Pasokan OPEC dan Harga Gas Menahan Minyak di Kisaran Tertinggi dalam Tiga Tahun
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah bertahan di atas kisaran US$ 78 per barel pada perdagangan akhir pekan lalu, sedikit di bawah level tertinggi dalam tiga tahun terakhir yang tercetak awal pekan ini. Minyak terangkat ekspektasi bahwa para anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mempertahankan kecepatan dalam meningkatkan pasokan.
OPEC dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, akan menggelar pertemuan pada hari Senin (4/10. Kelompok ini perlahan-lahan meningkatkan kembali produksinya setelah melakukan pemangkasan besar-besaran tahun lalu. Sumber mengatakan OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk berbuat lebih banyak untuk meningkatkan produksi.
Memperpanjang tren penguatannya hingga empat berturut-turut, harga minyak mentah Brent naik 97 sen, atau 1,2%, menetap di US$ 79,28. Sementara West Texas Intermediate (WTI) memperpanjang masa kenaikannya menjadi enam pekan berturut-turut, dengan naik 85 sen menjadi $75,88 per barel.
Baca Juga: Wall Street bervariasi, investor mencari peluang setelah pasar jeblok pada September
Brent telah meningkat lebih dari 50% tahun ini dan mencapai harga tertingginya dalam tiga tahun di kisaran US$ 80,75 per barel, pada Selasa.
OPEC+ menghadapi tekanan dari konsumen seperti Amerika Serikat (AS) dan India untuk memproduksi lebih banyak minyak, agar menahan laju kenaikan harga. Permintaan yang pulih lebih cepat daripada yang diperkirakan di beberapa bagian dunia, telah mendorong haga.
"Jika OPEC+ tetap pada skenario dan hanya meningkatkan pasokan 400.000 barel per hari, seperti yang direncanakan pada November. Pasar akan segera melihat harga minyak menyentuh kisaran US$ 90 per barel," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA. Ia menambahkan bahwa setiap kenaikan yang lebih kecil dari 600.000 barel akan meningkatkan harga. .
Baca Juga: Para Pembeli dari China Tak Ragu Membeli LNG di Atas Harga Penawaran
Minyak juga mendapat dukungan karena lonjakan harga gas alam secara global mendorong produsen listrik untuk menjauh dari gas. Pembangkit listrik di Pakistan, Bangladesh dan Timur Tengah mulai mengganti bahan bakar ke minyak.
"Alasan yang paling mungkin untuk harga minyak yang stabil adalah investor percaya kesenjangan pasokan-permintaan akan melebar karena krisis listrik memburuk," kata Naeem Aslam, analis di Avatrade.
Perusahaan energi AS minggu ini menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu keempat berturut-turut karena semakin banyak unit pengeboran lepas pantai di Teluk Meksiko kembali beroperasi, setelah vakum akibat badai.
Jumlah rig naik 7 menjadi 528 dalam seminggu hingga 1 Oktober, tertinggi sejak April 2020, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya pada Jumat.
Selanjutnya: Pil Covid-19 Buatan Merck Dapat Hasil Memuaskan dalam Ujicoba Klinis Tahap III