Berita Market

Pasokan Obligasi Korporasi Tak Sepadan Minat Investor

Kamis, 02 September 2021 | 05:00 WIB
Pasokan Obligasi Korporasi Tak Sepadan Minat Investor

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi korporasi dinilai akan ikut ketiban sentimen positif di tengah reli pasar obligasi negara. Kebijakan burden sharing hingga tapering off membuat yield obligasi negara mengecil.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, yield obligasi korporasi ke depan akan turun, khususnya obligasi dengan rating AAA dan AA. "Secara umum, permintaan obligasi korporasi sepanjang tahun ini sebenarnya tinggi, hanya saja pasokan terbatas. Momentum ini bisa dijadikan perusahaan untuk menerbitkan obligasi korporasi," kata dia, Selasa (31/8).

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menyebut, prospek obligasi korporasi masih menarik, karena harga lebih stabil dan tingkat kupon lebih tinggi dari obligasi negara. Dia juga menyebut jika minat pada obligasi korporasi memang tengah tinggi. 

Baca Juga: Medco (MEDC) Tawarkan Kupon Obligasi 7,75%-8,5%, Seberapa Atraktif untuk Dieksekusi?

Fikri berharap, dengan momentum ini, pasokan obligasi korporasi akan meningkat. Sebab seiring tapering off bank sentral AS akhir tahun nanti, ia memperkirakan, yield dan kupon akan turun, sehingga biaya dana yang ditanggung penerbit obligasi jadi lebih murah. 

Ke depan, jika suplai berlimpah, para analis menyarankan investor lebih berhati-hati dalam memilih obligasi. Fikri menyarankan obligasi dari sektor yang minim terdampak pandemi seperti telekomunikasi, logistik dan kesehatan.
Fikri juga menyarankan memilih obligasi dengan rating investment grade. "Pastikan cashflow penerbit tidak bermasalah dan terus tumbuh ke depan," saran dia. 

Kalau menurut Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia Ezra Nazula, sektor yang bisa menjadi pilihan adalah sektor non-siklikal. Alasannya, secara jangka panjang sektor ini punya prospek menarik. 

Ezra menyebut, sektor telekomunikasi juga menarik, seiring penggunaan data yang tinggi. Selain itu, sektor konsumer juga tetap dibutuhkan sebagai basic needs. Sektor perbankan dan finansial juga dipilih karena menjadi pondasi pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Ada risiko gagal bayar pinjaman, investor Evergrande mulai khawatir

Terbaru