Produksi Kaca Terganjal Pasokan Gas Murah

Selasa, 20 Mei 2025 | 05:15 WIB
Produksi Kaca Terganjal Pasokan Gas Murah
[ILUSTRASI. Pengunjung mengamati tekstur kaca lembaran saat pameran Glasstech Asia 2019 di ICE BSD Tangerang, Selasa (12/11). Sebanyak 124 palaku usaha dari 14 negara mengikuti Glasstech Asia 2019. Permintaan kaca hemat energi di Indonesia diperkirakan tumbuh 13,1% pertahun pada periode 2019-2025. Selam periode tersebut, pasar berpotensi meraup penjualan US$106,70 juta pada tahun 2025 atau meningkat dibanding US$50,13 juta pada tahun 2019./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/12/11/2019.]
Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kaca menghadapi sejumlah kendala pada tahun ini. Tantangan datang mengimpit dari sisi produksi maupun pemasaran. Pasokan gas murah tersendat di tengah permintaan yang berpotensi melambat.

Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia (APGI) Henry T. Susanto memprediksi tingkat pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) industri gelas kaca bakal merosot pada 2025. Utilisasi diperkirakan hanya menyentuh 70%, bahkan berpotensi di bawah level tersebut.

Estimasi itu lebih rendah daripada rata-rata utilisasi industri gelas kaca pada 2024, yang kala itu mencapai 77%. "Utilisasi 2025 dikhawatirkan lebih rendah dari 70% bila situasi pasar yang lesu dan ketidakpastian pasokan yang mengakibatkan harga gas berfluktuasi ini terus berlanjut," ungkap Henry kepada KONTAN, Senin (19/5).

Baca Juga: Kendala Industri Kaca pada 2025: Gas Murah Tersendat, Permintaan Melambat

Dia membeberkan, total kapasitas produksi gelas kaca dari 13 pabrik anggota APGI mencapai 650.000 ton per tahun. Mayoritas hasil produksi terserap di dalam negeri dengan perbandingan 75% ke pasar domestik dan 25% ke pasar ekspor.

Ekspor produk botol kaca terutama menyasar negara Asia Tenggara dan Australia. Sedangkan jenis produk tableware dipasarkan ke sejumlah negara Asia, Amerika Selatan, Amerika Serikat (AS) dan Afrika Selatan.

Dari sisi produksi, Henry menyoroti realisasi pasokan dari Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Industri kaca menjadi salah satu sektor penerima HGBT. Harga gas bumi sebagai bahan bakar dipatok sebesar US$ 7 per million british thermal unit (mmbtu), sedangkan untuk bahan baku sebesar US$ 6,5 per mmbtu.

Hanya saja, Henry mengatakan, ada ketidakpastian harga dengan kuota gas yang hanya sekitar 70%. Sejumlah pabrik pun memakai gas di atas kuota untuk membayar gas regasifikasi seharga US$ 16,88 per mmbtu.

Kondisi tersebut menyebabkan harga rata-rata gas yang dibayarkan sejumlah pabrik di atas US$ 12 per mmbtu. Padahal, harga gas menjadi bagian dari biaya energi yang berkontribusi berkisar 25%-30% terhadap biaya produksi pabrik gelas.

"Banyak pabrik gelas bekerja di bawah kapasitas. Pabrik lebih suka berproduksi sesuai kuota gas," kata Henry.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Profit 29,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (27 Juni 2025)
| Jumat, 27 Juni 2025 | 16:13 WIB

Profit 29,70% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Merosot (27 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (27 Juni 2025) Rp 1.907.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 29,70% jika menjual hari ini.

Belum Setahun Listing di BEI, Master Print Bakal Diakuisisi Perusahaan Singapura
| Jumat, 27 Juni 2025 | 16:04 WIB

Belum Setahun Listing di BEI, Master Print Bakal Diakuisisi Perusahaan Singapura

Harga saham PTMR sudah melambung duluan sebelum pengumuman resmi soal rencana akuisisi oleh Deep Source diumumkan.

Proyek EBT Digeber Pemerintah, Ada Rencana Revisi Aturan Tarif Listrik dan PLTP
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:57 WIB

Proyek EBT Digeber Pemerintah, Ada Rencana Revisi Aturan Tarif Listrik dan PLTP

Dalam waktu dekat akan ada peresmian pembangkit EBT total 350 MW, sebesar 55 MW di antaranya berlokasi di Sumatra.​

Jaga Stabilitas Harga Saham, Bangun Kosambi (CBDK) Melaksanakan Buyback Saham
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:13 WIB

Jaga Stabilitas Harga Saham, Bangun Kosambi (CBDK) Melaksanakan Buyback Saham

Anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) akan melaksanakan aksi buyback saham selama tiga bulan, mulai 25 Juni 2025-24 September 2025.​

Dorong Kinerja Tahun 2025, Solusi Bangun (SMCB) Genjot Penjualan ke Pasar Ritel
| Jumat, 27 Juni 2025 | 10:08 WIB

Dorong Kinerja Tahun 2025, Solusi Bangun (SMCB) Genjot Penjualan ke Pasar Ritel

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) berupaya mempertahankan kinerja operasional dan keuangannya di tengah kelesuan pasar semen di Indonesia.

Danantara Kucurkan Dana Investasi US$ 120 juta Untuk Pertamina Geothermal (PGEO)
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:58 WIB

Danantara Kucurkan Dana Investasi US$ 120 juta Untuk Pertamina Geothermal (PGEO)

Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir menegaskan, nilai investasi untuk PGEO telah disepakati beberapa waktu lalu.

Medco Energi (MEDC) Akuisisi Hak Partisipasi Repsol di Blok Corridor
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:52 WIB

Medco Energi (MEDC) Akuisisi Hak Partisipasi Repsol di Blok Corridor

 Akuisisi tersebut bernilai US$ 425 juta atau setara Rp 6,89 triliun dengan penyesuaian sesuai praktik yang berlaku.

Merry Riana Education (MERI) Siap Menggenjot Bisnis Pasca IPO
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:44 WIB

Merry Riana Education (MERI) Siap Menggenjot Bisnis Pasca IPO

Manajemen PT Merry Riana Education Tbk (MERI) menargetkan penggunaan dana dari hasil IPO untuk ekspansi usaha.

Tantangan Masih Mengadang Prospek Lorena (LRNA) di Sisa Tahun 2025
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:38 WIB

Tantangan Masih Mengadang Prospek Lorena (LRNA) di Sisa Tahun 2025

PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) tengah berjuang menghadapi berbagai tantangan berat di industri transportasi darat berbasis bus.

Masih Merugi di Kuartal I-2025, Emiten Investasi Bersiap Membenahi Kinerja
| Jumat, 27 Juni 2025 | 09:30 WIB

Masih Merugi di Kuartal I-2025, Emiten Investasi Bersiap Membenahi Kinerja

Di sepanjang tiga bulan pertama tahun 2025, mayoritas emiten portofolio investasi masih mencatat kerugian. 

INDEKS BERITA

Terpopuler