Saham Anak BUMN Perlu Pemanis Agar Lebih Laris

Senin, 15 April 2019 | 13:09 WIB
Saham Anak BUMN Perlu Pemanis Agar Lebih Laris
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat harga saham BUMN mulai melambung, performa saham anak-anak usaha BUMN masih merayap. Bahkan, beberapa saham anak usaha BUMN belum kembali ke harga perdananya.

Ambil contoh saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) yang setahun belakangan, sudah turun 33,69%. Semenjak debut perdananya pada Oktober 2017 silam, harga saham anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini memang cenderung menjauhi harga initial public offering (IPO).

Sementara itu, performa dua saham milik anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II, yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) juga masih negatif. Sepanjang tahun ini, saham IPCC sudah turun 19,51% dan saham IPCM merosot 24,9%. 

Nama Perusahaan Ticker Harga saham* (Rp) Harga IPO (Rp) Kinerja saham (%) PER (x)
1 bulan year to date 1 tahun
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga AGRO 332 100 3.11 7.1 -33.6 33.2
Bank BRISyariah BRIS 525 510 -2,78 0   47,73
Garuda Maintenance Facility Aero Asia GMFI 248 400 -15,65 14,81 -33,69 16,29
Phapros PEHA 2.150 1.198 -5,70%     13,61
Solusi Bangun Indonesia SMCB 1.810 10.000 -11,27 -3,98 119,39 -16,76
PP Properti PPRO 139 185 -11,46 18,8 -26,46 17,38
PP Presisi PPRE 414 430 5,08 30,19 5,61 12,94
Wijaya Karya Bangunan Gedung WEGE 402 290 4,69 67,5 44,6 8,74
Wijaya Karya Beton WTON 605 590 1,68 60,9 11,01 10,8
Waskita Beton Precast WSBP 422 490 9,9 12,23 -3,21 10,05
Elnusa ELSA 378 400 1,05 9,88 -22,54 9,95
Asuransi Tugu Pratama Indonesia TUGU 2.720 3.850 -2,16 -18,32   19,63
Indonesia Kendaraan Terminal IPCC 1.320 1.640 -6,05 -19,51   14,04
Jasa Armada Indonesia IPCM 368 380 -9,36 -24,9 -10,24 26,29
Bukit Asam PTBA 4.030 575 0,25 -6,28 37,54 9,24
Aneka Tambang ANTM 880 1.400 -8,81 15,03 0 24,44
Timah TINS 1.320 2.900 2,33 74,83 14,78 18,59

*Harga per Jumat 15 Maret 2019. Sumber: RTI

Dari sisi valuasi harga yang dilihat dari price to earning ratio (PER), saham-saham ini juga tak murah lagi. Misalnya, PER IPCC kini mencapai 14,04 kali dan IPCM sebesar 26,29 kali. Sejatinya, tak ada masalah dalam kinerja fundamental saham-saham anak BUMN ini. Namun, beberapa saham anak BUMN memang sudah ditawarkan di harga mahal pada saat debut perdananya.  

"Biasanya, investor akan mengincar saham dengan PER di bawah 15 kali, atau lebih bagus di bawah 10 kali" ujar Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas, akhir pekan lalu. 

Sementara itu, William Hartanto, analis Panin Sekuritas mengatakan, investor memang lebih memilih saham induk BUMN. Ini lantaran sang induk lebih sering kedatangan dana asing.

Selain itu, investor juga akan mencemati likuiditas saham. Pasalnya, tak semua saham anak BUMN ini likuid. "Jadi meski kinerja keuangannya bagus, harga saham belum tentu naik atau mengekor kinerja induknya, apalagi jika kurang likuid," ujar Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri.

Butuh Pemanis

Menurut Nafan, meski kinerja keuangan anak BUMN meningkat, namun, demand atau permintaan terhadap saham anak BUMN belum terlalu tinggi. Nah, untuk dapat menarik minat investor, anak BUMN sebaiknya juga melakukan aksi korporasi dan ekspansi.

Selain itu, pembagian dividen yang konsisten juga bisa menjadi pemanis untuk menambah demand saham. "Demand naik artinya volume meningkat dan bisa mendorong pergerakan saham," kata Nafan. 

