Penjualan Ritel Tergerus Komoditas

Jumat, 09 Agustus 2019 | 08:58 WIB
Penjualan Ritel Tergerus Komoditas
[]
Reporter: Bidara Pink | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan eceran di bulan Juli tahun ini diperkirakan bakal lebih laris dibanding periode sama pada tahun lalu. Ini terindikasi dari hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) terhadap sejumlah peritel lokal.

Dari hasil survei tersebut, Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2019, diperkirakan tumbuh 2,3% year on year (yoy) ke level 221. IPR yang tumbuh di bulan lalu lebih baik dibanding Juni 2019 yang mencatat penurunan hingga 1,8% yoy.

Menurut BI, tumbuhnya IPR Juli 2019 didorong oleh kelompok suku cadang dan aksesori yang diperkirakan tumbuh 24% yoy, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang diperkirakan tumbuh 7,1% yoy, dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang diperkirakan tumbuh 1,5% yoy.

Baca Juga: Simak respons Aprindo atas penjualan eceran yang mengalami penurunan

Meski demikian, jika dilihat secara bulanan, IPR Juli tersebut turun cukup dalam hingga 12,6 poin dibanding posisi Juni 2019. BI mencatat, IPR Juni sebesar 233,6.

Penurunan ini terjadi hampir di semua kelompok ritel. Utamanya, kelompok makanan, minuman dan tembakau yang turun hingga 16,5 poin ke level 235,5, kelompok barang budaya dan rekreasi yang turun hingga 25,5 poin ke level 206,7, dan kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang turun 9 poin ke level 322,1.

Sementara itu, penjualan eceran pada bulan September 2019 diperkirakan akan meningkat. Sebab, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) bulan tersebut naik 1,7 poin menjadi 138. Ini sejalan dengan turunnya tekanan harga yang tercermin dari penurunan Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) sebesar 6,9 ke 131,4.

Penjualan eceran pada bulan Desember tahun 2019 juga diperkirakan meningkat, meski tekanan harga di bulan itu juga diperkirakan akan naik.

Baca Juga: Rasio restrukturisasi bank besar menurun di semester I

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, kondisi ritel saat ini kurang baik, sejalan dengan daya beli masyarakat yang belum kunjung bangkit. Jika daya beli masyarakat tidak ada, upaya apapun yang dilakukan peritel untuk mendokrak penjualan, termasuk degan pemberian diskon menjadi percuma.

"Daya beli masyarakat berhubungan dengan pekerjaan masyarakat. Saat ini, pekerjaan yang formal perkembangannya begitu saja. Orang bergeser ke sektor informal," kata Tutum kepada KONTAN, Kamis (8/8).

Di sisi lain, melesunya penjualan ritel di bulan Juli dibanding bulan sebelumnya juga turunnya penghasilan masyarakat yang berbasis komoditas. Hal ini sejalan dengan rendahnya permintaan dari luar negeri.

"Permintaan sampai akhir tahun, kalau melihat perkembangan situasi saat ini sangat tidak baik," tambah dia.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Hujan Bulan November
| Sabtu, 09 November 2024 | 05:00 WIB

Hujan Bulan November

Pasar juga masih belum mendapatkan gambaran jelas lagi tegas mengenai gagasan keberlanjutan pemerintahan.

Sekarang Girang, Tahun Depan Valuta Asing Meriang
| Sabtu, 09 November 2024 | 04:45 WIB

Sekarang Girang, Tahun Depan Valuta Asing Meriang

Saat ini pasar tengah risk on selepas  pemangkasan bunga acuan Federal Reserve sehingga valas Asia terangkat.

Sedu-Sedan Pertambangan Rakyat, Rogoh Kocek Miliaran Rupiah Demi Izin Tambang
| Sabtu, 09 November 2024 | 04:30 WIB

Sedu-Sedan Pertambangan Rakyat, Rogoh Kocek Miliaran Rupiah Demi Izin Tambang

Jumlah penambang rakyat di Indonesia mencapai 4,2 juta orang. Angkanya terus bertambah seiring kondisi ekonomi yang makin sulit.​

Kebijakan Suspensi Saham oleh BEI Terus Menuai Kritikan, Diminta Lebih Transparan
| Sabtu, 09 November 2024 | 04:15 WIB

Kebijakan Suspensi Saham oleh BEI Terus Menuai Kritikan, Diminta Lebih Transparan

BEI mesti lebih transparan soal alasan suatu saham terkena suspensi dengan menjelaskan ketentuan yang dilanggar serta dibuktikan dengan data.

Menyimak Aksi Lengan Investasi Negara Asing, Lebih Banyak Divestasi Saham Emiten BEI
| Sabtu, 09 November 2024 | 04:00 WIB

Menyimak Aksi Lengan Investasi Negara Asing, Lebih Banyak Divestasi Saham Emiten BEI

Dua perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura; GIC dan Temasek lebih banyak melakukan divestasi saham sepanjang tahun ini.

Bisnis Agen Laku Pandai Bank Naik
| Sabtu, 09 November 2024 | 03:45 WIB

Bisnis Agen Laku Pandai Bank Naik

BRI memiliki 1,02 juta AgenBRILink hingga September 2024. Sepanjang Januari - September 2024, para agen mencatatkan transaksi Rp 1.170 triliun 

Cuan Anak Usaha Perbankan Bikin Kinerja Makin Pakem
| Sabtu, 09 November 2024 | 03:15 WIB

Cuan Anak Usaha Perbankan Bikin Kinerja Makin Pakem

Salah satu bank dengan kinerja anak usaha yang cukup impresif adalah BRI. Hingga September 2024, anak usaha BRI tumbuh 23%. 

Gelar Stock Split 1:10, Simak Rekomendasi Saham PTRO
| Jumat, 08 November 2024 | 10:04 WIB

Gelar Stock Split 1:10, Simak Rekomendasi Saham PTRO

PTRO terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu mengumumkan rencana pemecahan nilai nominal saham alias stock split.

Bursa Lesu, Emiten Pilih Pinjaman Bank
| Jumat, 08 November 2024 | 09:41 WIB

Bursa Lesu, Emiten Pilih Pinjaman Bank

Kondisi pasar modal yang masih lesu membuat emiten cenderung memilih pendanaan lewat fasilitas perbankan. 

Dua Pabrik Prekursor Nikel di Indonesia Akan Ekspor Perdana ke AS dan Eropa di 2025
| Jumat, 08 November 2024 | 09:00 WIB

Dua Pabrik Prekursor Nikel di Indonesia Akan Ekspor Perdana ke AS dan Eropa di 2025

Septian Hario Seto Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menyebut prekursor yang diekspor dari Indonesia telah melewati sertifikasi.

INDEKS BERITA

Terpopuler