KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik 0,26% ke 6.255,59 pada akhir pekan lalu (23/8).
Meski begitu, jika dihitung sepekan, IHSG mengalami koreksi sebesar 0,49%.
Penurunan IHSG pekan ini dibarengi aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp 1,56 triliun.
Sentimen negatif dari global menjadi penyebab utama.
Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee menjelaskan, sepekan terakhir, IHSG dipengaruhi inverted yield curve Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan dalam beberapa kuartal ke depan AS akan menghadapi resesi.
Selain itu, mundurnya Perdana Menteri Italia di tengah krisis anggaran menjadi sentimen negatif dan menimbulkan ketidakpastian ekonomi di Italia.
Pernyataan Presiden AS Donald Trump menyebut tidak siap atas kesepakatan damai dengan China kembali membuat tensi perang dagang memanas.
Baca Juga: Trump bertanya siapa musuh terbesar AS, Ketua The Fed Powell atau Presiden China Xi?
Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji menambahkan, kebijakan Trump atas produk Huawei membuat tensi perang dagang meninggi.
"Potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global juga menghambat IHSG. Untuk mendukung stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional, maka BI 7DRRR ditetapkan turun sebesar 25 bps," tutur dia.
Pekan depan, Nafan memperkirakan, pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi hasil pidato Powell di Jackson Hole Symposium, pertemuan G7 di Prancis, data cadangan minyak dan rilis PDB.
Baca Juga: Saham-Saham Sektor Batubara Terbang, Cermati ADRO
Sementara Hans melihat, dari sektor domestik minim sentimen.
Nafan memproyeksikan IHSG bergerak mixed cenderung di 6.161–6.404 pekan depan.
Sedangkan Hans memperkirakan, IHSG berpotensi menguat di 6.161–6.308.