Risiko Global Meningkat, Kepemilikan Asing di SBN Susut Rp 10 Triliun

Jumat, 14 Juni 2019 | 06:30 WIB
Risiko Global Meningkat, Kepemilikan Asing di SBN Susut Rp 10 Triliun
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global yang berlangsung sepanjang Mei lalu membuat investor asing berbondong-bondong keluar dari pasar obligasi negara Indonesia. Alhasil, kepemilikan asing di obligasi negara merosot.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, nilai jual bersih investor asing di pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 10,78 triliun Mei lalu. Alhasil, nilai kepemilikan asing di pasar SBN menyusut menjadi Rp 949,56 triliun.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan, dana investor asing keluar dari pasar obligasi domestik dipicu peningkatan risiko global, seiring memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China di bulan lalu. Apalagi, selama perang dagang memanas, pemerintah China mendevaluasi mata uangnya agar penjualan ekspornya lebih kompetitif.

Pelemahan yuan lantas memicu mata uang emerging market lainnya mengalami hal serupa, termasuk rupiah. Akibatnya investor asing yang ada di negara emerging market melakukan aksi jual, papar Mikail, Kamis (13/6).

Pengamat pasar modal Anil Kumar menambahkan, defisit neraca dagang Indonesia di April yang melebar menjadi US$ 2,5 miliar juga membuat investor asing menjauhi pasar obligasi dalam negeri. Baik sentimen eksternal maupun internal sama-sama kurang menguntungkan bagi investor asing, kata dia.

Peluang asing masuk

Dalam jangka pendek, analis menilai investor asing berpeluang kembali masuk ke pasar obligasi dalam negeri. Ada stimulus positif dari kenaikan peringkat kredit jangka panjang Indonesia oleh S&P Global Ratings, dari semula BBB- jadi BBB.

Sentimen ini juga mampu memperbaiki kondisi pasar obligasi Indonesia, sehingga yield surat utang negara (SUN) seri acuan 10 tahun kembali bergerak turun. Kemarin, yield SUN FR0078 sudah berada di level 7,67%.

Di atas kertas, pulihnya pasar obligasi dapat memicu kedatangan investor asing. Ini sudah terlihat dari kepemilikan asing di SBN yang kembali bertambah. Di bulan Juni, per 12 Juni lalu, kepemilikan asing kembali naik dan mencapai Rp 950,39 triliun.

Meski demikian, Mikail memandang efek kenaikan peringkat utang hanya sejenak. Faktanya, minat investor asing akan lebih dipengaruhi oleh kelanjutan perang dagang yang belum menentu.

Selain itu, agenda Federal Open Market Committee (FOMC) 19 Juni mendatang juga akan menjadi fokus investor asing. Sentimen ini berpotensi menjadi pemantik masuknya aliran modal asing ke pasar obligasi.

Asing terutama akan kembali masuk bila The Federal Reserves benar-benar mempercepat penurunan suku bunga acuan AS. Tekanan The Fed untuk menurunkan suku bunga acuan semakin besar, imbuh Mikail. Per kemarin, menurut konsensus analis, probabilitas Fed fund rate turun baru 22%

Analis juga menilai Bank Indonesia sebaiknya tidak mendahului The Fed menurunkan suku bunga acuan. Sebab, jika itu dilakukan, yield SUN akan lebih cepat turun, sehingga spread dengan yield US Treasury menjadi kurang menarik, karena semakin tipis.

Hal ini justru kurang menguntungkan di saat ketidakpastian global masih terjadi. Padahal investor asing justru menginginkan spread yang menarik sebagai kompensasi atas banyaknya sentimen negatif global di pasar saat ini, terang Anil.

Bagikan

Berita Terbaru

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 08:00 WIB

Ekonomi Tak Pasti, Kolektor Barang Mewah Berhati-hati

Kondisi ekonomi global yang tak pasti serta suku bunga tinggi menekan industri barang mewah di tahun 2025

Berhentilah Menebang Masa Depan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:10 WIB

Berhentilah Menebang Masa Depan

Bencana  banjir dan longsor di tiga provinsi Sumatra jadi momentum reformasi kebijakan perizinan dan tata ruang Indonesia.​

Jangan Jadi Tradisi
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 07:00 WIB

Jangan Jadi Tradisi

Lonjakan harga-harga komoditas pangan menjelang Nataru ataupun saat puasa dan Lebaran harus disikapi serius pemerintah lewat kebijakan.

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:55 WIB

Bos Martina Berto (MBTO) Memilih Investasi Berhorizon Menengah hingga Panjang

Direktur Utama PT Martina Berto Tbk (MBTO), Bryan David Emil, memilih aset berjangka menengah panjang dalam portofolio investasinya.

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:50 WIB

Multifinance Kejar Pembiayaan Mobil

Pemangkasan target penjualan mobil baru oleh Gaikindo menjadi 780.000 unit menegaskan tekanan pada industri otomotif belum mereda.

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:48 WIB

Daya Beli Pulih, Kredit Masih Tertahan

Pemulihan daya beli masyarakat mulai terlihat di Oktober 2025, namun belum merata. Kredit rumahtangga jadi penopang utama pertumbuhan kredit OJK.

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 06:30 WIB

Rupiah Pekan Ini Terangkat Pelemahan Dolar

Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,18% secara harian ke Rp 16.646 per dolar AS pada Jumat (12/12).

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 05:20 WIB

Sinergi Multi (SMLE) Bersiap Mengekspor Minyak Nilam

SMLE memperkuat bisnis nilam sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia dengan fokus pada kategori wewangian (fragrance & flavors).

Siasat Tigaraksa Satria (TGKA) Pulihkan Kinerja di 2026
| Sabtu, 13 Desember 2025 | 04:20 WIB

Siasat Tigaraksa Satria (TGKA) Pulihkan Kinerja di 2026

TGKA mengupayakan sejumlah langkah efisiensi dan perbaikan proses kerja. Hal ini bertujuan agar laba bersih tahun 2025 tidak turun signifikan.

Dirut Emiten Afiliasi Haji Isam Mengundurkan Diri, Ada Apa?
| Jumat, 12 Desember 2025 | 10:59 WIB

Dirut Emiten Afiliasi Haji Isam Mengundurkan Diri, Ada Apa?

Bila terjadi kekosongan anggota direksi sehingga jumlahnya kurang dari dua orang, RUPS wajib diselenggarakan paling lambat 90 hari kalender

INDEKS BERITA

Terpopuler