Saham Anjlok Tanpa Alasan Jelas, Investor di Hong Kong Merugi Hingga US$ 4,8 miliar

Senin, 21 Januari 2019 | 19:19 WIB
Saham Anjlok Tanpa Alasan Jelas, Investor di Hong Kong Merugi Hingga US$ 4,8 miliar
[]
Reporter: Sumber: South China Morning Post | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Gelombang kedua kejatuhan sejumlah saham di bursa Hong Kong tiga bulan terakhir tidak dapat dijelaskan. Fenomena ini mengingatkan kejadian pada November 2017 tatkala saham-saham small-cap di bursa Hong Kong jatuh dan dikenal dengan Enigma Network Crash.

Pada Kamis (17/1) waktu setempat, sepuluh saham berkapitalisasi kecil dan menengah anjlok sedalam 81% tanpa alasan yang jelas. Hal itu membuat investor kehilangan dana investasi hingga US$ 4,8 miliar (HK$ 37,7 miliar). Padahal, emiten-emiten terkait tidak menerbitkan berita yang akan menggerakkan pasar dan mengatakan mereka tidak tahu alasan untuk penurunan tersebut. 

Sebagian besar kerugian datang dari pengembang China, Jiayuan International Group, yang sahamnya anjlok 81%. Hal ini terjadi setelah beberapa trader menunjuk utang Jiayuan yang jatuh tempo US $ 350 juta.

Namun, perusahaan itu membantah dan mengatakan telah melunasi semua utang tersebut. Kondisi keuangannya juga sehat dan operasional perusahaan berjalan normal. Lalu, saham Jiayuan International Group terbang 75% hari berikutnya.

Sementara saham emiten small-cap lainnya, Chong Sing Holdings FinTech Group, turun 33% pada hari Jumat. Pada November 2018, perusahaan ini masuk menjadi bagian dari indeks MSCI China. Panggilan untuk permintaan wawancara ke kantor Chong Sing tidak dijawab.

Pergerakan harga saham semacam ini mesti menjadi perhatian investor asing karena beberapa saham ini termasuk dalam acuan global. "Hong Kong memberikan kesan pasar yang maju karena daftar emiten besar seperti Xiaomi. Tetapi ada perusahaan kecil dengan kepemilikan silang dan transaksi buram yang mengejutkan," kata Fraser Howie, yang memiliki pengalaman dua dekade di pasar keuangan China dan turut menulis buku 2010 Red Capitalism. 

Sementara Manuel Schlabbers, chief executive officer Accudo Capital, menyebut kejatuhan harga semacam itu tidak mungkin didorong oleh sesuatu yang fundamental. "Saham berkapitalisasi kecil dan menengah di Hong Kong adalah "ladang ranjau" tata kelola perusahaan," kata Schlabbers yang memimpin firma investasi yang fokus di saham-saham berkapitalisasi kecil dan menengah.

Seorang wakil dari Komisi Sekuritas dan Berjangka menolak memberikan komentar. Bursa Hong Kong dan kliring melakukan pemantauan pasar yang kuat untuk mendukung perdagangan yang tertib, membuat pertanyaan sesuai kebutuhan dan akan terus melakukannya, seorang perwakilan mengatakan melalui email.

"Ada ketidakpastian tentang apa yang sedang terjadi dan tidak ada pihak berwenang yang tampaknya peduli," imbuh Howie.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Cinema XXI Catat Rekor Tertinggi Jumlah Penonton
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:34 WIB

Cinema XXI Catat Rekor Tertinggi Jumlah Penonton

Cinema XXI berkomitmen untuk terus menghadirkan pengalaman menonton yang nyaman, berkualitas, dan makin terjangkau.

Fase Pertama, Garuda Angkut 4.158 Jemaah Haji
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:31 WIB

Fase Pertama, Garuda Angkut 4.158 Jemaah Haji

Maskapai Garuda Indonesia akan menerbangkan seluruh calon jemaah haji secara bertahap hingga 31 Mei 2025

 PGN Siapkan Opsi Hadapi Defisit Pasokan Gas Bumi
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:27 WIB

PGN Siapkan Opsi Hadapi Defisit Pasokan Gas Bumi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengklaim, pada 2026-2027 mendatang, liftinggas Indonesia bakal meningkat.

Bali Sempat Blackout, PLN Investigasi Penyebab Gangguan
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:22 WIB

Bali Sempat Blackout, PLN Investigasi Penyebab Gangguan

PT PLN pun bergerak cepat melakukan pemulihan akibat pasokan listrik terganggu yang terjadi pada Jumat (2/5), sekitar pukul 16.00 WITA di Bali.

Nasib Industri Alas Kaki yang Jadi Salah Satu Produk Unggulan Ekspor ke AS
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:15 WIB

Nasib Industri Alas Kaki yang Jadi Salah Satu Produk Unggulan Ekspor ke AS

Kondisi perang tarif bahkan membuat Fortuna Shoes belum berani lagi memperluas pasarnya di Amerika Serikat (AS).

Menyoal Sumber Kapital Indonesia
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:10 WIB

Menyoal Sumber Kapital Indonesia

Pasar obligasi korporasi dalam negeri dengan mata uang rupiah masih kalah semarak dengan pasar sejenis dari negara tetangga. 

Menjaga Talenta
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 07:00 WIB

Menjaga Talenta

Aprroval rating yang rendah selama 100 hari kepemimpian Donald Trump harus jadi cermin bagi pemerintahan saat ini dalam menjaga para talenta.

Nilai Tukar Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar pada Sepekan Ini
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 06:59 WIB

Nilai Tukar Rupiah Terangkat Pelemahan Dolar pada Sepekan Ini

Berdasarkan Bloomberg, rupiah spot menguat 2,33% ke Rp 16.437 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan

Diversifikasi Portofolio dan Risiko Ala Direktur UOB Indonesia
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 06:56 WIB

Diversifikasi Portofolio dan Risiko Ala Direktur UOB Indonesia

Keputusan berinvestasi  didorong dari berbagai faktor. Salah satunya adalah minat pribadi terhadap perencanaan keuangan.

Menyimak Berbagai Petuah Investasi Tan Chong Koay
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 06:53 WIB

Menyimak Berbagai Petuah Investasi Tan Chong Koay

Ketika aspek psikologi massa sedang bekerja di pasar saham, investor harus bisa merasakan kapan saham sudah terlalu mahal

INDEKS BERITA

Terpopuler