Berita Bisnis

PPKM Bisa Menghambat Aktivitas Impor

Rabu, 01 Desember 2021 | 04:00 WIB
PPKM Bisa Menghambat Aktivitas Impor

Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Demi mengantisipasi eskalasi kasus Covid-19, pemerintah kembali memperketat kebijakan pembatasan sosial (PPKM Level 3) pada akhir tahun ini hingga awal tahun depan. Di saat yang sama, ada ancaman varian baru omicron yang membayangi penduduk global, termasuk Indonesia.

Kebijakan pembatasan sosial dinilai berpotensi menahan aktivitas sejumlah sektor bisnis, termasuk para importir. Alhasil, para pengusaha mulai berancang-ancang mengantisipasi kemungkinan tersendatnya jalur distribusi barang dan aktivitas perekonomian.
 
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas), Fajar Budiono mengatakan, dampak kebijakan PPKM akan terasa pada industri kemasan, khususnya yang menyuplai sektor makanan dan minuman terkait segmen pariwisata. 
 
Di sisi lain, masih terjadi kelangkaan kontainer dan kenaikan harga sejumlah komoditas petrokimia.  "Sampai saat ini utilitas di hulu atau petrokimia di atas 95% dan di hilir berkisar 70%-80%, yang artinya cukup bagus dibandingkan kondisi awal pandemi," ungkap dia kepada KONTAN, Senin (30/11). 
 
Ihwal kenaikan harga komoditas petrokimia, Fajar bilang, harga untuk polietilena sudah mulai turun, tetapi harga produk lain seperti polipropilena dan polyethylene terephthalate (PET) masih cukup tinggi. "Namun, sejauh ini untuk daya beli masih terjangkau," ujar Fajar. 
 
Sepanjang tahun ini, Fajar melihat proses pemulihan ekonomi relatif cepat. Dus, Inaplas yakin pertumbuhan industri petrokimia, dari hulu hingga hilir, bisa di atas 2,5%. Pada tahun depan, jika pandemi semakin terkendali, maka Inaplas memproyeksikan pertumbuhan industri bisa di kisaran 3,5% hingga 4%.
 
Impor obat
 
Sementara itu, salah satu produsen farmasi PT Kalbe Farma Tbk juga sudah mengantisipasi risiko gangguan pasokan bahan baku obat (BBO), dengan mengamankan persediaan sejak tiga bulan lalu.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius mengatakan, tantangan pasokan bahan baku obat sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 pada tahun lalu. 
 
Oleh karena itu, Kalbe Farma sudah menyusun kebijakan menambah stok untuk kebutuhan 3-6 bulan ke depan dalam pembelian BBO. "Secara umum (saat ini) kebutuhan stok terjaga baik," ujar dia, kemarin.
 
Sebagian besar bahan baku obat KLBF masih berasal dari impor. Oleh karena itu, aktivitas produksi obat KLBF bergantung pada kelangsungan pasokan bahan baku impor. Porsi BBO impor mencapai 90% terhadap produksi obat KLBF. "BBO impor berasal dari berbagai negara seperti China, India, Jepang, Korea dan negara Eropa," kata Vidjongtius.
 
Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia mengemukakan, Sharp masih mengalami sejumlah kendala yang semakin besar saat mendekati akhir tahun ini. 
 
"Harga beberapa part impor meningkat dan kontainer luar biasa mahal dan sulit. Maka dari itu, secara bertahap kami sudah mulai menaikkan harga jual sejak Oktober 2021 sampai Januari 2022 mendatang. Kenaikannya di kisaran 3%-10% untuk produk home appliance impor seperti kulkas, AC, dan lainnya," ujar dia kepada KONTAN, kemarin. 
 
Kendati menghadapi sejumlah tantangan, Andry bilang, Sharp optimistis bisa mencapai target penjualan Rp 11 triliun pada tahun ini.    

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru