Berita Market

Produksi AS Naik Hingga 12 Juta Barel, Harga Minyak Mentah Kembali Turun

Kamis, 17 Januari 2019 | 18:45 WIB
Produksi AS Naik Hingga 12 Juta Barel, Harga Minyak Mentah Kembali Turun

Sumber: Reuters | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak kembali turun pada Kamis (17/1), lantaran produksi minyak mentah AS mendekati 12 juta barel per hari.

Di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan, dan perang dagang antara AS dan China, minyak berjangka Brent turun 44 sen menjadi US$ 60,88 per barel sedangkan minyak mentah AS turun 53 sen menjadi US$ 51,78 per barel, pada perdagangan Kamis sore.

Harga minyak mentah sempat naik 22% pada Desember 2018, sejak mencapai level terendahnya 18 bulan lalu. Meski begitu, investor masih enggan mendorong minyak mentah naik lebih tinggi lagi tanpa kepastian hubungan baik antara Washington dengan Beijing.

“Brent harus bergerak ai atas US$ 62 sebelum bisa menembus angka US$ 65 per barel,” kata Harry Tchilingurian, kepala komoditas BNP Paribas, seperti dikutip Reuters, Kamis (17/1).

Meroketnya produksi minyak mentah AS mendekati rekor 12 juta barel per hari pada awal bulan ini memicu beberapa kekhawatiran di kalangan pedagang dan investor. Mereka memprediksi pasokan minyak bakal lebih tinggi dari permintaannya.

Semester kedua tahun lalu, harga minyak sempat rontok hingga para negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC harus memangkas angka produksi mereka.

Sedangkan output AS melonjak sebesar 2,4 juta barel per hari sejak Januari 2018 dan stok minyak mentah dan produk olahan juga naik signifikan.

Pekan ini, sebenarnya persediaan minyak mentah AS sempat turun lebih sedikit dari perkiraan, karena ada peningkatan persediaan bensin. “Ini memicu kekhawatiran permintaan yang lemah di AS,” kata analis Bank ANZ dalam catatan yang dikutip Reuters.

Dalam beberapa tahun ke depan, AS diprediksi akan menjadi negara dengan sumber daya energi yang kuat dan mandiri. “AS akan menjadi pengekspor minyak bumi tahun depan berkat meningkatnya produksi,” kata Norbert Ruecker, kepala penelitian komoditas Bank Swiss.

Terbaru