Rencana Penjualan ke Nvidia Batal, Arm Bersiap Mencatatkan Saham di Wall Street

Selasa, 08 Februari 2022 | 17:26 WIB
Rencana Penjualan ke Nvidia Batal, Arm Bersiap Mencatatkan Saham di Wall Street
[ILUSTRASI. Logo Nvidia di kantornya di Santa Clara, California, 11 Februari 2015. REUTERS/Robert Galbraith/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO/SHANGHAI. SoftBank Group Corp membatalkan rencana penjualan Arm Ltd ke Nvidia Corp yang bernilai hingga US$ 80 miliar. Alasannya, transaksi tersebut menghadapi hambatan peraturan. Sebagai gantinya, Softbank berniat mencatatkan saham Arm di bursa.

Perusahaan asal Inggris yang mengumumkan CEO baru pada Selasa (8/2), mengatakan akan go public sebelum Maret 2023. CEO SoftBank Masayoshi Son mengindikasikan Arm akan melakukan initial public offering di Amerika Serikat (AS), kemungkinan besar Nasdaq.

SoftBank mengakuisisi Arm, yang memproduksi chip untuk iPhone buatan Apple dan hampir semua smartphone lain, pada 2016 seharga US$ 32 miliar.

Kegagalan transaksi penjualan Arm merupakan kemunduran besar bagi upaya konglomerat Jepang itu untuk menghasilkan dana di saat valuasi berbagai asetnya mengalami tekanan.

Baca Juga: Harga Minyak Tergelincir dari Level Tertinggi 7 Tahun Jelang Pembicaraan AS-Iran

Banyak perusahaan portofolio SoftBank diperdagangkan di bawah harga IPO mereka. Dari perusahaan berbagi kantor WeWork, ride hailer Grab hingga platform mobil bekas Auto1 mengalami penurunan harga saham pada kuartal terakhir.

Kesepakatan tunai-dan-saham dengan Nvidia diumumkan pada tahun 2020. Namun Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) menghadang rencana itu pada Desember. Alasan FTC, akuisisi itu akan menciderai persaingan untuk chip di mobil self-driving dan berbagai kategori baru chip jaringan. 

Pembelian tersebut juga mengundang sorotan regulator di Inggris dan Uni Eropa. Sedang China tidak kunjung menerbitkan persetujuan.

Baca Juga: Pasang Sejumlah Syarat, AS Hapus Tarif atas Impor Baja dari Jepang

Nilai penjualan yang bergantung pada harga saham Nvidia, awalnya dipatok di kisaran US$ 40 miliar. Namun seiring dengan kenaikan harga saham Nvidia, nilai kesepakatan menggelembung menjadi sekitar US$ 80 miliar akhir tahun lalu. Kendati, kemudian harga saham perusahaan asal California itu merosot.

Dalam earning calls yang berlangsung pada Selasa, CEO SoftBank Son mengatakan perusahaan awalnya mempertimbangkan untuk mencatatkan saham Arm. Namun opsi itu kemudian dibatalkan karena pandemi.

Dia mengatakan Arm akan menggerakkan revolusi di bidang-bidang seperti komputasi awan dan metaverse dan itu akan menjadi IPO paling signifikan yang pernah dilihat industri chip.

SoftBank mengatakan akan mengakui biaya pembatalan akuisisi senilai US$ 1,25 miliar yang telah disetor Nvidia, sebagai keuntungan pada kuartal keempat.

Dalam pernyataan terpisah, Arm mengumumkan penunjukkan Rene Haas untuk menggantikan Simon Segars sebagai CEO dan anggota dewan, yang langsung berlaku efektif. Seorang veteran industri, Haas bergabung dengan Arm pada tahun 2013, setelah bekerja selama tujuh tahun di Nvidia.

"Kami sangat senang dengan kesempatan untuk menjadi perusahaan publik lagi," kata Haas dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

SoftBank mengatakan penjualan bersih Arm melonjak 40% menjadi $2 miliar dalam sembilan bulan hingga Desember.

Akuisisi Arm akan menempatkan Nvidia ke dalam persaingan yang lebih ketat dengan para pesaing di pasar chip pusat data seperti Intel dan Advanced Micro Devices Inc.

