Pasokan Terganggu, Harga Komoditas Energi Meningkat

Senin, 07 Februari 2022 | 04:35 WIB
Pasokan Terganggu, Harga Komoditas Energi Meningkat
[]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di awal tahun ini harga komoditas energi kompak meroket. Harga batubara naik paling tinggi di antara komoditas energi yang lain. 

Harga batubara kontrak pengiriman Maret 2022 naik 48,05% menjadi US$ 206,60 per ton di tahun 2022 berjalan hingga 4 Februari. Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) per 4 Februari ada di US$ 92,31 per barel, menguat 23,28% secara year to date (ytd). Di periode sama, harga gas alam naik 28,54% secara ytd ke US$ 4,57 per mmbtu. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan, alasan fundamental menguatnya ketiga harga komoditas adalah pasokan dan permintaan yang tak seimbang. Pasokan batubara terhambat lantaran Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar sempat tak mengekspor pada Januari 2022. 

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Memanas pada Awal Tahun Ini

Padahal permintaan tinggi karena musim dingin lebih panjang dari perkiraan. "Ketidakseimbangan ini yang membuat harga naik," kata Ibrahim.

Sementara produksi minyak juga terhambat karena anggota OPEC+ belum menambah kuota produksi harian. Padahal permintaan terus meningkat. Ini karena produsen mengkhawatirkan penyebaran Covid-19 di beberapa negara sehingga tidak mau terburu-buru menambah produksi.

Ibrahim menambahkan, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung mereda dalam beberapa hari terakhir juga kian mengerek harga minyak dan gas. Kendati begitu, ia menilai, kenaikan harga ini hanya sementara. 

Menurut Ibrahim, Indonesia sudah membuka keran ekspor, lalu China terus memompa produksi domestik, sehingga seharusnya pasokan tak lagi ketat. Musim dingin juga akan segera berakhir.

Baca Juga: Didukung Fundamental, Tren Penguatan Harga Komoditas Energi Akan Berlanjut

Ketegangan Rusia dan Ukraina juga diprediksi tidak berkepanjangan dan segera berakhir. Alhasil kekhawatiran di pasar akan segera reda. 

Founder Traderindo.com Wahyu Laksono memaparkan, likuiditas yang tinggi di pasar karena banyaknya uang yang beredar berkat stimulus bank sentral ikut mengerek naik harga komoditas energi tahun ini. Selain itu, cuaca musim dingin ekstrem juga menjadi pemicu kenaikan harga komoditas energi. 

Wahyu juga melihat pemicu utama kenaikan harga komoditas energi adalah terganggunya supply chain. Selama pandemi, supply chain terganggu sehingga berdampak pada harga barang dan jasa, logistik dan transportasi, manufaktur dan lainnya. 

Wahyu menyebut, tingkat produksi di sektor tambang yang belum optimal juga membuat harga energi naik. Alhasil secara fundamental, terjadi kenaikan harga. Asal tahu saja, The Bloomberg Commodity Spot Index naik 27% atau kenaikan tahunan terbesar sejak 2009. 

Karena itu, Wahyu meyakini tren bullish komoditas energi masih berlanjut. Saat ini, Wahyu memperkirakan harga minyak akan menguji US$ 100-US$ 120 per barel. Sementara batubara di US$ 200-US$ 250 per ton dan gas alam di level US$ 8-10 per mmbtu.

Baca Juga: Harga Minyak Mencapai Tertinggi Sejak 2014

Bagikan

Berita Terbaru

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun
| Rabu, 24 Desember 2025 | 09:13 WIB

Klaim Purbaya Tak Terbukti, Korporasi Tahan Ekspansi, Rupiah Anjlok 7 Hari Beruntun

Korporasi masih wait and see dan mereka mash punya simpanan internal atau dana internal. Rumah tangga juga menahan diri mengambl kredit konsumsi.

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:46 WIB

Pasca Rights Issue Saham PANI Malah Longsor ke Fase Downtrend, Masih Layak Dilirik?

Meningkatnya porsi saham publik pasca-rights issue membuka lebar peluang PANI untuk masuk ke indeks global bergengsi seperti MSCI.

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:28 WIB

Mengejar Dividen Saham BMRI dan BBRI: Peluang Cuan atau Sekadar Jebakan?

Analisis mendalam prospek saham BMRI dan BBRI di tengah pembagian dividen. Prediksi penguatan di 2026 didukung fundamental solid.

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:25 WIB

Tahun Depan Harga Komoditas Energi Diramal Masih Sideways

Memasuki tahun 2026, pasar energi diprediksi akan berada dalam fase moderasi dan stabilisasi, harga minyak mentah cenderung tetap sideways.

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:20 WIB

Rupiah Nyungsep dan Bayang-Bayang Profit Taking, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Risiko lanjutan aksi profit taking masih membayangi pergerakan indeks. Ditambah kurs rupiah melemah, menjebol level Rp 16.700 sejak pekan lalu. ​

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:15 WIB

IHSG Berpeluang Melemah Jelang Libur Natal

Pemicu pelemahan IHSG adalah tekanan pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan aksi ambil untung (profit taking) investor.

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan
| Rabu, 24 Desember 2025 | 08:10 WIB

SSIA Bisa Lebih Stabil Tahun Depan

Ruang pemulihan kinerja PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mulai terbuka, ditopang pengakuan awal penjualan lahan Subang Smartpolitan, 

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:59 WIB

Peta Bank Syariah 2026 Berubah, Cek Rekomendasi Saham BRIS & BTPS Pasca Hadirnya BSN

Bank Syariah Nasional langsung merangsek ke posisi dua dari sisi aset dan membawa DNA pembiayaan properti.

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:34 WIB

Pesta Pora Asing di Saham BUMI, Blackrock hingga Vanguard Ramai-Ramai Serok Barang

Investor institusi global seperti Blackrock dan Vanguard mengakumulasi saham BUMI. Simak rekomendasi analis dan target harga terbarunya.

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026
| Rabu, 24 Desember 2025 | 07:20 WIB

Sederet Tantangan Industri Manufaktur pada 2026

Kadin melihat sektor manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia pada tahun 2026,

INDEKS BERITA