Proyek Listrik Tenaga Nuklir Terbentur Regulasi

Kamis, 18 Juli 2019 | 07:33 WIB
Proyek Listrik Tenaga Nuklir Terbentur Regulasi
[]
Reporter: Filemon Agung | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia memang selalu menjadi polemik. Namun belakangan ini, peluang pengembangan PLTN kembali dilirik.

Sebagai catatan, sampai sejauh ini, belum ada regulasi dan payung hukum yang membuka jalan bagi pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar thorium dan uranium itu. Bahkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), PLTN masuk dalam daftar terakhir pengembangan pembangkit. Dengan kata lain, PLTN akan dikembangkan jika Indonesia sudah sulit mengembangkan pembangkit listrik energi lainnya.

Nah, kali ini, anggota DPR mendorong pemerintah agar mengkaji peluang PLTN masuk dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019–2038. Anggota Komisi VII Kurtubi menyatakan, PLTN patut dipertimbangkan sebagai sumber energi. Dia menilai, PLTN justru berdampak minim bagi lingkungan. "Hanya saja selama ini masih ada keraguan sebab PLTN dianggap mahal," ujarnya, awal pekan ini, saat Rapat Kerja dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pekan ini.

Menurut Kurtubi, memang, biaya pengembangan pembangkit listrik jenis lain relatif lebih murah ketimbang PLTN. Tapi biaya akibat dampak lingkungan pembangkit listrik non-nuklir lebih tinggi. "Dan seiring berjalannya waktu, biaya pembangkit nuklir mulai turun," ungkap Kurtubi.

Tidak ekonomis

Ketua Komisi VII Gus Irawan Pasaribu berharap, pemerintah harus mengkaji secara detil dan mendalam mengenai pengembangan PLTN. Apalagi, kehadiran PLTN selalu memicu pro-kontra. "Perlu dibandingkan pula dengan biaya eksternal pembangkit fosil," kata Irawan.

Menteri ESDM Ignasius Jonan setuju, Indonesia harus berhati-hati dalam pengembangan PLTN. Toh saat ini mayoritas sumber energi pembangkit listrik di Tanah Air relatif murah, sehingga tarif listrik bisa murah. "Harga listrik PLTN tidak kompetitif," kata Jonan.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Djoko Abumanan menyatakan, PLN sudah sering menggelar focus group discussion (FGD) mengenai pengembangan PLTN di Indonesia. Namun, pengembangan PLTN sulit diwujudkan lantaran terbentur regulasi. "FGD sudah sering, tetapi ketika mau eksekusi terhalang regulasi. Kami tidak bisa menabrak regulasi," tegasnya.

Djoko menyatakan, PLN juga sudah studi banding ke sejumlah produsen PLTN, termasuk belajar ke Rosatom State Atomic Energy Corporation di Rusia. Kesimpulannya, "Memang biayanya mahal. Namun kontraknya bisa mencapai 80 tahun," tandasnya

Pengamat Kelistrikan dan Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menandaskan, listrik dari PLTN relatif mahal dan tidak ekonomis. Dia mencontohkan, Inggris menjual listrik dari PLTN sebesar US$ 0,15 per kwh. "Itu pun sudah disubsidi," ungkapnya kepada KONTAN.

Pembangunan PLTN juga lama. Di Prancis dan Finlandia misalnya, pembangunan proyek PLTN bisa memakan waktu enam sampai 10 tahun. Tak heran, harga jual listriknya pun tinggi. "Harga listriknya bisa menjadi US$ 0,20 per kwh," terangnya.

Fabby menambahkan, initial capital cost PLTN juga mahal, mencapai US$ 8.000–US$ 9.000 per kilowatt. Meski begitu, "Kita memang harus memikirkan semua jenis teknologi yang ada. Sebab semuanya tidak ada yang 100% aman," tandas dia.

Fokus saja di energi bersih dan aman

Salah satu lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan, Greenpeace, angkat bicara mengenai upaya pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Tanah Air. Greenpeace menilai, Indonesia memiliki banyak sumber energi lain yang bisa dikembangkan selain nuklir.

Oleh karena itu, Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Tata Mustafa berharap Indonesia fokus pada pengembangan potensi energi yang bersih, terbarukan dan aman bagi energi pembangkit. "Nuklir mulai ditinggalkan banyak negara karena segala risikonya sudah terlihat," kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Ia mengingatkan, PLTN tidak cocok bagi Indonesia karena rawan bencana. Berkaca pada pengalaman sejumlah negara, banyak warga memikul efek kecelakaan PLTN.

