Reporter: Harian Kontan | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah menguat lagi. Kemarin (19/4), minyak mentah jenis brent sempat menyentuh US$ 114 per barel. Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga naik dan sempat berada di harga US$ 108 per barel.
Level harga yang dicapai kedua jenis minyak tersebut merupakan harga tertinggi sejak Maret 2022. Sejauh ini pula belum terlihat tanda-tanda harga minyak mentah akan turun ke bawah US$ 100 per barel.
Alih-alih turun, harga minyak berpeluang naik terus serta mengukir rekor harga tertinggi baru. Sebagai gambaran, dalam sepanjang sejarahnya, US$ 147 per barel yang tercipta di tahun 2008 merupakan puncak tertinggi harga minyak.
Peluang harga minyak untuk memperbarui rekor baru masih terbuka lebar karena dipicu sentimen perang Rusia-Ukraina yang terus berkepanjangan, serta kenaikan permintaan minyak seiring dengan pemulihan ekonomi. Aksi para spekulan komoditas yang memanfaatkan banjir likuiditas di pasar global juga turut mengerek harga minyak.
Jika semua faktor itu berpadu di saat harga minyak sedang di atas US$ 100 per barel seperti sekarang, harga minyak mentah akan melesat di atas US$ 150 per barel. Ujungnya, harga BBM akan meloncat di atas Rp 15.000 per liter.
Pengalaman membuktikan, lonjakan harga minyak mentah selalu memicu problem yang kompleks bagi negara ini. Masyarakat harus menghadapi tekanan kenaikan harga yang bergerak liar, sementara anggaran negara jebol untuk membiayai subsidi energi.
Tatkala harga minyak sedang tinggi seperti saat ini, kita baru menyadari betapa pentingnya mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Sebagai negara importir minyak, ongkos yang ditimbulkan akibat ketergantungan pada minyak bumi sungguh mahal.
Lihat saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor minyak dan gas bumi sepanjang tahun 2021 mencapai sekitar US$ 196,20 miliar atau setara dengan Rp 2.805 triliun per tahun.
Oleh karena itulah, kenaikan harga minyak kali ini harus menjadi momentum pembenahan sektor energi kita. Pemanfaatan energi alternatif di luar bahan bakar fosil harus terus digenjot, termasuk mengoptimalkan tenaga listrik sebagai sumber utama energi negara.
Pemilihan listrik sebagai sumber energi negara ini jelas paling masuk akal untuk masa kini. Selain relatif murah, Indonesia sedang menghadapi kelebihan pasokan listrik.
Pemanfaatan listrik adalah jalan selamat dari impitan harga minyak. Komitmen ini harus dituntaskan dan dijalankan supaya negara ini masih terjebak persoalan klise kenaikan harga minyak.