Risiko Inflasi Muncul, Otoritas Moneter Singapura Ambil Langkah yang Mengejutkan

Selasa, 25 Januari 2022 | 12:07 WIB
Risiko Inflasi Muncul, Otoritas Moneter Singapura Ambil Langkah yang Mengejutkan
[ILUSTRASI. Merlion Park di Singapura yang sepi di masa pandemi, 31 Agustus 2021. REUTERS/Edgar Su]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Bank sentral Singapura pada Selasa (25/1) mengetatkan kebijakan moneternya untuk mengimbangi tekanan inflasi yang dipicu kendala pasokan global dan pemulihan permintaan yang cepat. Ini merupakan kali pertama dalam tujuh terakhir, otoritas moneter di Negeri Merlion mengambil langkah di luar siklus.

Ekonomi negara-kota yang bergantung pada perdagangan sangat rentan terhadap perubahan inflasi global. Langkah mendadak otoritas moneter Singapura (MAS) membunyikan alarm bagi pengambil kebijakan di negara-negara Asia lain.

Selena Ling, kepala penelitian dan strategi treasury di OCBC, memperkirakan MAS akan melakukan pengetatan sekali lagi pada bulan April, dan menggambarkan langkah hari ini hanya sebagai “sedikit pengetatan. “Jika mereka mengumumkan pengetatan yang lebih agresif hari ini, maka itu akan mengurangi ekspektasi untuk April,” ujar Ling.

 Baca Juga: Turun Sejak Awal Tahun, Saham Sektor Teknologi Butuh Katalis yang Kuat

MAS, yang mengelola kebijakan moneter melalui pengaturan nilai tukar, mengatakan akan sedikit menaikkan tingkat apresiasi pada pita kebijakannya. Lebar pita, yang dikenal sebagai Nilai Tukar Efektif Nominal dan tingkat pemusatannya tidak akan berubah. MAS terakhir kali mengambil langkah off-cycle pada Januari 2015 ketika melonggarkan kebijakan moneter, menyusul penurunan harga minyak global.

Tahun lalu, banyak ekonomi di Asia-Pasifik mengabaikan ancaman inflasi yang telah menyita perhatian para pengambil kebijakan di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Namun pemikiran semacam itu sekarang tampaknya bergeser.

Inflasi inti Australia untuk kuartal yang berakhir Desember, mencetak laju tahunan tercepat sejak 2014, demikian diperlihatkan data yang dipublikasikan pada Selasa (25/1). Pergerakan inflasi itu bertentangan dengan prospek bunga acuan.

Baca Juga: Tumbuhnya Perdagangan Menandai 30 Tahun Hubungan Diplomatik China-Israel

Di Jepang, negara yang terkenal dengan pertumbuhan harga yang berjalan pelan, pembuat kebijakan mulai mengakui tekanan inflasi sedang merayap.

Singapura mengubah arah kebijakan moneternya sehari setelah data menunjukkan inflasi inti di negara kota itu naik pada Desember dengan laju tercepat dalam hampir delapan tahun. “Langkah ini diambil berdasar preemptive shift ke posisi apresiasi pada Oktober 2021, dan sesuai untuk memastikan stabilitas harga jangka menengah,” kata MAS, merujuk pada langkah pengetatannya akhir tahun lalu.

Bank sentral akan meninjau kembali pendiriannya pada pertemuan kebijakan semi-tahunan yang dijadwalkan pada bulan April. Kebanyakan ekonom memperkirakan MAS akan kembali melakukan pengetatan.

Dolar Singapura menguat menjadi 1,3425 versus dolar AS, tertinggi sejak Oktober 2021. 

Ekonomi Singapura diperkirakan akan tumbuh 3%-5%, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. “Tahun 2022 akan menjadi tahun pengetatan ganda bagi Singapura, baik di sisi fiskal maupun moneter," kata Ling dari OCBC.

MAS mengharapkan pemulihan ekonomi Singapura, yang sejauh ini dipimpin sektor yang berhubungan dengan perdagangan dan jasa, akan meluas ke sektor yang berorientasi domestik dan travel related, sejalan dengan pelonggaran pembatasan Covid-19.

Singapura telah memvaksinasi 88% dari 5,5 juta penduduknya terhadap Covid-19. Sebanyak 55% populasi negeri itu telah menerima suntikan booster.

Baca Juga: Agar Lebih Kompetitif Pasca Brexit, JPMorgan Gabungkan Mayoritas Bisnis di Uni Eropa

MAS memperkirakan inflasi inti menjadi 2,0% hingga 3,0% di tahun ini, dari 1,0%–2,0% yang diharapkan pada bulan Oktober. Inflasi utama diperkirakan 2,5%-3,5%, dari kisaran perkiraan sebelumnya 1,5%-2,5%.

