Semen Indonesia (SMGR) Tender Offer Awal Tahun Depan
Kamis, 29 November 2018 | 08:24 WIB
Reporter:
Dityasa H Forddanta, Krisantus de Rosari Binsasi |
Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) bakal segera melaksanakan penawaran tender wajib atau mandatory tender offer (MTO). Ini merupakan kelanjutan atas akuisisi 80,6% saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
MTO kemungkinan baru akan dilakukan setidaknya mulai Februari 2019. Sebab, manajemen SMGR memperkirakan, financial closing atas transaksi akuisisi tersebut tuntas pada Januari 2019. "Kami berkewajiban melakukan MTO setelah closing," ujar Agung Wiharto, Sekretaris Perusahaan SMGR, kepada KONTAN, Rabu (28/11).
Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 9/POJK.04/2018, MTO harus dilakukan jika pengendali baru memiliki lebih dari 80% saham setelah akuisisi. SMGR sebelumnya telah mengumumkan akan melakukan MTO atas 1,48 miliar atau 19,4% saham SMCB.
Adapun penetapan harga pelaksanaan MTO nanti minimal sebesar rata-rata harga tertinggi 90 hari sebelum pengumuman finalisasi akuisisi. Sedikit gambaran, rata-rata harga saham SMCB 90 hari terakhir adalah Rp 1.675 per saham. Jadi, SMGR bakal keluar duit sekitar Rp 2,48 triliun untuk MTO.
Tapi, itu hanya hitungan secara umum dan bukan berdasarkan rata-rata harga tertinggi. SMGR juga punya opsi lain, harga pelaksanaannya nanti mengacu pada harga akuisisi per saham SMCB.
SMGR bakal menggunakan pinjaman eksternal untuk memuluskan MTO tersebut. "Semua pendanaan sudah aman," imbuh Agung.
Tetap sehat
SMGR sebelumnya telah meneken perjanjian pinjaman sindikasi untuk akuisisi senilai US$ 917 juta tersebut. Fasilitas pinjaman yang diperoleh mencapai US$ 1,28 miliar, berasal dari Bank BNP Paribas, Deutsche Bank AG, Maybank Kim Eng Securites PTE Ltd, MUFG Bank Ltd dan Standard Chartered Bank.
Agung belum bersedia merinci berapa bunga pinjaman tersebut. "Yang jelas menarik," tambah dia.
Namun, mengutip pemberitaan Bloomberg, tenor fasilitas pinjaman tersebut selama dua tahun. Bunganya antara LIBOR + 205 basis poin (bps) hingga libor + 225 bps. Adapun fasilitasnya terbagi dalam dua tranche.
Tranche pertama senilai US$ 1,03 miliar, sedangkan tranche kedua senilai US$ 253 juta.
Meski pinjamannya jumbo, Agung memastikan kesehatan keuangan SMGR tetap terjaga. Batas aman atawa covenant debt to equity ratio (DER) SMGR maksimal 2,3 kali. Saat ini, DER SMGR sekitar 0,3 kali. Setelah akuisisi, DER bakal berubah jadi 1,2 kali. "Covenant keuangan kami masih terjaga dan tetap aman," tandas Agung.
Isnaputra Iskandar, analis Maybank Kim Eng Sekuritas, menilai, akuisisi tersebut bakal positif, baik bagi SMGR maupun SMCB. SMGR bakal lebih efisien memasarkan semen, terutama di Jawa Barat.
Sedang untuk SMCB, perusahaan ini tak lagi perlu lagi membayar royalti kepada pemegang saham lama, LafargeHolcim Ltd. Sekadar informasi, selama sekitar lima tahun belakangan, SMCB wajib membayar royalti antara 7,4%–8,4% dari total penjualan semen. "Ini berarti margin EBITDA SMCB akan naik hingga 7% tahun depan," tulis Isnaputra dalam riset 28 November.
Cuma memang, akuisisi ini bakal membuat beban bunga tahunan SMGR naik menjadi Rp 800 miliar. Ini setara dengan 1,6% dari perkiraan penjualan tahun depan.
Menurut Isnaputra, beban itu bisa dikompensasi jika SMGR mampu menaikkan margin EBITDA sekitar 1,6%. Hingga kuartal ketiga tahun ini, margin EBITDA SMGR sekitar 20%.
Dia menaikkan rekomendasi saham SMGR menjadi buy dari sebelumnya hold. Target harganya Rp 12.400 per saham. Sedang SMCB tidak masuk dalam cakupan risetnya.
Kemarin, saham SMGR ditutup dengan penurunan 75 poin atau setara 0,67% ke level Rp 11.175 per saham. Sementara, saham SMCB justru naik 15 poin, setara 0,78% ke level Rp 1.945 per saham.
Ini Artikel Spesial
Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.