KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah melemah pada pergerakan Rabu (8/1). Namun, secara teknikal, terbuka peluang bagi rupiah berbalik menguat hari ini kendati risiko memanasnya perang antara Amerika Serikat (AS) dan Iran masih membayangi.
Nilai tukar rupiah kemarin ditutup melemah 0,16% ke level Rp 13.900 per dollar AS. Pelemahan tersebut juga tampak pada kurs tengah rupiahnBank Indonesia (BI) atau JISDOR yang turun 15 poin menjadi Rp 13.934 per dollar AS.
Baca Juga: Ini Dampak Konflik AS-Iran Terhadap Perusahaan Petrokimia premium
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan, kurs rupiah cukup tertekan memanasnya konflik AS- Iran. Tapi selama tidak ada balasan dari AS, situasi perang bisa mendingin dan menjadi kesempatan untuk melakukan profit taking dollar AS. "Secara teknikal, rupiah masih cenderung menguat," tutur Alwi, kemarin.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, beberapa data positif dari Tanah Air membantu mengurangi tekanan pada kurs rupiah. Misalnya data cadangan devisa yang diumumkan kemarin serta peningkatan dana asing yang masuk.
Baca Juga: Proyeksi IHSG: Tertekan Dampak AS-Iran
Terbukti, rupiah tak melemah lebih dalam setelah sempat menyentuh area Rp 13.950 per dollar AS. "Pengumuman cadangan devisa cukup baik dan ada peningkatan inflow yang masuk ke term deposit valas," kata David.
Seiring dengan kenaikan cadangan devisa US$ 2,6 miliar menjadi US$ 129,2 miliar per Desember 2019 dan aliran modal asing masih mengalir masuk, David memperkirakan, rupiah pada perdagangan hari ini bakal konsolidasi dengan kecenderungan menguat tipis.
Baca Juga: Ini Dia Saham Pilihan Menghadapi Ancaman Perang premium
Meskipun begitu, risiko memanasnya perang AS dan Iran dapat berubah dalam waktu cepat. Proyeksi David, kurs rupiah akan bergerak dengan rentang pergerakan Rp 13.870-Rp 13.950 per dollar AS.
Alwi memperkirakan kurs rupiah akan menguat terhadap dollar AS dengan rentang pergerakan Rp 13.860 per dollar AS hingga Rp 13.960 per dollar AS.