Rumitnya Premium

Selasa, 15 Juli 2025 | 06:12 WIB
Rumitnya Premium
[ILUSTRASI. TAJUK - Djumyati Partawidjaja]
Djumyati Partawidjaja | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hiruk-pikuk masalah beras akhir-akhir seperti dejavu. Beras memang komoditas strategis yang jadi episentrum masalah melibatkan berbagai kepentingan. Isu kelangkaan, kenaikan harga, hingga manipulasi kualitas seolah jadi siklus tak habis-habis.

Salah satu instrumen kebijakan yang selalu jadi sorotan adalah Harga Eceran Tertinggi (HET). Pembentukan HET beras bukanlah barang baru. Sejak era Orde Baru, kontrol harga seolah melekat dengan perdagangan komoditas strategis. HET beras dalam bentuknya sekarang, mulai diimplementasikan lebih terstruktur dari sekitar 2017.

Dengan HET, pemerintah berharap tercipta keseimbangan antara produsen, pedagang, dan konsumen. Namun, implementasi HET selalu dihadapkan pada tantangan pelik. Realitas di lapangan seringkali berbeda dengan regulasi di atas kertas. Fluktuasi pasokan akibat cuaca, biaya produksi, hingga rantai distribusi yang panjang seringkali membuat HET sulit dipatuhi. 

Ketika Menteri Pertanian menuding adanya praktik oplosan beras premium dengan beras medium, tentu saja memicu kegaduhan. Pelaku yang paling mungkin melakukan praktik ini adalah pihak-pihak di tingkat penggilingan besar atau distributor besar. Tapi kalau kita melihat lebih dalam, aturan HET ini seperti jebakan batman.

Definisi beras premium menurut Permentan No 31 Tahun 2017 adalah beras dengan persentase butir patah maksimal 15%, kadar air maksimal 14%, derajat sosoh minimal 95%, dan tidak mengandung benda asing atau butir gabah. Sementara beras medium adalah beras dengan persentase butir patah maksimal 25%, kadar air maksimal 14%, derajat sosoh minimal 90%.

Secara teoretis, klasifikasi ini membantu konsumen memilih produk sesuai kebutuhan dan daya beli. Tapi dalam praktiknya, mata awam mana yang bisa membedakan kualitas medium dan premium?

Bagi para pengusaha keuntungan tentu jadi motif utama. Walau selisih harga beras premium dan medium tak besar, selisih ini jadi signifikan saat volume penjualan massif. 

Jadi untuk mengatasi persoalan beras pemerintah perlu pendekatan lebih komprehensif. Seperti misalnya peninjauan ulang aturan HET. Fleksibilitas HET mungkin diperlukan agar tidak mematikan mata rantai pasok dan menjaga keterjangkauan harga bagi konsumen.

Pemerintah harus berani bersinergi dengan pelaku usaha untuk menciptakan ekosistem beras yang adil, stabil, dan tanpa drama.

Selanjutnya: Berharap Spread Harga ETF Emas Bisa di Bawah Emas Fisik

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara
| Selasa, 15 Juli 2025 | 09:40 WIB

Mengintip Strategi ITMG yang Lebih Selektif Diversifikasi ke Bisnis Non-Batubara

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) lebih berhati-hati di bisnis PLTA namun tetap ekspansif di pertambangan nikel.

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:52 WIB

Saham INET Terus Merangkak Naik Ditopang Harapan Menang Lelang Frekuensi

Lantaran sudah mengalami kenaikan tinggi sejak awal 2025, saham INET disarankan untuk trading jangka pendek saja.

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:47 WIB

Profit 25,66% Setahun, Cek Harga Emas Antam Hari Ini (15 Juli 2025)

Harga emas batangan Antam 24 karat 15 Juli 2025 di Logammulia.com Rp 1.914.000 per gram, harga buyback Rp 1.758.000 per gram.

Saham TOWR Sedang Uptrend, Jadi Emiten Menara Paling Banyak Aksi Korporasi di 2025
| Selasa, 15 Juli 2025 | 08:12 WIB

Saham TOWR Sedang Uptrend, Jadi Emiten Menara Paling Banyak Aksi Korporasi di 2025

Penggunaan dana rights issue untuk melunasi sebagian utang bank Protelindo akan memperbaiki kemampuan TOWR dalam menghasilkan laba.

IHSG Menanti Arah Suku Bunga Acuan Bank Indonesia
| Selasa, 15 Juli 2025 | 07:45 WIB

IHSG Menanti Arah Suku Bunga Acuan Bank Indonesia

Penguatan IHSGkemarin  sejalan dengan pergerakan mayoritas bursa Asia yang turut menguat. Hari ini, Herditya memproyeksi IHSG menguat terbatas.

Lonjakan Harga Bitcoin Akan Terus Berlanjut Sepanjang 2025, Rekor Baru bisa Tercipta
| Selasa, 15 Juli 2025 | 07:11 WIB

Lonjakan Harga Bitcoin Akan Terus Berlanjut Sepanjang 2025, Rekor Baru bisa Tercipta

Harga bitcoin tahun ini diprediksi bisa tembus US$ 140.000 per btc, menjadikannya sebagai aset terbaik mengalahkan emas.

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Prospektif di Semester II
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:30 WIB

Reksadana Pendapatan Tetap Masih Prospektif di Semester II

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana mencapai Rp 513,93 triliun.

Rumitnya Premium
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:12 WIB

Rumitnya Premium

Pemerintah harus berani bersinergi dengan pelaku usaha untuk menciptakan ekosistem beras yang adil, stabil, dan tanpa drama.

Berharap Spread Harga ETF Emas Bisa di Bawah Emas Fisik
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:10 WIB

Berharap Spread Harga ETF Emas Bisa di Bawah Emas Fisik

Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meluncurkan produk exchange-traded fund (ETF) emas pada kuartal IV-2025.

Jawa Barat Mendominasi Pasokan Rumah Bersubsidi
| Selasa, 15 Juli 2025 | 06:10 WIB

Jawa Barat Mendominasi Pasokan Rumah Bersubsidi

Penyaluran rumah subsidi lewat skema FLPP sudah mencapai Rp 15,73 triliun sepanjang tahun berjalan 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler