KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2024 akan segera berakhir. Pergerakan ekonomi Indonesia tahun ini dibayangi banyak sentimen negatif, termasuk pelemahan daya beli dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI), bank sentral ini tetap memaparkan ekonomi akan terjaga. BI juga optimistis ekonomi akan terus tumbuh ke depan.
Di kuartal IV tahun ini, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berkisar 4,7%-5,5%. Tahun depan, Bi memperkirakan ekonomi akan tumbuh sekitar 4,8-5,6%. Ekonomi diprediksi bisa tumbuh lebih tinggi di 2026, sekitar 4,9-5,7%.
Masih menurut proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi terutama akan ditopang oleh pengeluaran impor. Di 2025, impor diprediksi mendorong ekonomi 5,1%-5,9%, tertinggi di antara segmen pengeluaran lain. Di 2026, pertumbuhan dari segmen impor mencapai 5,5%-6,3%.
Ekspor juga diprediksi berkontribusi besar di masa depan. Di 2026, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi yang didorong ekspor mencapai 5,7%-6,5%. Ini naik dari proyeksi 2024 sekitar 4,1%-4,9% dan proyeksi 2025 sekitar 4,8%-5,6%.
Sementara, pertumbuhan ekonomi yang ditopang belanja pemerintah justru diprediksi menyusut jadi sekitar 3,7%-4,5% di 2026. Alhasil, belanja pemerintah memberi kontribusi terendah di periode ini. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi yang digerakkan belanja pemerintah diprediksi mencapai 7,0%-7,8%.
Pertumbuhan ekonomi dari sisi lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib juga diprediksi akan terus merosot. Tahun ini, pertumbuhannya diprediksi mencapai 9,0%-9,8%. Tapi di 2025 pertumbuhannya diprediksi -1,7%-0,9% dan 2026 cuma naik 4,0%-4,8%.
Sementara, sektor yang terkait dengan konsumsi masyarakat diprediksi akan positif ke depan. Misalnya, sektor transportasi dan pergudangan diprediksi tumbuh 10,1%-10,9% di 2026. Sektor informasi dan komunikasi diprediksi tumbuh sekitar 10,2%-11% di 2026.
Lantas, apakah kinerja perusahaan-perusahaan di sektor tersebut akan positif ke depan? Harusnya, sih, begitu. Tapi, belum tentu kinerja sahamnya ikut terkerek.
Per kemarin, sektor saham transportasi dan logistik mencetak rerata kinerja terburuk dibanding sektor lain, yakni turun 13,98% bila dihitung sejak awal tahun. Kinerja saham sektor teknologi juga secara rata-rata turun 3,50% di periode yang sama. Kenaikan tertinggi dicetak sektor energi, naik 31,79%.