Pasar Ekspektasi Bunga BI Tetap di 6%

Rabu, 24 April 2019 | 06:00 WIB
Pasar Ekspektasi Bunga BI Tetap di 6%
[]
Reporter: Yoliawan H | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur pada Rabu dan Kamis pekan ini. Pelaku pasar memperkirakan, BI akan menahan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate (7-DRR) di level 6% untuk kali keenam.

Alasannya, nilai tukar rupiah stabil dan inflasi relatif rendah. Kurs spot rupiah kemarin (23/4) ditutup di posisi Rp 14.080 per dollar AS, menguat 1% dari posisi akhir tahun lalu. Sedangkan tingkat inflasi tahunan periode Maret 2019 hanya sebesar 2,48%.

Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve juga diyakini tetap bernada dovish alias tak agresif menaikkan bunga. Dengan begitu, tekanan terhadap rupiah tak besar, sehingga BI bisa mempertahankan arah moneter saat ini.

Valdy Kurniawan, Analis Phintraco Sekuritas, bahkan menilai, ada ruang penurunan bunga. Sebab, spread inflasi dan suku bunga cukup lebar. "Perhatian ada di nilai tukar rupiah yang masih tertahan di kisaran Rp 14.000, meski lebih stabil dibanding 2018 lalu," jelas Valdy, Selasa (23/4).

Memang, kinerja ekspor impor yang tidak stabil masih bisa menekan kurs rupiah. Apalagi, perang dagang AS-China belum usai. Tapi di sisi lain, muncul kemungkinan The Fed memangkas bunga. CME Fedwatch Tool menunjukkan, ada peluang sebesar 16% The Fed menurunkan suku bunga 25 basis poin dari kisaran 2,25%–2,50% pada FOMC Juni mendatang.

Sulit turun

Meski begitu, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, melihat, BI tidak dapat serta merta menurunkan suku bunga. Masih ada risiko defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Menurut dia, CAD masih akan cukup lebar di kisaran 2%–2,5% dari produk domestik bruto (PDB). CAD bahkan sempat menyentuh 3%. "Jika membaik, baru bisa menurunkan bunga," kata Hans.

CAD yang terus melebar membuat risiko fluktuasi rupiah makin besar ketika terjadi penarikan dana asing. Karena itu, BI memerlukan bunga acuan cukup tinggi sebagai magnet bagi dana asing. " Ini adalah kebijakan paling realistis yang bisa di ambil saat ini," kata Hans.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengamini, pasar sudah berekspektasi suku bunga tetap. "Di level saat ini, pergerakan IHSG sudah priced in," ujar dia. Dengan demikian, IHSG akan cenderung konsolidasi.

Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su juga melihat, ada beberapa faktor yang masih menahan bunga. Fata pengangguran di AS masih bagus, perang dagang masih belum tuntas, ekspor RI juga turun.

"Saya rasa, IHSG tidak akan kemana-mana, dan ada di rentang 6.400–6.600," kata dia. Kemarin, IHSG ditutup menguat 48,08 poin atau 0,75% menjadi 6.462,82.

Bagikan

Berita Terbaru

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk
| Selasa, 30 Desember 2025 | 15:00 WIB

Prospek RMK Energy (RMKE) Cerah Meski Harga Batubara Terpuruk

Menurut analis, model bisnis RMKE memiliki keunggulan, terutama dari sisi efektifitas biaya, keselamatan, kepatuhan regulasi, dan biaya.

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

INDEKS BERITA

Terpopuler