Penelitian Kontrak Ungkap Kebijakan China Dalam Menyalurkan Utang Bilateral

Rabu, 31 Maret 2021 | 15:23 WIB
Penelitian Kontrak Ungkap Kebijakan China Dalam Menyalurkan Utang Bilateral
[ILUSTRASI. Direktur Jenderal Hubungan Ekonomi Internasional Wang Xiaolong dalam pertemuan G20 yang membahas pandemi Covid-19, Beijing, China, 26 Maret 2020. REUTERS/Martin Pollard]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - DAKAR. China memberlakukan persyaratan pinjaman yang sangat rahasia dengan negara-negara berkembang. Dan, Tiongkok mengharuskan peminjam untuk memprioritaskan pembayaran kepada bank-bank milik negara China dibandingkan kreditor lain, demikian kesimpulan dari penelitian atas kontrak pinjaman China dengan negara-negara lain, yang dipublikasikan pada Rabu.

Setumpuk data itu dikumpulkan selama tiga tahun oleh AidData, laboratorium penelitian di College of William & Mary, Amerika Serikat (AS). Ada 100 kontrak pinjaman China dengan 24 negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang beberapa di antaranya sedang berjuang di bawah beban utang yang meningkat di saat ekonomi terpukul dampak dari pandemi Covid-19.

Dunia kini mencermati peran China sebagai kreditor terbesar di dunia. China menyalurkan sekitar 65% dari utang bilateral bernilai ratusan miliar dollar AS ke negara-negara di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia.

Baca Juga: Ada telepon Jokowi ke Putra Mahkota UEA di balik investasi UEA Rp 140 triliun ke INA

"China adalah kreditor resmi terbesar di dunia, tetapi kami kekurangan fakta dasar tentang syarat dan ketentuan peminjamannya,” ujar Anna Gelpern, profesor hukum di Universitas Georgetown di AS, yang turut menulis laporan tersebut.

Para peneliti di AidData, Center for Global Development (CGD) yang berbasis di Washington, Institut Kiel Jerman dan Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional membandingkan kontrak pinjaman China dengan persyaratan dari para pemberi pinjaman besar lain. Penelitian itu merupakan evaluasi sistematis pertama dari ketentuan yang diberlakukan China dalam penyaluran pinjaman ke negara asing, demikian keterangan CGD.

Analisis tersebut menemukan beberapa fitur yang tidak lazim dalam perjanjian pinjaman, yang memungkinkan peluang pembayaran kembali, demikian salah satu kesimpulan dalam laporan setebal 77 halaman itu.

Baca Juga: China dan Brasil jadi negara dengan bank sentral paling ramah lingkungan di dunia

Ini termasuk klausul kerahasiaan yang mencegah peminjam untuk mengungkapkan persyaratan pinjaman, pengaturan agunan informal yang menguntungkan pemberi pinjaman China atas kreditor lainnya dan janji untuk menjaga utang dari restrukturisasi kolektif. Klausul terakhir itu dijuluki oleh penulis sebagai klausul "no Paris Club." Kontrak tersebut juga memberikan kelonggaran besar bagi China untuk membatalkan pinjaman atau mempercepat pembayaran kembali, demikian kutipan dari laporan tersebut kata.

Scott Morris, seorang rekan senior di CGD dan seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, temuan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang peran China sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di G20, yang telah menyetujui "kerangka umum" yang dirancang untuk membantu negara-negara miskin mengatasi masalah keuangan akibat tekanan Covid-19.

Kerangka tersebut menyerukan perlakuan yang sama bagi semua kreditur, termasuk pemberi pinjaman swasta. Sedangkan sebagian besar kontrak yang dievaluasi, mencantumkan larangan bagi negara-negara peminjam untuk melakukan restrukturisasi dengan persyaratan yang sama dan berkoordinasi dengan kreditor lainnya.

"Itu adalah larangan yang sangat mencolok, dan tampaknya bertentangan dengan komitmen yang dibuat China di G20," kata Morris kepada Reuters. Namun dia menambahkan, ada kemungkinan China tidak akan menerapkan klausul tersebut dalam kontrak pinjamannya.

