KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ide Pertamina menawarkan bahan bakar mesin (BBM) non subsidi yang meluas ke pelosok, lewat gerai Pertashop, tampak menghadapi tantangan yang serius. Para pengusaha Pertashop ini sampai mengadakan audiensi ke wakil rakyat karena bisnis mereka kian sepi.
Pertamina pertamakali menawarkan skema stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) mini berjuluk Pertashop ini, pada tiga tahun lalu. Kala itu, Pertamina menyediakan tiga jenis BBM berbasis bensin, yakni Premium, Pertalite, dan Pertamax. Gerai Pertashop dibuat untuk menjual Pertamax.
Pertamina menawarkan kerjasama untuk Pertashop ini dengan semangat one village one outlet, targetnya 40 ribu gerai pada tahun 2024. Gerai Pertashop ada 3 kategori, bergantung dari besaran modal, mulai Rp 250 juta di luar lahan.
Ketika harga Pertalite Rp 7.650 per liter dan satu liter Pertamax dibanderol Rp 9.000, menurut pengakuan beberapa pengusaha Pertashop, penjualan bensin di gerai mereka, sangat baik.
Daripada membeli Pertalite dengan RON 90, orang mau merogoh kocek lebih dalam demi Pertamax. Lagipula, saat itu, harga Pertalite eceran yang ilegal, atau kerap disebut pertamini, berkisar Rp 8.500 – Rp 9.000 per liter.
Tantangan mulai terjadi, saat harga Pertalite dan Pertamax mengalami kenaikan, September 2022. Harga Pertamax jadi Rp 15.000 per liter dan Pertalite dibanderol Rp 10.000 per liter. Kenaikan harga Pertamax yang terlalu tinggi, bikin orang beralih ke Pertalite.
Hal tersebut berlanjut sampai sekarang, saat harga Pertamax sudah turun jadi Rp 12.500 per liter. Lebih lagi, pedagang bensin pertamini juga makin merajalela dengan banderol Pertalite Rp 12.000 per liter.
Selain pesaing dari pedagang bensin eceran illegal, Pertashop juga dapat tantangan dari pembangunan SPBU yang kian marak sampai ke pelosok. Seiring infrastruktur jalan makin bagus dan road trip kian digemari, sejatinya kehadiran SPBU memudahkan pengguna kendaraan.
Semua tantangan itu, bikin bisnis Pertashop sulit, sehingga banyak pengusaha pilih menutup gerai mereka. Memang, ada beberapa Pertashop yang tetap bisa menjalankan bisnis mereka dengan omzet yang besar. Namun, jika sampai para pengusaha bensin ini mengadu ke wakil rakyat, seharusnya Pertamina bisa membuat solusi bagi mereka.
Jangan sampai, pengecer BBM resmi ini malah bergabung jadi pertamini dan main kucing-kucingan kulakan di SPBU dengan motor kapasitas tangki besar atau mobil.