Saham Pendatang Baru Masih Sulit Unjuk Gigi

Jumat, 26 November 2021 | 04:50 WIB
Saham Pendatang Baru Masih Sulit Unjuk Gigi
[]
Reporter: Ika Puspitasari, Tedy Gumilar | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah initial public offering  (IPO) jumbo di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini belum memberikan keuntungan bagi investor yang membeli saham di harga perdana. 

Setelah investor saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) merana akibat turun harga saham dari IPO, kini giliran investor PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) juga gigit jari. 

Maklum, harga saham MTEL dan BUKA sampai saat ini masih berada di bawah harga IPO. Catatan KONTAN, per 25 November 2021, dari 43 emiten pendatang baru di BEI, ada 15 emiten yang harga sahamnya masih di bawah harga IPO.

Baca Juga: Begini rencana bisnis Depo Bangunan (DEPO) usai melantai di bursa

Oh ya, data tersebut belum memperhitungkan dua pendatang baru akan melantai di BEI hari ini, 25 November 2021 PT Catur Karda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dan PT Perma Plasindo Tbk (BINO). Namun dua saham tersebut mencatatkan kenaikan saham DEPO 24,48% dan BINO naik 21,01%.  Kedua emiten ini meraih dana IPO kurang dari Rp 1 triliun. BINO hanya mengantongi Rp 60,03 miliar sedangkan DEPO Rp 493,57 miliar. 

Tidak seperti Mitratel dan Bukalapak dan beberapa diantara emiten pendatang baru dengan perolehan dana di atas Rp 1 triliun. Kondisi PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) yang Juni 2021 meraup dana IPO Rp 2,79 triliun. Namun saham emiten pertambangan emas itu kini di Rp 585 per saham, jauh di bawah harga IPO di Rp 750 per saham.

Meski nilai IPO-nya tak sampai Rp 1 triliun, investor di beberapa emiten anyar yang punya fundamental ciamik, juga belum beruntung. Sebut saja PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU). 

Tapi nyatanya kondisi penurunan tidak lantaran jumlah dana IPO yang besar saja. Saham PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) yang per Februari 2021 berhasil meraup dana investor sebesar Rp 349,41 miliar. Namun harga saham emiten poultry tersebut pada penutupan perdagangan Selasa (25/11) malah terpaku di Rp 171 per saham.

Sejauh ini, jumlah emiten yang harga saham lebih rendah ketimbang harga saat IPO sebanyak 36,59%. Persentase ini menunjukkan, investasi di saham IPO bisa jadi ngeri-ngeri sedap.

Baca Juga: Investor Mitratel (MTEL) Tak Sendiri, 36,59% Emiten Baru Harga Sahamnya di Bawah IPO

Banyak faktor penyebab

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menjelaskan, saham emiten baru yang mengalami penyusutan harga mempunyai faktor berbeda. "Bisa jadi prospeknya belum ada tanda-tanda bagus, valuasinya mahal, kinerja tak bagus, emisi besar jadi susah untuk naik seperti  BUKA dan MTEL," papar dia, Kamis (25/11).

Sukarno memandang, saham MTEL terbilang bagus, tapi memiliki valuasi terlalu tinggi, serta return on equity (ROE) dan rasio net profit margin (NPM) di bawah rata-rata industri. 

Meski begitu, Sukarno menilai, secara jangka panjang saham MTEL punya prospek menarik dan masih ada peluang berbalik arah. Hanya untuk jangka pendek hingga menengah ia menyebut masih akan tekanan dulu.

Sukarno bilang, saham WMUU pun secara profitabilitas pun cukup bagus. Tapi dalam enam bulan terakhir saham WMUU sudah terkoreksi 11,40% ke harga Rp 171 per saham.

Secara keseluruhan, Sukarno menyarankan investor yang suka memburu saham IPO agar tetap mempertimbangkan kondisi fundamental dan dilihat harga wajar.  

Baca Juga: Saham Mitratel (MTEL) turun dari harga IPO, ini penjelasan para analis

"Kemudian ada catatan kalau emisi yang bersifat jumbo cukup susah untuk menguat signifikan," pendapat dia. 

Untuk yang suka memburu saham emisi kecil agar lebih ke spekulatif karena biasanya ada peluang menguat. Namun yang perlu jadi catatan, adalah risiko penurunan juga tinggi.    

Bagikan

Berita Terbaru

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih
| Jumat, 28 November 2025 | 14:13 WIB

Kredit Sindikasi Perbankan Mulai Berangsur Pulih

Sepanjang 2025 berjalan, penyaluran kredit sindikasi perbankan mencapai US$ 23,62 miliar angka ini menurun sekitar 12%.

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI
| Jumat, 28 November 2025 | 10:40 WIB

PetroChina Investasi Besar Demi Eksplorasi Blok Jabung, RATU Punya 8 Persen PI

PetroChina akan menggelar eksplorasi 6 sumur baru dan 11 sumur work over di Blok Jabung hingga 2028.

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI
| Jumat, 28 November 2025 | 08:50 WIB

Operator Telekomunikasi Optimalkan Layanan AI

Perkembangan ini menjadi hal positif apalagi industri telekomunikasi saat ini sudah menyebar ke banyak wilayah Tanah Air.

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%
| Jumat, 28 November 2025 | 08:40 WIB

Voksel Electric (VOKS) Mengejar Target Pertumbuhan 15%

VOKS membidik proyek ketenagalistrikan baru, termasuk melalui lelang yang akan dilakukan PT PLN (Persero).

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru
| Jumat, 28 November 2025 | 08:30 WIB

Berharap Bisnis Melaju dengan Diskon Nataru

Tak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah berharap program diskon belanja ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026
| Jumat, 28 November 2025 | 08:10 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) Siapkan Strategi Bisnis di 2026

Pada tahun depan, Prodia jWidyahusada membidik posisi sebagai South East Asia (SEA) Referral Laboratory.

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun
| Jumat, 28 November 2025 | 08:01 WIB

DOID Akan Terbitkan Global Bond Setara Rp 8,31 Triliun

Rencana penerbitan global bond merupakan bagian dari strategi DOID untuk mempertahankan sumber pendanaan yang terdiversifikasi. 

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat
| Jumat, 28 November 2025 | 07:53 WIB

Konsumsi Produk Bisa Meningkat, Prospek KLBF Semakin Sehat

Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) KLBF pada 2026 masih prospektif dengan ditopang segmen pharma (prescription) dan consumer health. 

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok
| Jumat, 28 November 2025 | 07:47 WIB

Realisasi Marketing Sales Anjlok, Kinerja Agung Podomoro Land (APLN) Ikut Jeblok

Kinerja PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) loyo di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Lemahnya daya beli jadi salah satu pemicunya.

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI
| Jumat, 28 November 2025 | 07:36 WIB

Demutualisasi Bisa Mendorong Penerapan GCG di BEI

Penerapan demutualisasi dinilai tidak akan berdampak kepada investor. Justru, itu jadi sarana BEI untuk menerapkan good corporate governance. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler