Nomura dan Credit Suisse Terancam Rugi Besar Akibat Kegagalan Transaksi Margin Klien

Senin, 29 Maret 2021 | 17:36 WIB
Nomura dan Credit Suisse Terancam Rugi Besar Akibat Kegagalan Transaksi Margin Klien
[ILUSTRASI. Situasi New York Stock Exchange (NYSE) yang sepi selama masa pandemi, New York, AS, 22 Mei 2020. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO / ZURICH. Nomura dan Credit Suisse, Senin (29/3), menyatakan, mereka menghadapi kerugian yang signifikan menyusul kegagalan sebuah hedge fund yang berbasis di Amerika Serikat (AS) menyelesaikan transaksi margin. Hedge fund yang dimaksud, menurut sumber di pasar keuangan, adalah Archegos Capital.

Aksi jual saham pada perdagangan Jumat (26/3) mengakibatkan harga saham-saham yang terkait dengan Archegos mengalami tekanan, tutur sumber yang mengetahui masalah tersebut. Pasar pun mencemaskan skala ancaman yang dihadapinya.

Nomura menyatakan, kerugian potensial sehubungan dengan transaksi yang dilakukan kliennya di AS bernilai US$ 2 miliar. Sedang Credit Suisse mengatakan default margin call yang dialami pengelola dana di AS bisa menjadi sangat signifikan dan material untuk kinerja keuangannya di kuartal pertama.

Baca Juga: Jaringan TV Berita Bakal Meraup Untung dari Kekacauan Pemilihan Presiden AS

Credit Suisse mengatakan sebuah hedge fund telah gagal melunasi transaksi margin yang disediakannya dan bank lain. Itu berarti, Credit Suisse dan bank-bank lain sekarang dalam proses keluar dari posisi tersebut.

Saham Nomura ditutup melemah 16,3% sementara saham Credit Suisse turun 13,4% pada Senin (29/3) pukul 13.55 WIB. Saham berbagai bank lain turut melemah. Deutsche Bank turun 5% sementara UBS melandai 3,8%. UBS dan Deutsche Bank tidak segera berkomentar tentang harga saham atau eksposur mereka ke Archegos.

Indeks Nasdaq 100 futures dan S&P 500 Futures turut tertekan, dengan masing-masing melandai 0,5% di awal perdagangan Eropa karena dampak likuidasi Archegos yang semakin meluas dan lebih jelas.

Baca Juga: Wall Street menguat, terdorong lonjakan saham PayPal pasca rilis laporan keuangan

Investor bertanya-tanya apakah kerugian Archegos telah terealisasi? Atau, masih ada lebih banyak penjualan yang akan terjadi sehubungan dengna kegagalan pengelola dana itu dalam transaksi margin.

Regulator keuangan Swiss, Senin (29/3), menyatakan bahwa mereka mengetahui kasus hedge fund tersebut, dan telah membahas hal tersebut dengan Credit Suisse. Regulator Swiss juga mengatakan beberapa bank di berbagai negara ikut terlibat. Namun, Bank Nasional Swiss menolak untuk berkomentar lebih lanjut.

Saham ViacomCBS dan Discovery masing-masing anjlok hingga 27% pada perdagangan Jumat (26/3). Sementara saham Baidu dan Tencent Music yang berbasis di China dan terdaftar di bursa AS tergerus selama seminggu, dan masing-masing membukukan penurunan hingga 33,5% dan 48,5% dari level penutupan Selasa (23/3). Baidu diperdagangkan sedikit lebih rendah di sesi pembukaan bursa Hong Kong hari ini.

Investor dan analis mengutip penjualan saham Viacom dan Discovery dalam kuantitas besar pada Jumat kemarin, memperburuk penurunan harga kedua saham tersebut. Apalagi, Wells Fargo melakukan downgrade atas saham Viacom di hari yang sama.

Seseorang di Archegos yang menjawab telepon, Sabtu (27/3), menolak berkomentar. Archegos didirikan Bill Hwang, dengan nama Tiger Asia sejak tahun pendiriannya, yaitu 2001 hingga 2012. Setelah periode itu, Hwang mengubah nama Tiger Asia menjadi Archegos Capital dan menjadikannya perusahaan keluarga, demikian informasi yang tercantum dalam situs web pengelola dana tersebut. Tiger Asia adalah pengelola dana yang awalnya berbasis di Hong Kong, yang mencari untung dari pergerakan harga sekuritas di Asia.

Sebelum memulai Tiger Asia, Hwang adalah seorang analis ekuitas untuk Tiger Management, menurut situs web Archegos. Tiger Management, yang dijalankan Julian Robertson, merupakan hedge fund yang sangat sukses, hingga ditutup pada tahun 2000.

Mengutip pemberitaan Reuters di 2012 yang didasarkan atas siaran pers Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), Hwang harus membayar denda senilai US$ 44 juta atas tuduhan pelanggaran aturan perdagangan oleh orang dalam.

Baca Juga: Saingi Netflix, Apple bakal luncurkan layanan TV berlangganan

Skala kerugian yang harus ditanggung sebuah bank dari transaksi ini, bisa memicu pertanyaan tentang manajemen risiko yang dilakukan bank tersebut untuk transaksi dengan Archegos.

Di Jepang, Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengatakan pemerintah akan memantau situasi di Nomura dengan hati-hati. Dan Badan Jasa Keuangan akan berbagi informasi dengan bank sentral Jepang.

Bagi Credit Suisse, ini merupakan kuartal kedua berturut-turut bank tersebut menderita kerugian yang berawal dari eksposur ke hedge fund. Tentu, ancaman kerugian ini akan semakin menekan Kepala Eksekutif Thomas Gottstein, yang kini bergulat dengan dampak dari transaksi dengan perusahaan pembiayaan rantai pasokan yang runtuh, Greensill.

