Minyak Mulai Stabil, Setelah Bergerak Liar Terpicu Rencana Pelepasan Cadangan
KONTAN.CO.ID -TOKYO. Harga minyak mentah mulai bergerak stabil pada perdagangan Jumat (19/11). Investor mengambil napas setelah minyak sempat bergerak liar sepanjang Kamis, terdorong oleh kemungkinan negara-negara ekonomi utama dunia melepaskan cadangan minyak strategisnya secara terkoordinasi.
Harga minyak mentah Brent naik US$ 0,28 atau 0,3% menjadi US$ 81,52 per barel pada perdagangan pagi di Asia, atau 08.45 WIB. Minyak acuan tersebut, Kamis (18/11), sempat rontok hingga level terendahnya selama enam minggu terakhir, sebelum rebound menjadi ditutup 1,2% lebih tinggi.
Sedang minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik US$ 0,19 menjadi US$ 79,20 per barel, setelah berayun dengan kisaran pergerakan harga lebih dari US$ 2 pada sesi sebelumnya sebelum ditutup. Kedua jenis minyak acuan itu berada di jalur penurunan mingguan untuk keempat kalinya berturut-turut.
Pusaran harga terjadi di pasar menyusul pemberitaan Reuters bahwa AS telah meminta China, Jepang dan negara lain yang menggunakan minyak dalam jumlah besar untuk bergabung dengan pelepasan stok minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserves (SPR).
Baca Juga: Dukung masa transisi EBT, berikut rencana PGN (PGAS) meningkatkan penggunaan gas bumi
"Pasar tetap ketat secara fundamental dan volume apa pun yang dirilis tidak mungkin secara substansial mengubah keseimbangan global," kata analis komoditas Fitch Solutions dalam sebuah catatan. "Dengan demikian, kami memperkirakan penurunan harga akan terbatas dalam skala dan durasi."
Dorongan pemerintahan Biden untuk pelepasan stok minyak yang terkoordinasi telah dilihat sebagai sinyal kepada kelompok produksi OPEC+ bahwa mereka harus meningkatkan produksi untuk mengatasi kekhawatiran harga bahan bakar yang tinggi di ekonomi terbesar dunia, dimulai dengan Amerika Serikat, China dan Jepang.
OPEC+, afiliasi yang merujuk ke Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), plus para sekutunya, terutama Rusia, telah mempertahankan apa yang dikatakan para analis sebagai pengekangan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebijakan memangkas produksi itu bahkan dipertahankan saat harga telah pulih dari kedalaman tahap awal pandemi virus corona.
Sementara itu data yang menunjukkan ekspor minyak Arab Saudi mencapai level tertinggi delapan bulan pada September, naik untuk bulan kelima berturut-turut, juga membantu menjaga harga tetap terkendali.
Selanjutnya: Ingin Galang Lagi Kerjasama Ekonomi dengan Asia Pasifik, AS Janjikan Kerangka Baru