"Sementara inflasi inti diperkirakan akan moderat pada paruh kedua tahun ini dari tingkat yang meningkat pada paruh pertama karena kendala pasokan berkurang, risikonya tetap condong ke atas," kata MAS.

Singapura akan merilis anggaran tahunannya pada 18 Februari, ketika pemerintah diperkirakan akan mengumumkan waktu untuk mengantisipasi kenaikan pajak barang dan jasa.

Baca Juga: Pasca Houthi Kembali Menyerang, Mayoritas Pasar Arab Teluk Berakhir Lebih Rendah

Ekonomi negara kota itu tumbuh 7,2% pada tahun 2021, laju tercepatnya dalam lebih dari satu dekade, rebound dari rekor kontraksi 5,4% pada tahun 2020. Pemerintah telah menghabiskan lebih dari S$100 miliar selama dua tahun terakhir untuk melindungi ekonominya dari dampak pandemi.

Alih-alih mengutak-atik suku bunga, MAS mengelola kebijakan dengan membiarkan dolar lokal naik atau turun terhadap mata uang mitra dagang utamanya dalam kisaran yang dirahasiakan.

MAS menyesuaikan kebijakannya melalui tiga tuas: kemiringan, titik tengah, dan lebar pita kebijakan.

Bagikan

Berita Terbaru

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?
| Selasa, 25 November 2025 | 11:25 WIB

Ada 15 Saham Berpotensi Keluar Pemantauan Khusus Kriteria 1, Peluang atau Jebakan?

Investor mesti fokus pada emiten dengan narasi kuat lantaran saat berhasil keluar dari PPK peluang rebound muncul tetapi dibarengi risiko tinggi.

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan
| Selasa, 25 November 2025 | 09:10 WIB

Mengupas Emiten Sektor Logistik Darat, Antara Tantangan, Peluang, dan Saham Pilihan

Prospek bisnis logistik darat didukung perkembangan ritel, e-commerce, dan infrastruktur. Namun, ada tantangan dari sisi pengelolaan biaya.

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental
| Selasa, 25 November 2025 | 08:41 WIB

Menakar Peluang Cuan di Saham CBDK dari Sisi Teknikal dan Fundamental

Kinerja keuangan PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) diperkirakan akan tetap tumbuh positif sepanjang tahun 2025.

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?
| Selasa, 25 November 2025 | 08:13 WIB

Bos Djarum Dicekal Bikin Saham BBCA & TOWR Sempat Goyang: Saatnya Serok atau Cabut?

Tekanan yang dialami saham BBCA mereda setelah pada Selasa (24/11) bank swasta tersebut mengumumkan pembagian dividen interim.

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun
| Selasa, 25 November 2025 | 08:09 WIB

Bankir Optimistis Pertumbuhan Kredit Konsumer Membaik di Akhir Tahun

Para bankir optimistis akan terjadi perbaikan pertumbuhan  kredit konsumer menjelang akhir tahun, ditopang momentum natal dan tahun baru 

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham
| Selasa, 25 November 2025 | 07:49 WIB

Menggelar IPO, Abadi Lestari (RLCO) Tawarkan 625 Juta Saham

PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) berencana untuk IPO dengan menawarkan maksimal 625 juta saham kepada publik. 

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat
| Selasa, 25 November 2025 | 07:41 WIB

Permintaan Domestik Kuat, Kinerja Elnusa (ELSA) Bisa Melesat

Prospek kinerja PT Elnusa Tbk (ELSA) masih menjanjikan. Segmen penjualan barang dan jasa distribusi serta logistik energi bakal jadi motor utama.

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca
| Selasa, 25 November 2025 | 07:40 WIB

Siasat Asahimas Flat Glass (AMFG) Hadapi Penurunan Penjualan Kaca

Seiring dengan pelemahan pasar, terjadi kenaikan biaya produksi AMFG yang dipicu oleh fluktuasi harga gas alam.

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka
| Selasa, 25 November 2025 | 07:33 WIB

Patrick Walujo Mundur, Skenario Merger GOTO dan Grab Kian Terbuka

Suksesi kepemimpinan menambah kental aroma rencana merger GOTO dan Grab pasca Patrick Sugito Walujo resmi mengundurkan diri dari jabatan CEO GOTO.

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut
| Selasa, 25 November 2025 | 07:25 WIB

Transcoal Pacific (TCPI) Tetap Menjaring Cuan Pengangkutan Laut

TCPI akan mengoptimalkan utilisasi armada yang ada serta melakukan peremajaan kapal secara bertahap.

INDEKS BERITA

Terpopuler