Moody's Turunkan Outlook Sawit Sumbermas (SSMS) Menjadi Negatif

Kamis, 31 Januari 2019 | 18:46 WIB
Moody's Turunkan Outlook Sawit Sumbermas (SSMS) Menjadi Negatif
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investors Service merevisi outlook peringkat PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) menjadi negatif dari stabil. Menurut Moody's, perubahan prospek peringkat ini mencerminkan kredit metrik SSMS yang masih lemah dalam 12-18 bulan ke depan. 

Moody's juga menegaskan kembali peringkat utang SSMS di B1. Peringkat ini juga berlaku untuk obligasi senior tanpa jaminan sebesar US$ 300 juta yang diterbitkan anak usahanya, SSMS Plantation Holdings Pte Ltd. "Perubahan outlook ini  mengingat pinjaman perusahaan, kemungkinan lebih tinggi dari ekspektasi, sementara pertumbuhan pendapatan dari ekspansi organik mulai terbatas," ujar Maisam Hasnain, Analis Moody's, Kamis (31/1). 

Moody's memperkirakan kredit metrik SSMS tetap material, di luar batas peringkat perusahaan. Apalagi tanpa adanya upaya pengurangan utang ataupun kenaikan pendapatan dari akuisisi. 

Peringkat utang ini juga mencerminkan kualitas kredit induk SSMS, Citra Borneo Indah. Kredit metrik Citra Borneo memang tengah melemah dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan adanya kenaikan belanja modal untuk pembangunan kilang minyak sawit dan taman industri. 

Citra Borneo memulai operasi kilang pada pertengahan 2018. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan melakukan diversifikasi jalnga panjang. Namun, Citra Borneo tetap memiliki risiko pada eksekusi operasional. Biaya awal pembangunan kilang yang memang tinggi, bisa terus membebani pendapatan dan arus kas Citra Borneo. 

Ekspektasi Moody's, Citra Borneo bakal mengkasilkan arus kas operasi negatif pada tahun 2018 dengan adjusted leverage, yang diukur dengan utang yang disesuaikan ke EBITDA. Rasio ini akan naik menjadi 4,7 kali pada 2018 dari 3 kali pada 2016. 

Bisnis upstream untuk produksi kelapa sawit dan minyak sawit mentah (CPO) di SSMS akan terus menjadi kontributor terbesar untuk Citra Borneo dalam setahun ke depan. Sehingga, perusahaan ini akan terimbas harga CPO yang fluktuatif, dan telah turun sekitar 20% sepanjang tahun lalu. 

Likuditas Citra Borneo sejatinya masih kuat, dengan saldo kas sebesar Rp 2,2 triliun per 30 September 2018. Ini membuat perusahaan punya fleksibilitas arus kas. Tapi, Moody's memperkirakan, dana ini tak akan digunakan untuk membayar utang, melainkan untuk akuisisi perkebunan kelapa sawit. 

"Padahal setiap akuisisi perkebunan bakal menyita waktu dan melibatkan risiko dalam eksekusinya, karena perusahaan mengitegrasikan bisnis baru ke dalam operasional." ujarnya. 

Meski demikian prospek perusahaan bisa kembali stabil jika Citra Borneo menunjukkan kenaikan pendapatan atau berupaya mengurangi utangnya. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo
| Rabu, 03 Desember 2025 | 09:59 WIB

Membedah Saham TRIN, dari Agenda Ekspansi Hingga Masuknya Anak Hashim Djojohadikusumo

Hingga pengujung 2025 PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) membidik pertumbuhan marketing revenue Rp 1,8 triliun.

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:47 WIB

BSDE Siap Menerbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 1,75 Triliun

Berdasarkan prospektus obligasi BSDE, seperti dikutip Selasa (2/12), emiten properti ini akan menerbitkan obligasi dalam empat seri.

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)
| Rabu, 03 Desember 2025 | 08:03 WIB

Proyek Sanur Bakal Jadi Sumber Pendapatan Utama PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA)

Perdagangan saham PT Sanurhasta Mitra Tbk (MINA) kembali dibuka mulai sesi 1 hari ini, Rabu, 3 Desember 2025. 

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:46 WIB

Buyback Berakhir Hari Ini, tapi Harga Saham KLBF Kian Terpuruk Didera Sentimen MSCI

Tekanan jual investor asing dan rerating sektor konsumer menghantam saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:41 WIB

Calon Emiten Sarang Burung Wallet Ini Tetapkan Harga IPO di Rp 168 Per Saham

Saham RLCO lebih cocok dibeli oleh investor yang memang berniat untuk trading. Memanfaatkan tingginya spekulasi pada saham-saham IPO.

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun
| Rabu, 03 Desember 2025 | 07:00 WIB

Reksadana Saham Bangkit di Akhir Tahun

Berdasarkan data Infovesta, per November 2025 reksadana saham mencatat return 17,32% YtD, disusul return reksadana campuran tumbuh 13,26% YtD

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:46 WIB

Bayang-Bayang Bunga Utang Menggerogoti Fiskal

Utang publik global capai US$110,9 T, memicu suku bunga tinggi. Ini potensi risiko kenaikan biaya utang pemerintah Indonesia hingga Rp4.000 T. 

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:45 WIB

IHSG Lagi-Lagi Mencetak Rekor Sepanjang Hayat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Pendorong penguatan IHSG berasal dari kenaikan harga saham emiten-emiten konglomerasi dan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:39 WIB

Perlindungan Proteksi Barang Milik Negara

Pemerintah perkuat ketahanan fiskal melalui Asuransi BMN berbasis PFB. Cakupan aset melonjak jadi Rp 91 triliun di tahun 2025.

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas
| Rabu, 03 Desember 2025 | 06:37 WIB

Ekspor Lemas Karena Bergantung ke Komoditas

Ekspor Oktober 2025 turun 2,31% secara tahunan, tertekan anjloknya CPO dan batubara.                   

INDEKS BERITA

Terpopuler