Kementerian luar negeri China tidak segera membalas permintaan komentar.

Baca Juga: WHO & 23 negara termasuk Indonesia kerjasama cegah pandemi terulang

China pernah mengatakan di masa lalu bahwa lembaga keuangannya, dan bukan hanya kreditor resmi negara, bekerja untuk membantu meringankan beban utang yang ditanggung negara-negara Afrika.

Beijing mengatakan pada November lalu, bahwa mereka telah memperpanjang keringanan utang ke negara-negara berkembang senilai US$ 2,1 miliar, di bawah program G20. Angka itu menjadikan China sebagai kreditur dengan nilai utang yang ditangguhkan tertinggi di G20.

Materi yang diteliti oleh para peneliti untuk studi tersebut mencakup 23 kontrak dengan Kamerun, 10 dengan Serbia dan Argentina serta delapan dengan Ekuador.

Pada Januari lalu, Bank Dunia memperingatkan bahwa beberapa negara sangat membutuhkan keringanan utang karena parahnya resesi global yang dipicu oleh pandemi Covid-19.

Selanjutnya: Taiwan: China mencuri kekayaan intelektual negara lain untuk meningkatkan kekuatan

 

Bagikan

Berita Terbaru

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?
| Jumat, 05 Desember 2025 | 10:03 WIB

Butuh Duit Jumbo Menyerap Kenaikan Free Float, Mampukah Pasar?

Dengan target transaksi harian hanya Rp 14,5 triliun, besaran dana untuk menyerap saham free float 15% sekitar Rp 203 triliun termasuk besar.

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:53 WIB

Melambung Tinggi, Saham Teknologi Masih Terus Unjuk Gigi

Pergerakan saham teknologi ke depan akan jauh lebih selektif dan berbasis kinerja, bukan lagi sekadar euforia sentimen.

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut
| Jumat, 05 Desember 2025 | 09:00 WIB

WALHI Beberkan Akumulasi Alih Fungsi Hutan 10.795 Ha Pemicu Banjir di Sumut

Banjir ini mencerminkan akumulasi krisis ekologis yang dipicu ekspansi tambang, proyek energi, hingga perkebunan sawit skala besar.

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:32 WIB

Prospek Elok Emiten Milik Happy Hapsoro (RATU) Ditopang Ekspansi Bisnis yang Agresif

RATU memiliki tujuh rencana akuisisi global hingga tiga tahun ke depan, dua diantaranya ditargetkan selesai kuartal IV-2025 dan semester I-2026.

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:12 WIB

WSKT Diskon Tarif Tol di Jawa dan Sumatra

WSKT juga menargetkan peningkatan pendapatan selama periode tersebut, meski Buyung enggan menyebut angkanya secara spesifik.  

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:08 WIB

Pertamina Pasok BBM dengan Pesawat Perintis

Pengiriman menggunakan pesawat perintis merupakan langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan energi di wilayah terdampak

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:03 WIB

Layanan Internet Darurat FiberStar di Lokasi Bencana

FiberStar juga menghadirkan layanan internet darurat menggunakan teknologi Starlink untuk mendukung komunikasi bagi penyintas, relawan dan aparat

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan
| Jumat, 05 Desember 2025 | 07:00 WIB

Berharap Pertumbuhan Ekonomi Mendongkrak Dana Kelolaan

AUM reksadana mencapai all time high (ATH) per Oktober 2025 dengan mencatat Rp 621,67 triliun per Oktober 2025

Menakar Target Pengeboran 100 Sumur
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:58 WIB

Menakar Target Pengeboran 100 Sumur

Merujuk laporan SKK Migas, realisasi investasi hulu migas Indonesia hingga Agustus 2025 mencapai US$ 9,38 miliar atau setara Rp 152,96 triliun.

Pebisnis Berharap Harga DMO Batubara Naik
| Jumat, 05 Desember 2025 | 06:55 WIB

Pebisnis Berharap Harga DMO Batubara Naik

Harga DMO batubara untuk kelistrikan US$ 70 ton per ton berlaku sejak 2018, sehingga pelaku usaha minta penyesuaian

INDEKS BERITA

Terpopuler