Penentu Kebijakan di The Fed Membuka Kemungkinan Pemangkasan Bunga

Selasa, 04 Juni 2019 | 09:28 WIB
Penentu Kebijakan di The Fed Membuka Kemungkinan Pemangkasan Bunga
[]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK (Reuters) – Otoritas moneter di Amerika Serikat (AS), Federal Reserve, Senin, mengungkap kemungkinan pemangkasan bunga dalam waktu dekat. Presiden The Fed St Louis, James Bullard, menyatakan, otoritas moneter perlu segera merespon memanasnya hubungan dagang AS-China serta inflasi AS.

Bullard, yang termasuk dalam 10 pejabat The Fed yang memiliki hak voting atas penentuan bunga, merupakan penentu kebijakan pertama yang menyatakan perlunya respon kebijakan moneter. Para pejabat The Fed sebelumnya menyatakan bunga acuan saat ini, 2,25%-2,5% belum perlu dikutak-katik.

Pasar finanasial segera merespon pernyataan Bullard. Instrumen kontrak untuk bunga jangka pendek dalam perdagangan Senin langsung bergerak ke kisaran yang mencerminkan pemangkasan bunga acuan pada bulan mendatang.

Dalam sebuah acara perkumpulan sosial di Chicago Bullard menyatakan penyesuaian bunga ke arah yang lebih rendah mungkin segera terlaksana. Ia juga menyatakan ekspektasi inflasi terlalu rendah, dan harga obligasi saat mencerminkan bunga yang keliwat tinggi. Lalu, konflik perdagangan AS-China ternyata lebih sulit diselesaikan daripada yang semula dibayangkan.

Saat diwawancara setelah pertemuan, Bullard menyatakan tidak ada komitmen pemangkasan bunga dalam dua pekan mendatang. Dan, Bullard yang termasuk dalam 10 orang pejabat The Fed yang berhak menentukan bunga di tahun ini, menyatakan ingin mendengar pandangan pengambil keputusan lainnya.

Data statistik yang terbit di awal pekan ini memperlihatkan kegiatan manufaktur melemah di AS, Eropa dan Asia selama bulan lalu. Pebisnis ragu-ragu untuk memutar roda produksinya karena negosiasi perdagangan di antara Beijing dan Washington yang tak kunjung selesai. Bayang-bayang resesi pun kembali datang.

Pemerintahan Trump menuduh China mengingkari janjinya melakukan perubahan struktural dalam praktik ekonomi. Dengan alasan itu, Trump pun mengancam mengenakan tarif tambahan. Washington juga membuka front perselisihan dengan negara lain, mulai Meksiko hingga India.

Saat rezim Trump menaikkan tarif atas barang impor China, para pejabat The Fed bergeming. Mereka menganggap tidak perlu mengubah kebijakan moneter kecuali konflik perdagangan tak kunjung reda. Pada catatan pertemuan terakhir The Fed yang berlangsung 30 April – 1 Mei lalu, para pengambil keputusan menilai pendekatan yang lebih sabar terhadap perubahan bunga masih cocok untuk beberapa waktu mendatang.

Namun seelah pertemuan itu, Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif hingga 25% atas barang impor dari China dan memberlakukan kebijakan yang menyasar raksasa telekomunikasi Huawei. Dua aksi itu mengakibatkan penjualan besar-besaran di bursa AS.

“Penyesuaian dengan memangkas bunga mungkin akan membantu menempatkan kembali inflasi dan ekspektasi inflasi di kisaran target 2. Sekaligus menjadi asuransi terhadap pelemahan ekonomi yang lebih parah daripada perkiraan sebelumnya," ujar Bullard.

Pimpinan The Fed Jerome Powell akan menyampaikan hasil kajian tentang kebijakan moneter terkini pada Selasa pagi waktu Chicago, AS.

Bagikan

Berita Terbaru

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang
| Jumat, 21 November 2025 | 18:25 WIB

Nasib Gamang Proyek PSEL di Tangerang Selatan Antara Lanjut atau Harus Lelang Ulang

Nasib proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan hingga kini belum jelas.

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi
| Jumat, 21 November 2025 | 08:52 WIB

Peluang Bisnis Benih Sawit, Binasawit Makmur Jaga Kualitas & Distribusi

Anak usaha SGRO, BSM, menargetkan pasar benih sawit dengan DxP Sriwijaya. Antisipasi kenaikan permintaan, jaga kualitas & pasokan. 

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:35 WIB

Benahi Kinerja Keuangan, Timah (TINS) Genjot Produksi dan Penjualan

PT Timah Tbk (TINS) optimistis dapat memperbaiki kinerja operasional dan keuangannya sampai akhir 2025. 

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa
| Jumat, 21 November 2025 | 08:30 WIB

Berakhirnya Kisah Keluarga Sampoerna di Lantai Bursa

Langkah Grup Sampoerna melepas PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), meninggalkan catatan sejarah dalam dunia pasar modal di dalam negeri. ​

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI
| Jumat, 21 November 2025 | 08:29 WIB

Outflow Masih Jadi Penyebab Defisit NPI

NPI kuartal III-2025 mengalami defisit US$ 6,4 miliar, sedikit di bawah kuartal sebelumnya yang defisit sebesar US$ 6,7 miliar

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan
| Jumat, 21 November 2025 | 08:23 WIB

Timbang-Timbang Kenaikan Gaji ASN Tahun Depan

Kemkeu telah menerima surat dari Menteri PANRB terkait pertimbangan kenaikan gaji ASN di 2026       

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit
| Jumat, 21 November 2025 | 08:09 WIB

Tambah Penempatan Dana SAL Rp 76 T Dorong Transmisi Kredit

Tambahan penempatan dana ini lanjutan dari penempatan dana pemerintah senilai Rp 200 triliun akhir Oktober lalu​

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah
| Jumat, 21 November 2025 | 07:56 WIB

Waspada IHSG Jumat (21/11) Bisa Berbalik Arah

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini rawan koreksi dengan support 8.399 dan resistance 8.442. 

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:54 WIB

Shortfall Pajak Tahun Ini, Bisa Sentuh Rp 300 Triliun

Dalam dua bulan, pemerintah harus mengumpulkan penerimaan pajak Rp 730,27 triliun lagi untuk mencapai target dalam APBN

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun
| Jumat, 21 November 2025 | 07:47 WIB

Caplok Sampoerna Agro (SGRO), Posco International Rogoh Kocek Rp 9,4 Triliun

Grup Sampoerna melepas seluruh kepemilikannya di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) 1,19 juta saham atau setara 65,72% kepada Posco International.​

INDEKS BERITA

Terpopuler