KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat harga saham BUMN mulai melambung, performa saham anak-anak usaha BUMN masih merayap. Bahkan, beberapa saham anak usaha BUMN belum kembali ke harga perdananya.
Ambil contoh saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) yang setahun belakangan, sudah turun 33,69%. Semenjak debut perdananya pada Oktober 2017 silam, harga saham anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini memang cenderung menjauhi harga initial public offering (IPO).
Sementara itu, performa dua saham milik anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II, yakni PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) dan PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM) juga masih negatif. Sepanjang tahun ini, saham IPCC sudah turun 19,51% dan saham IPCM merosot 24,9%.
Nama Perusahaan | Ticker | Harga saham* (Rp) | Harga IPO (Rp) | Kinerja saham (%) | PER (x) | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|
1 bulan | year to date | 1 tahun | |||||
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga | AGRO | 332 | 100 | 3.11 | 7.1 | -33.6 | 33.2 |
Bank BRISyariah | BRIS | 525 | 510 | -2,78 | 0 | 47,73 | |
Garuda Maintenance Facility Aero Asia | GMFI | 248 | 400 | -15,65 | 14,81 | -33,69 | 16,29 |
Phapros | PEHA | 2.150 | 1.198 | -5,70% | 13,61 | ||
Solusi Bangun Indonesia | SMCB | 1.810 | 10.000 | -11,27 | -3,98 | 119,39 | -16,76 |
PP Properti | PPRO | 139 | 185 | -11,46 | 18,8 | -26,46 | 17,38 |
PP Presisi | PPRE | 414 | 430 | 5,08 | 30,19 | 5,61 | 12,94 |
Wijaya Karya Bangunan Gedung | WEGE | 402 | 290 | 4,69 | 67,5 | 44,6 | 8,74 |
Wijaya Karya Beton | WTON | 605 | 590 | 1,68 | 60,9 | 11,01 | 10,8 |
Waskita Beton Precast | WSBP | 422 | 490 | 9,9 | 12,23 | -3,21 | 10,05 |
Elnusa | ELSA | 378 | 400 | 1,05 | 9,88 | -22,54 | 9,95 |
Asuransi Tugu Pratama Indonesia | TUGU | 2.720 | 3.850 | -2,16 | -18,32 | 19,63 | |
Indonesia Kendaraan Terminal | IPCC | 1.320 | 1.640 | -6,05 | -19,51 | 14,04 | |
Jasa Armada Indonesia | IPCM | 368 | 380 | -9,36 | -24,9 | -10,24 | 26,29 |
Bukit Asam | PTBA | 4.030 | 575 | 0,25 | -6,28 | 37,54 | 9,24 |
Aneka Tambang | ANTM | 880 | 1.400 | -8,81 | 15,03 | 0 | 24,44 |
Timah | TINS | 1.320 | 2.900 | 2,33 | 74,83 | 14,78 | 18,59 |
*Harga per Jumat 15 Maret 2019. Sumber: RTI
Dari sisi valuasi harga yang dilihat dari price to earning ratio (PER), saham-saham ini juga tak murah lagi. Misalnya, PER IPCC kini mencapai 14,04 kali dan IPCM sebesar 26,29 kali. Sejatinya, tak ada masalah dalam kinerja fundamental saham-saham anak BUMN ini. Namun, beberapa saham anak BUMN memang sudah ditawarkan di harga mahal pada saat debut perdananya.
"Biasanya, investor akan mengincar saham dengan PER di bawah 15 kali, atau lebih bagus di bawah 10 kali" ujar Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas, akhir pekan lalu.
Sementara itu, William Hartanto, analis Panin Sekuritas mengatakan, investor memang lebih memilih saham induk BUMN. Ini lantaran sang induk lebih sering kedatangan dana asing.
Selain itu, investor juga akan mencemati likuiditas saham. Pasalnya, tak semua saham anak BUMN ini likuid. "Jadi meski kinerja keuangannya bagus, harga saham belum tentu naik atau mengekor kinerja induknya, apalagi jika kurang likuid," ujar Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri.
Butuh Pemanis
Menurut Nafan, meski kinerja keuangan anak BUMN meningkat, namun, demand atau permintaan terhadap saham anak BUMN belum terlalu tinggi. Nah, untuk dapat menarik minat investor, anak BUMN sebaiknya juga melakukan aksi korporasi dan ekspansi.
Selain itu, pembagian dividen yang konsisten juga bisa menjadi pemanis untuk menambah demand saham. "Demand naik artinya volume meningkat dan bisa mendorong pergerakan saham," kata Nafan.
Selain itu, investor biasanya akan cenderung berinvestasi saat pergerakan harga sudah terbentuk secara historis. Ia memberi contoh, IPCC memiliki pola pergerakan harga yang random dan tidak memiliki wave yang jelas. Sehingga, agak sulit untuk menentukan rekomendasi dan target harga saat ini.
Di sisi lain, masih ada pula saham-saham anak BUMN yang layak dilirk. Misalnya saja, anak-anak usaha BUMN konstruksi, seperti WEGE, WSBP, dan PPRE. William mengatakan, saham-saham ini juga terdorong sentimen pemilihan umum. Selain itu, induk perusahaan juga banyak kedatangan dana asing. "Di tiga saham ini dana asingnya banyak. Jadi, ibaratnya foreign following. Di mana dana asing berkumpul, di situ bisa masuk," imbuh dia.
Sukarno Alatas, analis Oso Sekuritas juga merekomendasikan WSBP, WTON dan WEGE. Alasannya, ketiga saham ini punya kinerja fundamental yang bagus dan valuasi PER masih murah. Untuk saham WSBP, ia memasang target harga Rp 510 per saham, WTON Rp 705, dan WEGE Rp 470 per saham.