Baca Juga: Merger Discovery dan Scripps hidup lagi

Kuartal terakhir Credit Suisse membukukan penurunan nilai US$ 450 juta setelah perusahaan investasi alternatif York Capital Management, yang memegang sahamnya, menginformasikan investor bahwa mereka akan menghentikan bisnis hedge fund Eropa.

Beberapa pelaku pasar mengatakan pergerakan liar minggu lalu kemungkinan akan membuat investor semakin berhati-hati. "Ini gila," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. “Jika Anda mempertimbangkan bagaimana beberapa dari perusahaan ini telah meroket selama beberapa bulan terakhir. Ada kekhawatiran bahwa kami terlalu banyak memanfaatkan.”

Pelaku pasar lainnya mengatakan potensi penurunan hanya akan berdampak terbatas pada pasar yang lebih luas. Nasdaq Composite dan S&P 500 keduanya melonjak lebih dari 1% pada hari Jumat meskipun aksi jual tajam di Viacom dan saham lainnya.

“Cerita seputar likuidasi dana ini terjadi dari waktu ke waktu,” kata Michael Antonelli, ahli strategi pasar di Baird. "Beberapa nama yang terlibat dalam block trade pada Jumat kemarin mungkin melihat beberapa volatilitas dalam jangka pendek karena pedagang bertanya-tanya apakah penjualan sudah selesai."

Beberapa bank diperkirakan harus melepas posisi perdagangannya. Seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, Sabtu (27/3), menyatakan Goldman Sachs Group Inc. ikut terlibat. Namun seorang sumber lain yang mengetahui masalah tersebut, menyebut, ancaman kerugian yang dihadapi Goldman tidak material.

Baca Juga: Paramount Pictures raih suntikan modal US$ 1 M

Harian Financial Times melaporkan, Morgan Stanley menjual saham senilai US$ 4 miliar pada Jumat (26/3) pagi, dan penjualan lain senilai US$ 4 miliar di sore hari yang sama.

Bloomberg dan Financial Times, Sabtu (27/3), melaporkan Goldman melikuidasi lebih dari US$ 10 miliar saham dalam perdagangan blok. Sebuah email ke klien yang dilihat Bloomberg News, menyatakan, Goldman menjual senilai US$ 6,6 miliar saham Baidu Inc, Tencent Music Entertainment Group dan Vipshop Holdings Ltd, sebelum pasar AS dibuka pada Jumat. 

Setelah itu, Goldman menjual saham senilai US$ 3,9 miliar di ViacomCBS Inc, Discovery Inc, Farfetch Ltd, iQIYI Inc dan GSX Techedu Inc, demikian laporan tersebut.

Selanjutnya: BCA bagikan dividen Rp 530 per saham dan angkat 2 direktur baru

 

Bagikan

Berita Terbaru

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat
| Sabtu, 22 November 2025 | 11:00 WIB

Harga CPO Bikin Laba Melonjak, Prospek Kinerja dan Saham AALI di Q4 Bisa Menguat

Kenaikan harga CPO yang terjadi menjadi katalis positif jangka pendek, sementara area support AALI berada di kisaran Rp 7.600 hingga Rp 7.700.

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga
| Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

YELO Bakal Perkuat Bisnis Fixed Broadband Internet ke Segmen Rumah Tangga

PT Yeloo Integra Datanet Tbk (YELO) tengah menghadapi masa sulit sepanjang sembilan bulan tahun 2025 ini.

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Mengejar Target Pajak Lewat Digitalisasi

Untuk mengejar target pajak penghambat sitem coretax harus segera dibenahi supaya optimalisasi penerimaan pajak terpenuhi..​

Cetak Pekerja Miskin
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Cetak Pekerja Miskin

Negara dan dunia kerja harus mulai merombak strategi dunia tenaga kerja yang bisa menumbuhkan produktivitas serta gaji yang mumpuni.

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat
| Sabtu, 22 November 2025 | 07:00 WIB

Bos Hotel Sahid Ingatkan Investor dalam Berinvestasi Jangan Ikut-ikutan Tren Sesaat

Dana yang ia miliki sebagian besar kembali ia putar untuk memperkuat modal usaha, ekspansi di berbagai unit bisnis yang ia kelola. 

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:38 WIB

Setelah Izinnya Dicabut, Kini P2P Lending Crowde Digugat Bank Mandiri Rp 730 Miliar

Gugatan ini bukan kali pertama dilayangkan Bank Mandiri. 1 Agustus lalu, bank dengan logo pita emas ini juga mengajukan gugatan serupa.

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa
| Sabtu, 22 November 2025 | 06:30 WIB

Ini Bisa Jadi Valas Pilihan Saat Dolar AS Perkasa

Volatilitas tinggi di pasar valuta asing memerlukan kehati-hatian dan sesuaikan dengan profil risiko

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:20 WIB

Dharma Polimetal (DRMA) Bersiap Akuisisi dan Ekspansi Bisnis

DRMA sedang merampungkan akuisisi PT Mah Sing Indonesia. Akuisisi 82% saham perusahaan komponen plastik tersebut mencatat nilai Rp 41 miliar.

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi
| Sabtu, 22 November 2025 | 05:17 WIB

Jasnita Telekomindo (JAST) Memacu Ekspansi Bisnis Berbasis Teknologi

Melihat rencana bisnis PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) yang tengah memperkuat portofolio produk berbasis teknologi

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan
| Sabtu, 22 November 2025 | 04:55 WIB

Banyak Fraud, Industri Fintech Butuh Penjaminan

Risiko tinggi bikin asuransi fintech lending sulit dibuat dan butuh persiapan yang sangat matang agar tidak menambah risiko

INDEKS BERITA

Terpopuler