Setelah Bahas Pelepasan Cadangan Strategis, AS Kembali Menekan OPEC+

Sabtu, 20 November 2021 | 16:11 WIB
Setelah Bahas Pelepasan Cadangan Strategis, AS Kembali Menekan OPEC+
[ILUSTRASI. Matahari terbenam dengan latar pompa minyak di Permian Basin, Loving County, Texas, AS, 24 November 2019. REUTERS/Angus Mordant/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Gedung Putih, Jumat (19/11), kembali menekan kelompok produsen minyak untuk meningkatkan pasokan global ke kisaran yang memadai. Permintaan itu muncul hanya beberapa hari setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara pengguna minyak dalam jumlah besar membahas kemungkinan pelepasan cadangan minyak strategis untuk meredam harga energi yang tinggi.

AS telah meminta berbagai negara, termasuk China untuk mempertimbangkan pelepasan stok minyak mentah. Inflasi yang mulai mengakibatkan mulai merisaukan masyarakat negeri itu, hingga approval rating Presiden Joe Biden pun merosot.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pemerintah AS ingin “memastikan bahwa OPEC sebagai organisasi, dan negara-negara anggotanya memenuhi kebutuhan permintaan yang ada di luar sana dengan pasokan yang memadai. Itu adalah sesuatu yang telah kami tekankan di masa lalu.”

Baca Juga: Jepang pertimbangkan untuk melepas cadangan minyak, demi meredam kenaikan harga

Harga minyak turun tajam setelah Austria mengumumkan akan memberlakukan lockdown menyusul peningkatan kasus Covid-19. Jerman kemungkinan akan mengambil langkah serupa.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara sekutunya, terutama Rusia, mengatakan, pemulihan ekonomi dunia rapuh. Minggu ini, Sekretaris Jenderal Mohammad Barkindo mengatakan OPEC mengharapkan surplus pasokan minyak mulai meningkat bulan depan.

Patokan internasional Harga minyak mentah Brent, yang merupakan acuan untuk pasar global, turun 3,3% pada hari Jumat menjadi $78,62 per barel. Ini merupakan harga terendah Brent sejak awal Oktober. Pasar melemah karena investor mengantisipasi peningkatan pasokan global.

Baca Juga: Konsorsium Nord Stream 2 Wajib Bikin Anak Usaha di Jerman, Ini Pertimbangan Legalnya

OPEC+ menjadwalkan pertemuan pada 2 Desember mendatang. Kelompok itu telah meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) per bulan, secara bertahap melepaskan rekor pengurangan produksi yang dibuat pada tahun 2020 ketika pandemi menghanguskan permintaan bahan bakar.

Biden menghadapi tekanan politik menjelang pemilihan kongres paruh waktu tahun depan. Jajak pendapat yang digelar Reuters Oktober menunjukkan 67% orang dewasa AS setuju bahwa inflasi adalah perhatian utama.

Biden baru-baru ini mengarahkan Komisi Perdagangan Federal (FTC) A.S. untuk melihat perbedaan yang semakin besar antara bensin berjangka grosir yang belum selesai, yang telah turun tajam dalam beberapa pekan terakhir, dan harga eceran, yang hampir tidak bergerak.

Biaya rata-rata per galon adalah $3,41 secara nasional, menurut American Automobile Association.

Negara-negara lain, termasuk China dan India, turut menekan OPEC untuk mengerek pasokan.

OPEC+ pada April 2020 memangkas produksi lebih dari 10 juta barel per hari karena penguncian pandemi menghancurkan permintaan bahan bakar.

Kelompok produsen masih memiliki pengurangan pasokan sekitar 3,8 juta barel per hari yang belum kembali ke pasar. Beberapa anggota tidak dapat memenuhi target produksi karena kurangnya investasi selama bertahun-tahun.

Baca Juga: ESDM: Rencana volume penyaluran biodiesel capai 10,1 juta KL

Kelompok tersebut gagal mencapai targetnya lagi pada bulan Oktober, karena beberapa negara mengalami kesulitan mencapai tingkat output yang diusulkan.

