Peringkat AS dan China Terancam Dipangkas

Rabu, 20 Desember 2023 | 23:57 WIB
Peringkat AS dan China Terancam Dipangkas
[ILUSTRASI. Kenaikan posisi utang AS dan China picu peningkatan risiko ekonomi dua negara itu. REUTERS/Bobby Yip]
Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - LONDON. Peringkat utang sejumlah negara akan mengalami perubahan di tahun 2024. Peringkat utang Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan diturunkan. Kondisi ini berbanding terbalik dengan peringkat utang Turki yang diperkirakan naik untuk pertama kali dalam satu dekade. 

Sejumlah lembaga pemeringkat menyebutkan, rekor kenaikan posisi utang negara, pertumbuhan ekonomi yang terhambat serta efek perang yang belum usai menjadi penyebab perubahan peringkat. Moody's memaparkan, tingkat utang Amerika Serikat dan China yang cukup tinggi menjadi hambatan tersendiri di tahun depan. Bahkan AS yang saat ini menjadi negara yang menyandang peringkat tertinggi yakni AAA akan kehilangan statusnya. 

Baca Juga: Perusahaan China Lirik Malaysia untuk Perakitan Chip Kelas Atas, Ini Alasannya

Analis Moody's Marie Diron mengatakan, pihaknya tengah memantau apakah AS dapat mengatasi ancaman utang yang membumbung tinggi. Selain itu dia bilang, China juga masih bergelut atas efek utang pemerintah daerah dan developer yang semakin memburuk. 

Posisi utang 

Fitch justru lebih dulu menurunkan peringkat utang AS pada bulan Agustus. Sementara S&P Global masih terus mencermati menjelang pemilihan presiden AS pada November tahun depan.

"Banyak faktor yang kami ingin buktikan terkait penurunan peringkat (AS)," kata Ed Parker dari Fitch seperti ditulis Reuters. Menurut dia, tren suku bunga tinggi, tingkat belanja yang rendah dan populasi yang menua akan membuat posisi utang AS mencekik.

Fitch juga melihat pertumbuhan ekonomi China yang ada di level 4,5%-5% akan terus turun karena sektor properti dan masalah lainnya. Menurut hipotesis Fitch, permasalahan utang China akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi China menjadi 1,5% dan baru bisa kembali ke 2% di tahun 2025. 

"Penurunan peringkat akan mungkin terjadi dalam skenario seperti itu. Kami tidak mengharapkan penurunan lebih dari satu tingkat mengingat dampak China yang luas," ujar Diron. 

Kondisi berbeda dialami oleh Turki yang ratingnya dapat dinaikkan jika menteri keuangan dan kepala bank sentral baru pada masa pemerintahan Presiden Turki Tayyip Erdogan terus memperbaiki kebijakan. Efeknya tidak hanya Turki namun peringkat Oman juga dapat ditingkatkan ke level invesment grade.

Baca Juga: Waspada di Paruh Pertama, Tancap Gas di Paruh Kedua

Diron mengatakan, pemilu lokal di Turki pada Maret akan menguji tekad pihak berwenang dalam mempertahankan suku bunga. Apalagi Turki mempertahankan kebijakannya dan investor asing kembali masuk akan menjadi momentum positif.  

Bagikan

Berita Terbaru

Avia Avian (AVIA) Intip Peluang Tiga Juta Rumah
| Jumat, 19 September 2025 | 04:20 WIB

Avia Avian (AVIA) Intip Peluang Tiga Juta Rumah

AVIA membidik peluang pertumbuhan kinerja dengan adanya program 3 juta rumah dan insentif PPN-DTP 100% 

Nasabah Tak Diwajibkan Ikut Bayar Klaim Asuransi Kesehatan
| Jumat, 19 September 2025 | 04:15 WIB

Nasabah Tak Diwajibkan Ikut Bayar Klaim Asuransi Kesehatan

Aturan pembagian risiko di asuransi kesehatan kembali disiapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setelah sempat dibatalkan. 

Memberi Kesempatan Menteri Keuangan
| Jumat, 19 September 2025 | 04:10 WIB

Memberi Kesempatan Menteri Keuangan

Harapan kita sederhana, optimisme yang dibawa Menteri Keuangan baru tidak berhenti pada janji, melainkan menjelma nyata bagi ekonomi Indonesia.

Menakar Prospek Saham BBCA di Tengah Penurunan BI Rate
| Kamis, 18 September 2025 | 18:03 WIB

Menakar Prospek Saham BBCA di Tengah Penurunan BI Rate

Fundamental yang kuat disertai dengan tata kelola perusahaan yang baik, menyebabkan banyak investor masih meyakini saham BBCA cukup baik ke depan.

Pemerintah Siap Kucuri Dana Ke Koperasi Merah Putih, 20.000 Koperasi Bakal Kebagian
| Kamis, 18 September 2025 | 16:23 WIB

Pemerintah Siap Kucuri Dana Ke Koperasi Merah Putih, 20.000 Koperasi Bakal Kebagian

Menteri Koperasi Ferry Juliantono menjelaskan saat ini sudah terdapat 1.064 Kopdes Merah Putih yang telah menyerahkan proposal pinjaman.

Beleid Co-Payment Siap Rilis Lagi, Besarnya 5% dan Ganti Nama Jadi Risk Sharing
| Kamis, 18 September 2025 | 15:30 WIB

Beleid Co-Payment Siap Rilis Lagi, Besarnya 5% dan Ganti Nama Jadi Risk Sharing

Perusahaan asuransi wajib menyediakan produk tanpa fitur pembagian risiko, tapi juga diperbolehkan menawarkan produk dengan skema risk-sharing.

Pemerintah Mengubah Postur Anggaran, Defisit Kian Lebar dan Transfer ke Daerah Naik
| Kamis, 18 September 2025 | 15:19 WIB

Pemerintah Mengubah Postur Anggaran, Defisit Kian Lebar dan Transfer ke Daerah Naik

Banggar DPR RI bersama pemerintah telah menyetujui perubahan postur RAPBN 2026. Pendapatan, belanja, dan defisit disesuaikan.

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan
| Kamis, 18 September 2025 | 08:38 WIB

Harga Saham BBRI Kembali ke Jalur Menanjak Seiring Akumulasi Blackrock dan JP Morgan

Pertumbuhan kredit Bank BRI (BBRI) diproyeksikan lebih bertumpu ke segmen konsumer dan korporasi, khususnya di sektor pertanian dan perdagangan. 

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan
| Kamis, 18 September 2025 | 07:55 WIB

Investor Asing Pandang Netral ke Perbankan Indonesia, BBCA, BMRI, & BBRI Jadi Jagoan

Likuiditas simpanan dan penyaluran kredit perbankan yang berpotensi lebih rendah sepanjang tahun ini jadi catatan investor asing.

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah
| Kamis, 18 September 2025 | 07:19 WIB

Menanti Tuah Stimulus Saat Ekonomi Masih Lemah

Meski berisiko, penempatan dana ini bisa jadi sentimen positif bagi saham perbankan, karena ada potensi perbaikan likuiditas dan kualitas aset.

INDEKS BERITA

Terpopuler