Mulai Kejar Profit, Investor Selektif Mendanai Bisnis Fintech
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi global menjadikan bisnis financial technology (fintech) semakin menantang. Salah satu yang menjadi sorotan adalah semakin berhati-hatinya investor yang mayoritas modal ventura menggelontorkan dana ke industri fintech.
Laporan e-Conomy SEA yang merupakan hasil riset oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan, terjadi penurunan transaksi para investor ke perusahaan rintisan alias startup yang cukup signifikan, yakni sekitar 40%. Pada periode enam bulan pertama di tahun 2021 nilainya sekitar US$ 5 miliar dan setahun berselang hanya US$ 3 miliar.
Seretnya pendanaan ini juga berdampak ke bisnis fintech. Ekspansi mereka terhambat. Beberapa kali terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri fintech.
Co Founder dan CEO Modalku, Reynold Wijaya menyebut, kondisi saat ini memang terlihat investor berhati-hati dalam menyalurkan pendanaan mereka
"Hal ini karena market valuation yang semakin ketat, berbeda dengan dulu. Di samping itu, di tengah situasi ekonomi global saat ini, ekspektasi dari para investor mengalami perubahan. Banyak investor saat ini akan lebih fokus kepada profitability," ujarnya kepada KONTAN kemarin.
Baca Juga: E-commerce Mendominasi Ekonomi Digital di Indonesia, Valuasinya Terus Membesar
Namun, Reynold menegaskan, sejauh ini Modalku masih mendapatkan pendanaan dari beberapa lembaga. Di awal tahun semisal, Modalkuu berhasil memperoleh pendanaan Seri C+ sebesar US$ 144 juta yang dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2.
CEO Akseleran, Ivan Nikolas juga mengakui bahwa investasi ke perusahaan rintisan termasuk fintech memang lebih seret. Hanya seperti halnya Modalku, menurut Ivan, investasi ke perusahaannya masih terus bergulir seiring pertumbuhan ekonomi dalam negeri di tahun depan. Dari sisi investor yakni modal ventura menegaskan, mereka memang bakal lebih selektif dalam memilih pendanaan ke depannya.
Hanya Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro meyebutkan, Modal Ventura masih akan tetap melakukan investasi, tapi menjadi lebih selektif.
Baca Juga: Ekonomi Digital Dorong Kebiasaan Konsumen Pilih Produk Ramah Lingkungan
"Kami tidak lagi melihat hanya dari top line, revenue, atau gross transaction value, tetapi juga melihat cost management profitability. Intinya tidak bisa bakar-bakar uang terus menerus," kata Eddi.
Ia menerangkan, di tahun depan sektor yang masih menjadi idaman untuk didanai, yaitu yang benar-benar masih dibutuhkan, dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Juga terbukti selama pandemi bisa survive dan selama resesi akan dapat bertahan. "Misalnya, pertanian, agribisnis, health juga oke," ujar Eddi.
Dalam laporan e-Conomy SEA menyebutkan, beberapa lini bisnis yang baka banyak didanai adalah foodtech, Software as a service (Saas) dan Web3. Masih berdasarkan laporan yang sama, yang mengalami penurunan drastis dari sisi pendanaan adalah startup transportasi online dan e-commerce.
Baca Juga: Investor Semakin Selektif, Pendanaan Terhadap Startup Menurun