“Setengah dari anggotanya tidak dapat memenuhi kuota mereka karena kurangnya investasi mereka sendiri. Ini memperumit perubahan kuota karena keputusan seperti itu harus bulat,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

AS memiliki cadangan strategis terbesar di lebih dari 600 juta barel. AS membentuk SPR pada 1970-an setelah Embargo Minyak Arab untuk memastikan ketersediaan pasokan minyak di masa darurat.

Dalam beberapa tahun terakhir, ledakan produksi minyak serpih mendorong produksi AS untuk menyaingi Arab Saudi dan Rusia, membuat AS kurang bergantung pada impor dari negara lain, terutama anggota OPEC.

AS dan negara-negara sekutunya telah mengoordinasikan pelepasan cadangan minyak strategis sebelumnya, seperti pada 2011 ketika pasokan dilanda perang di anggota OPEC Libya.

Selanjutnya: Harga Membumbung Tinggi, Produsen Gas Alam Terancam Rugi Hedging Miliaran Dolar

 

Bagikan

Berita Terbaru

PANI Menggaet Restu Rights Issue dan Akuisisi Saham CBDK
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:54 WIB

PANI Menggaet Restu Rights Issue dan Akuisisi Saham CBDK

Ada peningkatan tambahan modal disetor PANI sebesar Rp 16,60 triliun, setelah dikurangi biaya emisi saham.

Ngebut, Penjualan Mobil ASII Meningkat 9,7% Pada September 2025
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:48 WIB

Ngebut, Penjualan Mobil ASII Meningkat 9,7% Pada September 2025

Di tengah dinamika industri otomotif nasional, kinerja industri ini mencerminkan upaya bersama para pelaku 

Menjelang Akhir Pekan, Waspadai Profit Taking, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:29 WIB

Menjelang Akhir Pekan, Waspadai Profit Taking, Simak Proyeksi IHSG Hari Ini

Terkait IHSG, investor perlu mewaspadai potensi pullback jangka pendek akibat profit taking pada akhir pekan

Tunda Pajak E-commerce Hingga Februari 2026
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:28 WIB

Tunda Pajak E-commerce Hingga Februari 2026

Hingga saat ini, pemerintah masih belum menunjuk marketplace untuk memungut pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 0,5

Layanan E-Commerce Menjadi Penopang, Kinerja GOTO Berpotensi Membaik
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:21 WIB

Layanan E-Commerce Menjadi Penopang, Kinerja GOTO Berpotensi Membaik

Jika dibandingkan saham Grab di pasar saham Amerika Serikat (AS), valuasi saham GOTO masih lebih menarik.

Keyakinan Konsumen Anjlok, Terendah Sejak Mei 2022, Prospek Emiten Konsumer Loyo
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:15 WIB

Keyakinan Konsumen Anjlok, Terendah Sejak Mei 2022, Prospek Emiten Konsumer Loyo

Penurunan IKK mencerminkan sikap lebih berhati-hati dari konsumen terhadap prospek ekonomi Indonesia dalam jangka pendek.

Berkah Emiten Emas Saat Harga Si Kuning Terus-terusan Berkilau
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 08:05 WIB

Berkah Emiten Emas Saat Harga Si Kuning Terus-terusan Berkilau

Peluang investasi di saham emiten emas masih terbuka. Terutama, jika harga saham bergerak sideways atau ada di level yang wajar. 

Penyaluran Kas Pemerintah oleh Himbara Capai 74%
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:52 WIB

Penyaluran Kas Pemerintah oleh Himbara Capai 74%

Dengan bunga yang lebih murah, bank-bank Himbara diharapkan terdorong memanfaatkan dana tersebut secara produktif

Pelemahan Daya Beli Semakin Terlihat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (10/10)
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:50 WIB

Pelemahan Daya Beli Semakin Terlihat, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Jumat (10/10)

Penjualan ritel domestik Agustus 2025 sebesar 3,5% yoy, melemah dibandingkan bukan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,7% yoy.

Ancam Sandera 200 Pengemplang Pajak
| Jumat, 10 Oktober 2025 | 07:36 WIB

Ancam Sandera 200 Pengemplang Pajak

Jika wajib pajak bandel tersebut tak kunjung membayar utang pajaknya, otoritas tak segan menempuh upaya hukum ekstrem

INDEKS BERITA

Terpopuler