Selain itu, investor biasanya akan cenderung berinvestasi saat pergerakan harga sudah terbentuk secara historis. Ia memberi contoh, IPCC memiliki pola pergerakan harga yang random dan tidak memiliki wave yang jelas. Sehingga, agak sulit untuk menentukan rekomendasi dan target harga saat ini.

Di sisi lain, masih ada pula saham-saham anak BUMN yang layak dilirk. Misalnya saja, anak-anak usaha BUMN konstruksi, seperti WEGE, WSBP, dan PPRE. William mengatakan, saham-saham ini juga terdorong sentimen pemilihan umum. Selain itu, induk perusahaan juga banyak kedatangan dana asing. "Di tiga saham ini dana asingnya banyak. Jadi, ibaratnya foreign following. Di mana dana asing berkumpul, di situ bisa masuk," imbuh dia. 

Sukarno Alatas, analis Oso Sekuritas juga merekomendasikan WSBP, WTON dan WEGE. Alasannya, ketiga saham ini punya kinerja fundamental yang bagus dan valuasi PER masih murah. Untuk saham WSBP, ia memasang target harga Rp 510 per saham, WTON Rp 705, dan WEGE Rp 470 per saham. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti
| Selasa, 05 November 2024 | 11:30 WIB

The Fed Diyakini Bakal Pangkas Suku Bunga Acuan Lagi, di Indonesia BI Akan Mengikuti

Data inflasi AS pada September 2024, inflasi AS tercatat di kisaran 2,1% yoy, sedikit di atas target The Fed di 2,0%. 

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan
| Selasa, 05 November 2024 | 10:50 WIB

Arus Dana Asing di Pasar Keuangan Indonesia Pekan Ini Bakal Tertahan

Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga acuannya pada November 2024 karena rupiah sedang melemah.

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG
| Selasa, 05 November 2024 | 09:07 WIB

Dua Investor Asing Kelas Kakap Lanjutkan Aksi Penjualan Saham TAPG

Sejak Agustus 2024 sudah beredar kabar mengenai rencana Pemerintah Singapura untuk melepas kepemilikannya di TAPG.

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit
| Selasa, 05 November 2024 | 08:15 WIB

Angkutan Kargo Naik, Kinerja Hasnur Internasional Shipping (HAIS) Melejit

Sepanjang periode Januari-September 2024, HAIS berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,40%, yakni menjadi Rp 765,37 miliar

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak
| Selasa, 05 November 2024 | 08:01 WIB

Membedah Kinerja Keuangan Emiten Udang Kaesang (PMMP) yang Ruginya Membengkak

PMMP masih terikat sejumlah kontrak kerja sama, salah satunya memasok udang ke Marubeni Corporation 

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Pemerintah Pastikan Skema Subsidi Elpiji 3 Kg Tidak Berubah

Untuk penyluran subsidi elpiji dan BBM akan diubah menjadi skema bantuan langsung tunai ke masyarakat penerima.

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Mustika Ratu (MRAT) Memperkuat Ekspor ke Eropa dan Timur Tengah

Untuk memperluas pasar ekspor, Mustika Ratu turut serta dalam Indonesia Europe Business Forum (IEBF) 2024.

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek
| Selasa, 05 November 2024 | 07:50 WIB

Hasil Pemilu Presiden AS Penentu Prospek Aliran Dana Asing ke RI dalam Jangka Pendek

Jika Kemala Harris terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, maka akan lebih menguntungkan Indonesia.

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun
| Selasa, 05 November 2024 | 07:26 WIB

Hapus Kredit Macet UMKM Rp 8,7 T, Erick Thohir: Kami Usul Minimal Berusia 5 Tahun

Kebijakan hapus tagih kredit bagi petani dan nelayan menjadi salah satu prioritas bagi pemerintahan Presiden Prabowo.

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea
| Selasa, 05 November 2024 | 07:15 WIB

Kinerja Hero Supermarket (HERO) Ditopang Guardian dan Ikea

Hingga kuartal III-2024, HERO berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 184 miliar, atau meningkat 868,42% 

INDEKS BERITA

Terpopuler