaya hidup sehat seperti olahraga yang makin populer, membuka ruang baru bagi industri asuransi untuk memperluas perlindungan mereka.

INDEKS BERITA

Terpopuler