Baca Juga: Masuk ke Daftar Tidak Terverifikasi AS, WuXi Alami Penurunan Nilai Saham

Arm melisensikan arsitektur dan teknologinya kepada pelanggan seperti Qualcomm Inc, Apple, dan Samsung Electronics Co Ltd yang mendesain chip untuk perangkat dari ponsel hingga komputer.

Nvidia telah menjadi perusahaan chip AS yang paling berharga dalam hal kekuatan chip prosesor grafisnya. Meskipun masih dianggap penting untuk game, prosesor grafis telah menjadi jauh lebih banyak digunakan untuk kecerdasan buatan dan bidang lanjutan lain.

Nvidia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan mempertahankan lisensi Arm selama 20 tahun.

Baca Juga: Di Tengah Penyebaran Omicron, Kasus Covid-19 di China Menanjak Tinggi

Runtuhnya kesepakatan itu menggarisbawahi kesulitan yang dihadapi perusahaan dalam meyakinkan regulator antimonopoli dan pemerintah untuk menyetujui kesepakatan di antara raksasa teknologi, terutama di industri semikonduktor.

Pekan lalu, kesepakatan senilai US$ 5 miliar antara Taiwan GlobalWafers dan pemasok chip Jerman Siltronic berantakan setelah regulator Jerman gagal menyetujuinya tepat waktu.

Pada tahun 2018, Qualcomm meninggalkan kesepakatan senilai US$ 44 miliar untuk membeli NXP Semiconductors setelah gagal mendapatkan persetujuan peraturan China. Mantan Presiden AS Donald Trump memblokir usulan pengambilalihan Qualcomm oleh pembuat microchip Broadcom.

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 10:10 WIB

Saham Perkapalan Mengangkat Sauh, Cuma Gorengan atau Fundamental yang Mulai Berlayar?

Sepanjang tahun 2025 berjalan, harga saham emiten kapal mengalami kenaikan harga signifikan, bahkan hingga ratusan persen.

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII  Malah Terbang 31,85%
| Minggu, 21 Desember 2025 | 09:05 WIB

Analisis Astra International, Bisnis Mobil Lesu tapi Saham ASII Malah Terbang 31,85%

Peluncuran produk baru seperti Veloz Hybrid diharapkan bisa menjadi katalis penahan penurunan volume penjualan. 

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:31 WIB

Embusan Angin Segar Bagi Investor Saham dan Kripto di Indonesia dari Amerika

Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor, perbankan dan institusi memegang dana lebih hasil dari suntikan bank sentral melalui obligasi. 

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Nilai Tukar Rupiah Masih Tertekan di Akhir Tahun

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,16% secara harian ke Rp 16.750 per dolar AS pada Jumat (19/12)

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:15 WIB

Akuisisi Tambang Australia Tuntas, Bumi Resources Gelontorkan Duit Rp 346,9 Miliar

Transformasi bertahap ini dirancang untuk memperkuat ketahanan BUMI, mengurangi ketergantungan pada satu siklus komoditas.

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?
| Minggu, 21 Desember 2025 | 08:06 WIB

Rajin Ekspansi Bisnis, Kinerja Grup Merdeka Masih Merana, Ada Apa?

Tantangan utama bagi Grup Merdeka pada 2026 masih berkaitan dengan volatilitas harga komoditas, terutama nikel. 

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:42 WIB

Chandra Asri Pacific (TPIA) Terbitkan Obligasi Sebesar Rp 1,5 Triliun

Dana bersih dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja. 

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025
| Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB

Kelolaan Reksadana Syariah Tumbuh Subur di 2025

Dana kelolaan reksadana syariah mencapai Rp 81,54 triliun per November 2025, meningkat 61,30% secara year-to-date (ytd). 

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Menjaga Keseimbangan Cuan Bisnis Bank Syariah & ESG

Di tengah dorongan transisi menuju ekonomi rendah karbon, perbankan diposisikan sebagai penggerak utama pembiayaan berkelanjutan.

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi
| Minggu, 21 Desember 2025 | 06:10 WIB

Mengunci Target Pertumbuhan Ekonomi

​ Pemerintah, dengan semangat dan ambisi besar seperti biasanya, menargetkan 2026 sebagai pijakan awal menuju mimpi pertumbuhan ekonomi 8%.

INDEKS BERITA

Terpopuler