Polychem Indonesia (ADMG) Mendorong Kapasitas Produksi

Rabu, 26 Juni 2019 | 08:55 WIB
Polychem Indonesia (ADMG) Mendorong Kapasitas Produksi
[]
Reporter: Kenia Intan | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Polychem Indonesia Tbk berencana menambah kapasitas produksi etilena oksida (EO) sebanyak 50.000 ton per tahun. Bahan kimia tersebut untuk mendukung produksi EO derivatives (EOD) yang merupakan bahan baku produk perawatan tubuh, pengemulsi dan agrochemicals.

Penambahan kapasitas EO tersebut merupakan ekspansi tahap pertama. "Kami akan membangun pabrik, semua sudah selesai, akhir minggu ini ada pertemuan," ujar Tarunkumar N Pal, Direktur Tidak Terafiliasi PT Polychem Indonesia Tbk dalam paparan publik, Selasa (25/6).

Adapun target pemasaran EOD ke pasar domestik maupun ekspor. Sejauh ini, Polychem Indonesia sudah merambah pasar ekspor China, Australia, kawasan Asia dan kawasan Eropa.

Informasi saja, sejauh ini Polychem Indonesia memiliki kemampuan produksi EOD sebanyak 80.000 ton per tahun. Adapun EOD adalah satu dari enam produk mereka. Lima produk lain meliputi ethylene glycol, chips, partially oriented yarn (POY), polyester staple fiber (PSF) dan drawn textured yarn (DTY). Total kapasitas produksi dari enam produk tersebut mencapai 443.200 ton per tahun (lihat tabel).

Selain meningkatkan kemampuan produksi EO, Polychem Indonesia berencana mengganti katalis pabrik, meremajakan mesin dan membeli mesin EO purification. Mereka meganggarkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 10 juta yang bersumber dari kas internal.

Hingga 31 Maret 2019, Polychem Indonesia tercatat memiliki kas dan setara kas senilai US$ 19,44 juta. Duit lancar itu bertambah 37,97% ketimbang akhir tahun lalu yakni sebesar US$ 14,09 juta.

Dari Januari-Mei 2019, Polychem Indonesia sudah menyerap 10% capex. Perusahaan berkode saham ADMG di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut menggunakannya untuk mengganti sejumlah mesin DTY lawas.

Tantangan bisnis

Meskipun ekspansi bisnis masih jalan terus, Polychem Indonesia melihat bebarapa tantangan bisnis. Tantangan dari dalam negeri berupa upah minimum kabupaten/kota (UMK) Karawang, Jawa Barat dengan catatan tertinggi di Indonesia. Sebagai informasi, Polychem Indonesia memiliki pabrik di Karawang dan Merak, Banten.

Tantangan dari luar negeri tak kalah kompleks. Manajemen Polychem Indonesia mewaspadai risiko perang dagang Amerika Serikat (AS)- China yang tak kunjung usai. Pada saat yang bersamaan, ada risiko fluktuasi kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga bahan bakar dunia yang berpotensi mempengaruhi harga bahan baku.

Aneka tantangan bisnis tadi menyebabkan kinerja kuartal I-2019 belum bisa membaik. Penjualan bersih terhitung turun 30,16% year on year (yoy) menjadi US$ 68,74 juta. Polychem Indonesia juga menanggung rugi bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih US$ 3,11 juta. Padahal pada periode yang sama tahun lalu tercatat untung bersih.

Asal tahu, sepanjang 2018 Polychem Indonesia sejatinya juga merugi hingga US$ 1,26 juta. Meskipun, catatan kerugian tersebut lebih kecil ketimbang tahun 2017 yang tercatat rugi senilai US$ 8,14 juta. Namun paling tidak, penjualan tahun lalu masih mampu tumbuh 11,95% yoy menjadi US$ 356,64 juta.

Lantaran rugi, Polychem Indonesia tidak ada membagikan dividen tahun buku 2018. "Kami mengalami kerugian sehingga kami tidak bisa membagikan dividen," kata Chandra Tjong, Sekretaris Perusahaan PT Polychem Indonesia Tbk.

Bagikan

Berita Terbaru

Lepas 541 Juta Saham Sentul City (BKSL), Kepemilikan Samuel Sekuritas Tersisa 4,94%
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:53 WIB

Lepas 541 Juta Saham Sentul City (BKSL), Kepemilikan Samuel Sekuritas Tersisa 4,94%

Samuel Sekuritas Indonesia melaporkan pengurangan kepemilikan sahamnya di PT Sentul City Tbk (BKSL).

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Akan Transformasi Jadi Holding Investasi Energi
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Akan Transformasi Jadi Holding Investasi Energi

PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) segera melakukan transformasi bisnis seiring masuknya PT Morris Capital Indonesia sebagai pengendali baru. ​

Laju Saham Barang Konsumsi Masih Mini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:43 WIB

Laju Saham Barang Konsumsi Masih Mini

Laju indeks saham barang konsumsi tertinggal dari 10 indeks sektoral lain di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sampoerna Agro (SGRO) Siap Merambah ke Bisnis Hilir Sawit dan Energi Terbarukan
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:34 WIB

Sampoerna Agro (SGRO) Siap Merambah ke Bisnis Hilir Sawit dan Energi Terbarukan

PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) akan menjalin sinergi dengan pemegang saham baru, Posco International, yang akan masuk ke sektor hilir kelapa sawit.

Strategi Mengail Cuan Saham Menjelang Tutup Tahun
| Jumat, 19 Desember 2025 | 09:24 WIB

Strategi Mengail Cuan Saham Menjelang Tutup Tahun

Memilih strategi yang bisa dimanfaatkan investor untuk mendulang cuan investasi saham di momen libur akhir tahun​.

Kenaikan Harga Dongkrak Nilai Ekspor CPO Indonesia
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:50 WIB

Kenaikan Harga Dongkrak Nilai Ekspor CPO Indonesia

Hingga Oktober 2025, nilai ekspor sawit mencapai US$ 30,605 miliar, lebih tinggi 36,19% dibanding periode yang sama tahun 2024 US$ 22,472 miliar.

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:40 WIB

Aturan Baru Pupuk Bersubsidi Menjadi Titik Balik Industri

Regulasi ini memberikan kerangka kebijakan yang lebih adaptif dalam pelaksanaan subsidi pupuk, sekaligus membuka ruang bagi peningkatan efisiensi.

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:25 WIB

Central Proteina Prima (CPRO) Kian Serius di Bisnis Pet Food

Industri pet food Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya jumlah pemilik hewan.

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:15 WIB

SKB Food (RAFI) Transformasi ke Bisnis Agrifood

Sebagai pijakan awal transformasi, RAFI mengusung tema “More Impactful and More Valuable” yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan bisnis

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Jumat, 19 Desember 2025 | 08:11 WIB

Ancaman Dari Jepang Bisa Bikin IHSG & Rupiah Anjlok, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Jika perkiraan ini terjadi, ada potensi akan meningkatnya volatilitas saham dan mata uang di pasar global.

INDEKS BERITA

Terpopuler