Dengan kata lain, ia menegaskan bahwa PLTN tidak pas bagi di Indonesia, karena tidak ekonomis dan berisiko tinggi. "Kami berharap Pak Jokowi konsisten pada pengembangan energi terbarukan saja. Untuk investasi, bisa, kenapa enggak konsisten untuk energi terbarukan," tandasnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Dana Desa Akan Cair  Bila Koperasi Benar Hadir
| Kamis, 27 November 2025 | 04:30 WIB

Dana Desa Akan Cair Bila Koperasi Benar Hadir

Menelisik plus minus aturan baru Menteri Keuangan yang memperketat pencairan dana desa. Dimana dana desa baru bisa cair jika ada koperasi

Kino Indonesia (KINO) Memperkuat Kinerja Tahun Ini
| Kamis, 27 November 2025 | 04:20 WIB

Kino Indonesia (KINO) Memperkuat Kinerja Tahun Ini

Untuk menjaga kinerja keuangannya di sisa tahun, Manajemen KINO mengungkap, perseroan bakal berfokus meningkatkan efisiensi. 

Leasing Terafiliasi ATPM Mencetak Kinerja Lebih Apik Saat Pasar Lesu
| Kamis, 27 November 2025 | 04:15 WIB

Leasing Terafiliasi ATPM Mencetak Kinerja Lebih Apik Saat Pasar Lesu

Perusahaan leasing yang terafiliasi ATPM mencetak performa lebih apik dengan membukukan pertumbuhan outstanding pembiayaan setinggi 6,80%.

IHSG Tembus Rekor Baru Lagi, Saham Penopangnya Bukan Cuma Big Cap
| Kamis, 27 November 2025 | 04:10 WIB

IHSG Tembus Rekor Baru Lagi, Saham Penopangnya Bukan Cuma Big Cap

IHSG akhirnya menembus psikologis 8.600 dan ditutup di level 8.602,13. Ini berarti indeks telah tumbuh 20,09% sejak awal tahun.

RATU Bersiap Mengakuisisi Aset Baru di Bisnis Blok Migas
| Kamis, 27 November 2025 | 04:05 WIB

RATU Bersiap Mengakuisisi Aset Baru di Bisnis Blok Migas

PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) akan mengakuisisi aset blok migas baru di luar portofolio investasinya di Blok Cepu dan Blok Jabung. 

Right Issue Jumbo Tertunda, Laju PANI dan CBDK Tersendat
| Kamis, 27 November 2025 | 04:00 WIB

Right Issue Jumbo Tertunda, Laju PANI dan CBDK Tersendat

PANI masih menunggu surat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas pernyataan pendaftaran PMHMETD III.

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal
| Rabu, 26 November 2025 | 17:36 WIB

Bidik Proyek MBG, Produsen Susu Asal Malaysia Siap Bertarung dengan Pemain Lokal

Farm Fresh Bhd. bakal mendirikan pertanian seluas 230 ha di Bandung dan sedang mencari kemitraan untuk membangun distribusi lokal.

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025
| Rabu, 26 November 2025 | 15:45 WIB

Kinerja BBTN Sesuai Target, Laba Bersih Mencapai Rp 2,50 Triliun per Oktober 2025

Laba bersih BTN naik 13,72% jadi Rp 2,50 triliun per Oktober 2025, didukung kredit dan DPK. Analis proyeksikan laba Rp 3,30 triliun di 2025.

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja
| Rabu, 26 November 2025 | 08:59 WIB

Sempat Dikoleksi Asing, Saham SMGR Mulai Terkoreksi di Tengah Pemulihan Kinerja

SMGR sudah pulih, terutama pada kuartal III-2025 terlihat dari pencapaian laba bersih setelah pada kuartal II-2025 perusahaan masih merugi.

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid
| Rabu, 26 November 2025 | 08:53 WIB

KRIS dan Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Prospek Emiten Rumah Sakit Makin Solid

Simak analisis prospek saham rumah sakit HEAL, SILO, dan MIKA) tahun 2026 yang berpotensi disulut kenaikan iuran BPJS dan implementasi KRIS.

INDEKS BERITA

Terpopuler