Peminat Lelang SUN Capai Rp 93 Triliun

Rabu, 27 Februari 2019 | 08:25 WIB
Peminat Lelang SUN Capai Rp 93 Triliun
[]
Reporter: Anna Suci Perwitasari, Danielisa Putriadita | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang surat utang negara (SUN) kembali membludak. Buktinya, penawaran yang masuk pada lelang SUN Selasa (26/2) kemarin mencapai Rp 93,93 triliun.

Menurut Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting, ini menjadi penawaran tertinggi tahun 2019. Namun, jumlah yang diserap pemerintah malah lebih mini ketimbang lelang SUN pada Selasa (12/2). Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich melihat, pemerintah mencoba untuk tidak terburu-buru karena ada potensi yield SUN kembali turun.

Berdasarkan data DJPPR, ada enam seri yang ditawarkan dengan penawaran terbesar dicatatkan oleh SUN seri FR0077 yang bertenor lima tahun. Penawaran yang masuk pada seri yang jatuh tempo tahun 2024 ini mencapai sekitar Rp 39,72 triliun.

Tawaran yield tertinggi yang masuk untuk FR0077 mencapai 7,9%. Namun, yield rata-rata yang dimenangkan hanya 7,62%. Padahal, kemarin yield seri ini di pasar sekunder ada di level 7,526%.

Penawaran tertinggi kedua dicapai seri tenor 10 tahun yakni FR0078 dengan jumlah Rp 22,54 triliun. FR0078 juga tercatat sebagai seri yang paling besar jumlah yang dimenangkan karena mencapai Rp 6,35 triliun. Sementara untuk FR0077, total yang dimenangkan hanya Rp 1,65 triliun.

Menurut ekonom Bank Permata Josua Pardede, membludaknya minat investor khususnya asing ke pasar obligasi dalam negeri karena mendapat sentimen positif dari eksternal dan internal. Faktor eksternal datang dari hasil notulensi FOMC yang menegaskan akan menunda kenaikan suku bunga acuan Amerika dalam waktu dekat.

Sementara dari internal, keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI-7 Day Repo Rate (BI-7DRR) di posisi 6% menjadi angin segar bagi investor asing. Hasilnya, investor asing lebih percaya diri masuk ke pasar keuangan dalam negeri.

Di sisi lain, pasar keuangan dalam negeri masih disokong indikator makroekonomi yang ciamik. "Pertumbuhan ekonomi masih stabil dan inflasi cenderung turun yang menyebabkan real return yang didapatkan investor di pasar obligasi Indonesia cenderung lebih tinggi ketimbang negara di kawasan," jelas Josua.

Lebih lanjut, Josua bilang, sedikitnya nominal yang dimenangkan pemerintah di lelang kali ini akan membuat pasar obligasi pada Rabu (27/2) ramai. Ini mengingat, investor akan masuk melalui pasar sekunder dan dapat menopang penguatan nilai tukar rupiah.

Selain itu, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) diperkirakan semakin gendut. Senin (25/2), posisi asing di SBN sudah mencapai Rp 932,84 triliun. Angka ini naik Rp 39,59 triliun dari posisi di akhir 2018 lalu.

Bagikan

Berita Terbaru

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:15 WIB

Pemerintah Tebar Insentif Kepabeanan Rp 33 Triliun

Insentif yang dimaksud, antara lain berupa insentif kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:04 WIB

Belanja Masyarakat Bisa Tertahan Tarif PPN 12%

Data terbaru Mandiri Spending Index mengindikasikan belanja masyarakat hingga 8 Desember 2024 terkerek momentum Nataru

INDEKS BERITA

Terpopuler