Berita Bisnis

Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik Terus Melaju, Ada Hyundai, IBC, Hingga Gojek

Kamis, 18 November 2021 | 21:24 WIB
Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik Terus Melaju, Ada Hyundai, IBC, Hingga Gojek

ILUSTRASI. Gojek bekerja sama dengan TBS Energi Utama (TOBA) membentuk perusahaan patungan untuk mengembangkan motor listrik./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/16/11/2021.

Reporter: Venny Suryanto, Filemon Agung, Herry Prasetyo, Muhammad Julian | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai sebagai salah satu upaya mendorong dekarbonisasi alias penurunan emisi terus menggeliat. 

Sejumlah perusahaan berbondong-bondong mengambil bagian dalam bisnis pengembangan ekosistem kendaraan listri. Yang terbaru, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek bekekrja sama dengan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) ikut terjun membangun ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. 

Melalui anak usahanya, PT Karya Baru TBS, TOBA bersama Gojak membentuk usaha patungan alias joint venture bernama Elektrum. Investasi yang disiapkan perusahaan patungan tersebut sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 17 triliun dalam lima tahun ke depan.

Baca Juga: Batas Akhir PKPU Sritex (SRIL) Makin Dekat, Ini Jadwal dan Agendanya

Elektrum nantinya akan mengembangkan bisnis di bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik. 

Chief Executive Officer Gojek, Kevin Aluwi mengatakan, terbentuknya perusahaan teknologi melalui joint venture nasional merupakan hal pertama di sektor kendaraan listrik Indonesia. 

“Kami berharap upaya ini dapat mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkontribusi kepada penanggulangan perubahan iklim di Indonesia. Kendaraan listrik merupakan masa depan bagi sektor transportasi dan kami memastikan hal tersebut dapat terwujud lebih cepat melalui kolaborasi ini,” ungkap dia dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Kamis (18/11). 

Ini sebetulnya bukan kerja sama pertama Gojek dalam pengembangan di bisnis kendaraan listrik. Sebelumnya, di awal bulan ini, Gojek mengumumkan kemitraan strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap

Kemitraan antara Gojek dan Gogoro di masa awal akan mencakup dua bidang. Pertama. Grup GoTo akan berinvestasi di Gogoro melalui skema private investment in public equity (PIPE). Kedua, Gojek, Gogor, dan Pertamian akan menjalin kerja sama melalui skema pencontohan baterai swap dan uji coba kendaraan Gogoro Smarscookter di Jakarta. 

Baca Juga: Akan IPO di Nasdaq, Platform Penambangan Kripto Ini Membonceng SPAC Blue Safari

Pertamina merupakan salah satu pemegang saham holding BUMN untuk industri baterai kendaraan listrik, Indonesia Battery Corporation (IBC). Selain Pertamina, pemegang saham konsorsium yang dibentuk pada Maret lalu adalah Mind ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias Antam, dan PT PLN. 

Selain melalui IBC, Pertamina juga memiliki sejumlah inisiatif untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Melalui Pertamina Power Indonesia, Pertamina berfokus pada penyediaan saran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang kini sudah tersedia di beberapa SPBU di Kawasan Jakarta dan sekitarnya.

Selain itu, Pertamina pun turut terlibat dalam pengembangan kendaraan listrik roda dua di Bali yang bertujuan untuk mengembangkan wisata ramah lingkungan. Program lainnya yakni melali pengembangan teknologi battery pack

Tercatat, Pertamina merencanakan alokasi dana Rp 45 triliun untuk investasi bisnis ekosistem baterai kendaraan listrik. "Harapannya adalah kita bisa bersinergi satu sama lain dan tidak terbatas di BUMN saja untuk mengembangkan ekosistem EV secara masif dan terukur," ujar Sekretaris Perusahaan Pertamina Power Indonesia beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Injeksi Modal BUMN & BLU Siap Dicairkan

Sementara itu, IBC mendapat mandat untuk mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik. Corporate Secretary IBC Muhammad Sabik, mengatakan, upaya yang IBC lakukan di antaranya ialah mengembangkan portofolio bisnis di luar negeri guna memperoleh know how dan transfer pengetahuan serta mencari mitra yang memiliki kompetensi dalam pengembangan kendaraan listrik.

“Untuk itu, saat ini kami sedang menjajaki kemungkinan untuk mendapatkan mitra yang dapat mendukung upaya IBC dalam mengakselerasi penggunaan electric vehicle di Indonesia,” ujar Sabik, Kamis (18/11).

Beberapa waktu lalu, IBC disebut-sebut berniat mengakuisisi StreetScooter, produsen kendaraan listrik milik Deutsche Post DHL Group asal Jerman. Nilai transaksinya disebut-sebut mencapai US$ 170 juta atau Rp 2,44 triliun  dengan asumsi kurs Rp 14.327 per dollar AS.

Sebelumnya, Juli lalu, IBC telah meneken nota kesepahaman dengan konsorsium Hyundai untuk membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik dengan total nilai investasi sekitar US$ 1,1 miliar. 

Baca Juga: Nilai Fraud dan Pencurian di Platform Cryptocurrency DeFi Tahun Ini US$ 10,5 Miliar

Sementara itu, Hyundai Motors menargetkan akan memulai produksi mobil listrik di Indonesia pada tahun depan. Seperti diketahui, perusahaan asal Korea Selatan itu telah membangun pabrik mobil listrik di Cikarang dengan nilai investasi sebesar US$ 1,5 miliar. 

Sony Sulaksono, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian mengatakan, pihaknya sudah membuat roadmap untuk mempopulerkan kendaraan listrik berbasis baterai.

Dengan adanya transisi dari kendaraan konvensional menuju kendaraan listrik berbasis baterai ini, pemerintah menargetkan pada tahun 2030 akan tercapai 3 juta kendaraan listrik berbasis baterai. "Kita harap itu akan menurunkan 4,6 juta ton emisi CO2,” kata Sony.

Selanjutnya: Sritex (SRIL) Gelar Voting untuk Pemegang Obligasi, Ini Skema Restrukturisasinya

 

Terbaru